Sabtu, 05 Oktober 2013

Titian Muhibbah Hidup

Saya merasa sudah lama tidak mengisi blog ini. Rangkaian amal ibdah saat Ramadhan tentu saja lebih diutamakan sehingga mulai Ramadhan pula sepertinya saya tidak pernah lagi nge-blog. Kali ini saya pengen nulis apa saja tentang perjalanan hidup selama kurang lebih dua bulan terakhir ini. Well...teringat rencana pulang kampung saat pertengahan Ramadhan dan menjalani aktivitas  selama Ramadhan di kampung dan dirumah Bapak ternyata gagal karena rumah Bapak sedang diperbaiki. Finally, saya melewati Ramadhan yang khusyuk di Semarang. Alhamdulillah target ibadah Ramadhan kemarin banyak yang tercapai, bisa dikatakan 80% percapai, lega rasanya. Namun efektif tidaknya amalan kita saat Ramadhan dapat dilihat saat setelah Ramadhan. Saat ini bisa kita lihat, apakah amal ibadah kita lebih baik dari sebelum Ramadhan atau sebaliknya mengalami peningkatan. Tentu saja itu menjadi bahan evaluasi buat saya pribadi untuk senantiasa berusaha mencapai target amal ibadah (amalan yaoumi/ ibadah harian) saat ini. Tetap semangat!!!

Melewati Idul fitri di kampung halaman selama seminggu tentu menjadi kebiasaanku. Agenda utama nyekar di makam ummi dan Bapak. Serta silaturrahim ke tempat saudara tentu saja. Pertanyaan kapan menikah? mana calonnya? tentu tak pernah absen saat bertemu saudara - saudara, hingga saya pun hafal bagaimana menjawabnya, "ya mohon didoakan untuk segera menikah," sambil berusaha tersenyum. Begitulah kultur hidup di kampung. Menikah adalah masalah sangat pentring untuk dipertanyakan secara langsung kepada kita yang belum menikah dan dirasa sudah sangat cukup usia menikah. Saya menolak menggunakan kata telat menikah, Why? karena memang tidak ada istilah telat menikah, jika kita faham bahwa Alloh SWT yang mengatur semuanya. Bahkan saya menulis ini sambil mendengarkan lagunya Maher Zaein Insya Alloh agar senantiasa optimis bahwa Alloh SWT senantiasa menemani kita dalam hal apapun, termasuk dalam hal menikah. Berpikir bahwa anggap saja saudara-saudara kita perduli kepada kita ketika mereka menanyakan kapan kita akan menikah? itu menyederhanakan semuanya. Bahkan kita sendiri juga masih menanyakan pertanyaan yang sama sperti yang mereka pertanyakan kepada Alloh SWT. Jadi kapan menikahnya?

Bukan kenapa-kenapa, hal ini saya bahas. Saya sering berempati melihat teman-teman yang belum menikah kemudian sering sekali dibuat tidak enak hati dalam menyikapi pertanyaan itu. Apa lagi dalam kultur jawa dan di pedesaan atau kota yang bukan kategori kota besar. Bahkan sering ditambahi dengan statement menyalahkan orang tersebut misalnya dengan kaliamat "kamu sih terlalu pilih-pilih...atau bla-bla-bla..."Sepertinya hal-hal semacam itu tidak perlu dilakukan. kenapa ? karena itu melukai perasaan. Bukankah menjaga perasaan orang lain itu baik. Maka anjurannya kalau ada saudara yang belum menikah maka carikan itu adalah solusi yang baik. Tak perlu menghakimi satus seseorang. Atau jika tidak memberikan solusi ya didoakan saja agar segera dipertemukan dengan jodohnya. Pertanyaan-pertanyaan hal pribadi semacam kapan menikah? tentu saja lebih jarang ditemui di kota besar seperti Jakarta. Seperti saat ini saya di Jakarta, maka terbebaslah sudah dengan pertanyaan - pertanyaan itu. Jakarta menjadi kota yang humanis bagi para lajang yang belum menikah untuk terhindar dari pertanyaan-pertanyan yang saya contohkan diatas. 

Setelah di kampung halaman seminggu, maka rangkaian silaturrahm berlanjut ke Purwokerto tempat kakak saya tinggal. Menemani ponakan berlibur ke Purwokerto dan Yogyakarta. Zeni ponakanku duduk di semester tiga di salah satu universitas negeri di Yogyakarta dan Sari adek sepupuku yang juga mahasiswa semester tiga di salah satu perguruan tinggi di Purwokerto adah teman jalan dan liburanku di Purwokerto dan Yogyakarta. Dalam salah satu obrolanku dengan mereka tentang rencana persyaratan mengikuti UMPTN adalah masih virgin. Zeni dengan kelakarnya menyatakan "kalo seperti itu di sekolahku dulu sekitar 75% pasti tidak masuk itu..." Wow....berarti sudah sampai seperti itu free sex di kalangan pelajar SMU, perlu diketahui bahwa Zeni sekolah di salah satu SMA Negeri di kab Magelang. Bahkan itu kabupaten bukan kota besar. Pertanyaan selanjutnya lantas bagaimana persyaratan untuk yang laki-laki? apakah bisa laki-laki yang sudah tidak perjaka itu teridentifikasi? hehehe.... Seperti itulah gambaran pergaulan anak remaja zaman sekarang. Benar-benar melakukan perjalanan bersama sepupu dan ponakanku yang masih semester tiga di bangku kuliah menyajikan nuansa lain bentuk pergaulan para mahasiswa yang boleh saya bilang generasi alay. Wah para orang tua apakah tahu kondisi pergaulan putra-putrinya? sukakah putra/putri anda yang menginjak masa remaja bercerita kepada anda? Berceritalah sama mereka...biar tidak gugup melihat kondisi pergaulan zaman ini...hehehe sok tua aja ya saya? wkwkwkw.......

Selesai berlibur pulang sebentar di Semarang, dan melanjutkan hidupku di Jakarta. Again and again saya kembali lagi ke Jakarta.  Pertanyaan dalam benakku? kenapa selalu kembali ke kota ini lagi? Simple saja...banyak teman di Jakarta dan yang pasti akan banyak pintu rezeki yang terbuka buat saya. Yang ternyata mencari nafkah buat saya yang seorang perempuan adalah wajib. Yup kenapa wajib? karena saya sendiri butuh hidup. Diawali dengan aktifitas silaturrahim halal bihalal lebaran. Bersama teman-teman KA FOSSEI, KA FoSEI UNSOED, dan teman-teman lama dari TWI Dompet Dhuafa  tempat saya dulu pernah bekerja. Silaturrahim selalu menyenangkan buat saya.  Maka aktifitas silaturrahim adah kegiatan selingan saya diantara interview-interview di berbagai perusahaan yang saya lamar. Silaturrahim ke tempat Pak Dhe juga sudah saya lalui bersama Nurul sepupuku. Hidup bersama Nurul memang pengalaman hidup yang baru. Sepupuku ini paling dekat denganku diantara sepupuku yang lain. Kami terpaut setahun saja dalam usia. So seperti teman saja rasanya. Simple adalah hal yang saya tiru akhir-akhir ini dari Nurul. Terima kasih selalu menerimaku dengan terbuka dan kasih sehingga saya selalu mau berusaha untuk tegar dan kuat menghadapi ujian hidup.

Kalimat mau berusaha tegar dan kuat dalam menghadapi ujian hidup, kelihatanya dalem untuk diungkapkan. Yup lantaran beberapa bulan terakhir ini kadang saya merasa tidak perlu lagi tegar dan kuat. Bahkan pernah merasa pengen mati saja. Astaghfirullohaladzim.... .saya tentu sangat menyakiti perasaan kakak saya saat saya bilang sama kakak by phone "mbak Yas aku pengen mati saja..." dari handphoneku kudengar mbak Yas menangis. Saya manusia biasa. Saya rapuh amat sangatpun bisa terjadi. Bagaimana agar aku bersemangat hidup? Bagaimana agar aku mau melanjutkan hidupku lagi ? maka aku ciptakan kebiasan-kebiasanku dulu. Mungkin dengan begitu saat-saat saya bersemangat dalam hidup akan kembali lagi. Dan aku merasa butuh hidup lagi. Sungguh menyedihkan memang merasakan masa itu. Akan hadir orang-orang yang menurut saya enggak banget buat diingat. Bahkan jika melupakan adalah seperti menekan tombol dell diatas keyboards komputer maka itu sudah kulakukan. Saya manusia biasa. Bisa menangis, bisa merasakan pedih sekali bahkan pernah dua kali merasa pengen mati saja.

Masing-masing orang mempunyai jiwa, kepribadian, kecintaan, ukuran kebahagiaan yang berbeda-beda. Maka sejatinya yang bisa mengenal diri kita sendiri ya tentu diri kita bukan orang lain. Bagaimana mereka mau menolong kita, lha kenal kita saja tidak? Baik jika mereka mau menolong, hanya kadang bentuk pertolongannya malah menyakiti kita. Karena orang lain tidak mengenal pribadi kita yang mempunyai jiwa, kepribadian, ukuran kebahagiaan yang berbeda. Maka sebaiknya jika kita punya teman yang dirasakan oleh kita bisa lebih baik keadaannya dari saat yang ada. Perlu juga melihat cara / metode proses menuju perbaikan tersebut. Salah-salah fatal akibatnya. Dan jika kita tidak bisa memprediksikan dampak-dampak dari cara/ metode yang tidak tepat maka bisa jadi tidak memperbaiki kondisi melainkan memperparah suatu kondisi. Niat baik jika tidak diikuti cara yang baik juga hasilnya ternyata tidak baik. 

Rasa menyalahkan tentu tidak menyelesaikan masalah. Bahkan untuk mengingatnya saja hendaknya dicegah. Karena memang benar adanya apa yang pernah disampaiakn Mario Teguh sang Motivator. Setialah dengan orang-orang yang sealu mendukung kita, ingatlah saat kita jatuh terpuruk siapa yang sangat setia menemani kita maka mereka itulah sahabat-sahabat sejati kita. Teman dikala masa menyenangkan tentu banyak, tapi teman dikala sulit itu sedikit dan itulah teman sejati. Well...berusaha meminimalisir ingatan-ingatan negatif akan perilaku seseorang. Mulai tersenyum, dan ikhlas menjalani hidup. Apa saja bentuknya, hadapi...karena pasti Alloh SWT akan memberikan jalannya. Bahkan tinggal kita lewati, serahkan saja semua padaNYA. Tentang PR berat tentang rasa bukankah dulu sudah pernah juga melewati semuanya. Bukankah selalu bisa? Yakinlah bahka kali inipun sama hasilnya bisa melewati itu. Coz Alloh will always by your side. InsyaAlloh...




Minggu, 25 Agustus 2013

Bisa Merasa Bukan Merasa Bisa

Dalam ber-muamalah (berhubungan dengan sesama manusia) dalam kehidupan ini kerap kali terjadi friksi dengan orang lain. Memang itu hal wajar, namun sebaiknya kita kenali dan lakukan perbaikan dalm berhubungan  dengan sesama manusia di muka bumi. Bisa saja dalam keluarga baik keluarga jauh maupun keluarga dekat / inti. Dengan teman maupun sahabat. Sangat penting memperhatikan efektifitas dalam berkomunikasi maupun dalam bertindak. Saya pribadi masih jauh dari sempurna dalam hal ini. Tapi besar hati saya ingin selalu memperbaiki yang masih kurang atau yang masih dikeluhkan oleh teman kita atau sahabat kita atau keluarga kita. Bukan untuk apa-apa agar hidup kita tentram karena bisa menanggulangi friksi atau menyelesaikan bentuk masalah dalam berhubungan dengan sesama manusia. Tentu saja dalam kerangka diri kita saja. 

Kenapa kerangka atau frame diri kita itu penting? yup karena yang terpenting bagi diri kita adalah cara pandang terhadap diri kita, akan kebaikan kita yang senantiasa kita upayakan untuk tumbuh menjadi lebih baik. Tentu saja jika ada orang lain yang berpersepsi tentang diri kita ya silahkan saja. Namun seberapa pentingkah persepsi mereka? bukankah kita sendiri yang memiliki hidup kita dan yang menjalani hidup kita? bukan mereka?. Terkadang tanpa disadari bertambahnya usia telah menjadikan karakter diri kita terbentuk, bahkan ada yang telah kokoh menjadi sosok figure yang kuat dalam karakter. Pada kondisi tertentu karakter seseorang yang tersusun dari sifat - sifat pembentuk karakter itu akan dengan mudah menelaah karakter orang lain. Bahkan sering sifat seseorang kita tolak dengan sadar atau terasa tidak enak dirasa pada salah satu sifat seseorang. Itu sistem imune karakter saya menamainya. Setiap pribadi pasti mempunyai sitem imune tersebut. Maka wajar terkadang ada salah satu teman kita yang ternyata tidak bisa dengan teman kita yang lain, atau salah satu saudara kita yang tidak bisa dengan saudara yang lain. Tidak bisa dalam hal apa? dalam menghadapi salah satu sifat atau beberapa sifat pembentuk karakter yang tertolak oleh sistem imune karakter kita.

Jika setiap manusia menyadari kondisi ini, maka sebenarnya hidup akan menjadi lebih simple dan akan memudahkan manusia untuk berbahagia.  Kenapa demikian? Lantaran kita tidak perlu ngoyo untuk bisa diterima sepenuhnya oleh teman kita, saudara kita atau siapapun itu dalam hubungan antar manusia. Natural saja prosesnya. Jika ada orang yang tidak bisa dengan kita ya tak masalah. Bahkan tidak semua orang harus menyukai diri kita. Rosululloh SAW saja ada yang tidak menyukainya apalagi diri kita yang hanya manusia biasa. Wajar saja menanggapi hal semacam itu. Sering kita melihat seseorang yang rasanya kok seperti dunia itu bakalan runtuh ketika tahu bahwa ada orang lain yang tidak menyukainya. Come on bukankah masih banyak orang lain yang menyukai kita? menyayangi kita? Nah...fokuslah pada mereka. Dan tetap bersikap santun kepada para pembenci/hatter itu. Kenapa demikian? karena hatter jika diperlakukan tidak santun maka akan ngelunjak bahkan bisa jadi mencelakai kita atau merugikan kita. Bahkan ketika hatter merugikan kita maka tetap kita harus memaafkan, meski itu sulit. Yang diingat adalah pelajarannya/ hikmah dari kejadian yang merugikan kita tapi silaturrahim tetap terus terjaga, tentu dengan tetap waspada, karena waspada adalah kunci pokok dalam mengambil hikmah dari kejadian yang merugikan kita yang dilakukan oleh hetter. 

Untuk mendeteksi secara cepat sistem imune karakter kita apakah sesuai dengan orang lain atau tidak dalam kontek bermuamalah tentu membutuhkan kepekaan hati. Kepekaan hati  dapat dilatih dengan "merasakan" sehingga bisa merasa adalah kata kunci untuk mendeteksi kecanggihan sistem imune karakter kita. Pangkalnya tentu dari hati. Jika dalam lagunya Opik "Tombo Ati " ada lima perkara  yang bisa membuat hati bersih. Yakni : yang pertama baca al qur'an dan maknanya, yang kedua mendirikan sholat malam,yang ketiga berkumpullah dengan orang shalih, yang keempat dzikir malam perpanjanglah dan yang terakhir adalah menjalankan puasa (mengosongkan perut). Itu adalah tips untuk merancang atau membuat fondasi bersihnya hati kita. Agar bisa merasa akan orang lain yang dikirimkan oleh Alloh SWT dilingkungan hidup  kita dalam bentuk muamalah.

Saya lebih suka menggunakan istilah mereka yang dikirimkan oleh Alloh SWT untuk menemani hidup kita bermuamalah. Kenapa demikian? karena saya mengimani bahwa segala sesuatu dimuka bumi ini tidak ada yang kebetulan. Semuanya sudah berda dalam aturan Alloh SWT, bahkan daun yang jatuh dari pohon saja sudah diatur olehNYA. Maka kesempatan yang diberikan oleh Alloh SWT terkait dengan siapa-siapa saja saudara kita, siapa saja teman kita, siapa saja sahabat kita adalah kiriman Alloh SWT yang secara lahir batien hendaknya kita terima terlebih dahulu accepted. Memang setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan maka jika jika ia yang dikirimkan Alloh untuk menemani kita sebagai partner bermuamalah diawal bertemu sudah terpatri dalam diri kita bahwa kita manusia biasa yang mempunyai kesalahan dan tidak pernah sempurna. Seperti dalam hadits nabi yang artinya " manusia itu tempatnya salah dan lupa." / "al insanu makhalul khotho' wa nisyan..." Jika kita menyadari sejak awal/ semula akan fitrah manusia itu maka kita akan mempunyai kelonggaran toleransi yang luas terhadap orang lain jika ia bersalah. Maka mudah bagi kita untuk memaafkan kesalahan seseorang dan kita mudah dikategorikan mempunyai sifat pemaaf dalam bangunan karakter diri kita. 

"Bisa merasa" juga akan mengimplementasikan sikap yang arif dan bijaksana dalam menyikapi sesuatu. Misalnya ada saudara jauh kita yang sepertinya kok tidak bisa dengan diri kita tapi ia bisa dan cocok dengan salah satu anaknya. Maka yang dilakukan adalah bisa merasakan hal itu. Setelah bisa merasakan langkah senjutnya cek knapa demikian? Mungkin karena terlalu cerewet/ bawel sehingga saudaranya "tidak bisa" dengannya. Berhenti juga untuk memaksakan diri bahwa harus "merasa bisa" dengan saudaranya itu, karena memang pada kenyataannya mungkin saat ini "tidak bisa". Maka sebaiknya tidak perlu marah atau ngotot untuk "bisa". Mungkin diwaktu mendatang "bisa" maka perbaiki diri untuk tidak bawel/cerewet. "Tidak bisa"nya dari pihak saudaranya juga bukan karena benci dan menghilangkan semua sifat-sifat baik pembangun karakter seseorang. Tentu saja misalnya kekurangannya bawel/ cerewet itu saja. Selebihnya sifat-sifat pembangun karakter yang lain adalah tetap baik. Jadi tidak bisa juga seseorang dinilai hanya dari salah satu sifat kekurangannya lantas dijustifikasi bahwa orang tersebut baik atau tidak. itu tidak fear. Maka "bisa merasa" dibutuhkan pula agar kita adil dalam menilai karakter seseorang akan sifat-sifat pembangun karakternya. 

Jika kita menemukan kesalahan orang lain di lingkungan sekitar kita, dan ternyata kita telah bisa mengambil hikmah maka cukuplah. Tidak perlu diumumkan kesemua orang yang berada disekitar kita akan kesalahan orang tersebut. Maka kenapa Alloh SWT kirimkan ia dalam hidup kita? mungkin untuk memberikan kita hikmah akah sesuatu hal bagi kita. Agar kita belajar dan menjadi semakin arif dan bijaksana dalam bersikap. Jika yang bersalah sudah diberikan peringatan ya sudah, itu cukup. Karena kita hidup dimuka bumi ini juga untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa. Bukan hanya itu, menutupi aib saudara kita sendriri itu juga sama dengan kita sedang menutupi aib kita sendiri kelak di yaumil akhir. Mudah-mudahan kita senantiasa dijauhkan dari membicarakan keburukan orang lain / ber-ghibah karena orang yang ber-gibah itu laksana memakan bangkai saudaranya sendiri. Naudzubillahi min dzalik...Semoga bermanfaat...Wollohualam Bii Showab....






Senin, 19 Agustus 2013

Tiga Misi Manusia

Manusia hidup bukan tanpa sebuah misi. Misi yang pertama ketika kita dihidupkan oleh Alloh SWT adalah Ibadah. Misi beribadah merupakan misi utama sebagai umat manusia. Ibnu Qoyyimseorang ulama menyatakan bahwa ibadah itu bisa dilakukan karena ibadah merupakan kilatan hati. Kilatan hati terkait erat dengan apa yang di dengar, apa yang dirasa dan apa yang dilihat. Ibadah juga bisa terjadi jika manusia pandai memelihara memorinya. Memori sangat berkaitan erat dengan gagasan. Maka apa yang di dengar, apa yang dilihat dan apa yang dirasa sangat berpengaruh terhadap perasaan kita. Maka anjurannya adalah kita harus pandai memilih ketiga hal tersebut diatas sehingga kita selalu bisa berprasangka baik (khusnudzon) kepada Alloh SWT. 

Faktor ketiga yang sangat mempengaruhi terjadinya/ seseorang melaksanakan ibadah adalh faktor gagasan. Seperti yang telah saya utarakan diatas, bahwa gagasan hadir ketika memori kita terjaga dengan baik dengan cara mendekati apa yang didengar, dilihat dan dirasakan adalah hal baik. Maka memilih lingkungan yang baik adalah penting. Apa yang membedakan orang yang melakukan ibadah sholat dengan yang tidak melaksanakan ibadah sholat laksana orang yang mandi dengan orang yang tidak mandi. Orang yang sholat diibaratkan dengan orang yang mandi sehari lima kali, maka bayangkan jika orang yang tidak mengerjakan sholat seperti orang yang tidak mandi sama sekali. Tentu saja yang mandi lebih segar dan berseri. Dibandingkan yang tidak pernah mandi.

Misi manusia hidup di dunia yang kedua adalah sebagai kholifah. Sebagai kholifah diatas bumi maka manusia mempunyai tugas untuk menunjukkan rahmatan lil alamiin (Rahmat bagi seluruh alam). Cara agar menjadi rahmat bagi seluruh alam adalah dengan menegakkan kebenaran. Seorang kholifah itu menegakkan kebenaran agar terwujud rahmatan lil alamiin. Kenapa demikian? karena dengan mengerti itu maka ia akan mendapatkan manfaat. Maka mengapa kita harus menjadi seorang guru? Karena seorang guru itu harus berbekal ilmu. Maka terkadang kita mempunyai cita-cita yang lain. Misalnya saja saya hanya ingin bermanfaat buat sesama saja. Namun lihatlah Rosululloh SAW, banyak hal yang beliau bisa lakukan, dan salah satunya menjadi seorang guru bagi umatnya. Maka umat Muhammad sudah selayaknya meniru beliau. 

Terkadang ketika kita diuji dalm hidup,. maka terkadang hidup itu terasa berat, maka tips  agar jika diuji tidak terasa berat adalh dengan menjaga wudhu. Biar konsentrasi  bahwa hidup itu untuk Alloh SWT. Kalau ujian berat maka ucapkanlah Subhanalloh WaalaillahaillallohuallohuAkbar. Meringankan beban ujian yang kedua dapat dilakukan dengan cara bersedekah karena dengan bersedekah itu akan mendapatkan/meringankan beban ujian. Tips yang ketiga adalah bersyukur. Memotivasi diri untuk menjadi guru agar senantiasa bersemangat untuk selalu menambah ilmu. Karena dengan kita berilmu maka pembicaraan kita adalh hal yang baik, sehingga hati kita juga akan mengikuti untuk menjadi baik.

Ada sebuah proses untuk menjadi sholeh dan sholihah yaitu keyakinan, tindakan, kebiasaan, karakter harus dijaga agar baik. Maka dikenal istilah syeh yaitu seseorang yang mempunyai tingkat ruhiyah yang bersih. Pada level dibawah syech adalh ustadz, adapun tahap untuk bisa menjadi ustadz adalah dengan mendapatkan ilmu, kemudian akan mendapatkan manfaat dan tahap terakhir adalah mengembangkan ilmu.  Orang dikatakan berilmu adalah mereka yang bisa menyampaikan hal baik dan membuat orang berbuat baik. Sekian, Smoga bermanfaat....Wollohualam Biishowab...


 


Sabtu, 03 Agustus 2013

Jiwa Pengabdian (Bagian 2)

Mencari hikmah hidup adalah ungkapan yang tepat dibandingkan dengan mencari misteri hidup. Maka mencari jalan hikmah akan kehidupan yang panjang itu dengan hasil akhir adalah jiwa besar.Pertanyaan selanjutnya adalah,apakah benar amalan kita itu sudah bernilai besar? Padahal penilaian akan amal kita itu lengkap sepaket dengan hati kita yang bersifat menyatu. Apakah yang dimaksud dengan jiwa pengabdian itu? Orang yang mempunyai jiwa pengabdian adalah orang yang berkonsentrasi kepada perintah. Adapun pangkal untuk menyempurnakan pekerjaan adalah cinta. Maka biasanya orang yang tidak punya cinta maka ia tidak bisa menyempurnakan pekerjaan. Jika cinta dihubungkan dengan dunia maka biasanya adalah nafsu. 

Adapun cinta (mahabbah) dalam tradisi Islam yang pertama adalah cinta kepada Alloh SWT, yang kedua cinta kepada Rosul dan yang terakhir adalah cinta kepada amal shaleh. Implementasi cinta kepada Alloh SWT adalah taatnya hamba kepada syariahNYA. Yaitu terkait dengan hukum Alloh SWT yang wajib,sunah dan mubah. Bahkan bisa melebihkan dari yang diajarkan. Misalnya perintahnya adalh sholat tepat waktu. Namun hambaNYA yang sadar akan syariatNYA akan menunggu waktu sholat. Maka sering kita lihat seseorang yang telah hadir lebih dulu ke masjid/mushola sebelum adanya Adzan tanda waktu sholat wajib. Maka ia akan menunggu waktu sholat. 

Cinta kepada Rosul Alloh akan diimplimentasikan dengan menjalankan sunnah Rosul. Sunnah Rosul termaktub dalam hadits Nabi. Maka jika kita hendak mencintai Rosululloh sebaiknya memulainya dengan mengkaji hadist Nabi dan kemudian mengamalkannya, sebagai manifestasi kecintaan kita kepada Rosululloh SAW. Minimal kita dianjurkan untuk bersholawat keatas Nabi dan Rosul. Kecintaan yang ketiga adalh kepada amal shaleh. Perlu kita ketahui bahwa ciri dari meningkatnya iman kita adalh dengan mengetahui meningkatnya amal kita. Maka jika kita akan membalik logika tersebut, bisa kita mengupayakan kenaikan tingkat keimanan kita dengan meningkatkan malan ibadah kita, yang wajib tentu saja harus maka tambah dengan amal ibadah sunnah. 

Jika Alloh SWT mencintai hambaNYA,maka salh satu cirinya adalah Alloh SWT akan menyibukkan hambaNYA dengan amal shaleh bahkan kelak bisa dimatikan oleh Alloh SWT saat bersama Alloh SWT. Contoh dalm menyempurnakan amal adalah menjaga waktu sholat. Sholat itu seperti mandi dalm hidup. Wajah kita menjadi berseri-seri. Adapun agar kita bisa beramal shalih, maka terlebih dahulu kita harus mengerti ilmunya terlebih dahulu. Setelah mengerti ilmunya, tentu saja dilanjutkan dengan mengamalkannya. Dalam mengamalkannya diupayakan dan bahkan diharuskan harus sistematis, terus menerus dan saling terkait satu sama lain. 

 Bagaimana jika cinta kepada ketiga diatas tidak muncul kepada diri kita? Maka dapat dipastikan jiwa pengabdian hilang dalam diri kita. Apa sih yang dapt menghilangkan jiwa pengabdian dalam diri kita? Jawabnya ternyata adalah cinta dunia (hubbuddunia). Maka kunci agar kita senantiasa mempunyai jiwa pengabdian dan dicintai orang adalh dengan cara zuhud (sederhana)  dan tidak" kepinginan"menginginkan barang orang lain. Maka sebenarnya jika kita tidak mempunyai jiwa pengabdian yang bisa dilakukan adalah introspeksi diri. Mungkin karena kecintaan kita sudah keluar dari koridor kecintaan yang seharusnya kita utamakan, yakni cinta kepada Alloh SWT, Rosululloh dan Amal Shalih. Semoga bermanfaat. Wollohualambiishowaab...




Kamis, 01 Agustus 2013

Belajar dari Ibu Wiryaningsih

Berikut ini adalah ringkasan materi seminar keluarga beberapa bulan lalu bersama Ibu Wiryaningsih. Di kalangan para akhwat aktifis dakwah Ibu Wiryaningsih pasti sudah sangat femiliar. Dalam buku karangan Izzatul Jannah yang berjudul "10 bersaudara bintang Al-Qur'an" maka Ibu Wiryaningsih adalah ummi pencetak 10 bersaudara bintang Al qur'an itu. Seperti apa seminar keluarga yang dibawakan oleh Ibu Wiryaningsih, silahkan simak tulisan saya sebagai berikut (berasa akan membuat kultwitt saja ini bahasanya, maklum saya termasuk  salah satu korban twitter).

Setiap anak dilahirkan dengan kondisi fitrah/bersih/suci. Dalam tarbiyatul aulad Fitrah anak-anak terlahir dalam keadaan Islam, disebutkan bahwa "Alastu biirobbikum qolu balaa Syahidna." Bahwa sesungguhnya setiap bayi yang lahir di buka bumi ini membawa seperangkat muslim. Maka jika anak tumbuh menjadi yahudi, nasrani atau majusi bahkan keyakinan/agama yang lain maka sebenarnya itu bukan fitrahnya manusia itu dilahirkan, maka yang menjadikan manusia bukan muslim karena faktor lain misalnya orang tua, lingkungan dan lain sebagainya. Maka sering kita mendengarkan para penceramah agama/ ustadz/ustadzah sering memulai ceramahnya dengan raya syukur atas nikmat Iman, Islam kepada kita, yup karena tidak semua manusia diberikan nikmat Iman, Islam seperti kita. Maka kesyukuran sudah selayaknya senantiasa kita haturkan kepada Alloh SWT atas nikmat Iman dan Islam yang masih dan senantiasa melekat pada diri kita, InsyaAlloh hingga kelak maut memisahkan jiwa dan jasad kita, Amiin Ya Robbal Alamiin.

Bagaimana jika seorang anak berbeda keyakinan/ agama dengan orang tuanya? Misalnya saja orang tuanya muslim. Jika terjadi kondisi seperti ini maka doa yang dipanjatkan oleh anak kepada orang tuanya tidak akan pernah sampai. Sungguh sangat penting bagi kedua orang tua untuk bisa membentengi putra-putrinya agar senantiasa menjaga fitrahnya sebagai seorang muslim. Kenapa demikian? Lantaran disebutkan dalam sebuah Hadits Nabi yang menyinggung tentang doa anak yang sholeh kepada orang tuannya adalah salah satu amal jariyyah (amalan yang pahalanya tidak terputus meskipun seseorang tersebut sudah meninggal), kira-kira bunyi hadistnya sebagai berikut : " Jika anak adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu :Sedekah jariyyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan kedua orang tuanya, HR Buhkori). Maka pentingnya mendidik putra-putri agar senantiasa menjadi muslim dan islami adalah untuk meraih "waladun sholihun yad'ullah" atau anak sholih yang mendoakan kedua orang tuanya. Maka hal ini dijadikan frame atau way of life / minhajjul hayyah dalam parenting islami.

Kenapa doa anak shalih yang dijadikan pijakan utama dalm membangun frame parenting Islami ?  Karena dalam tradisi Islam mengenal "kehidupan setelah kematian". Seperti yang disampaiakan oleh kholifah Ali Bin Abi Tholib bahwa Dalam kehidupan setelah kematian nanti ada ruh yang bisa meraskan sakit atau tidak sakitnya perbuatan kita di dunia. Maka posisi orang-orang yang mahsan yakni orang yang berkwalitas dalam mencari bekal menuju kehidupan setelah kematian adalah yang paling beruntung, seperti mencetak kader anak-anak yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya adalah salah satu cara membangun manusia dalam kategori mahsan (berkwalitas). Definisi mahsan tentu berbeda dengan akhsan yang bermakna sebanyak-banyaknya. Karena bisa jadi banyak namun tak berkwalitas, maka target yang akan diraih adalah mahsan / berkwalitas.

Bagi orang yang beriman mengimani bahwa jasad adalh pemenjara ruh. Ketika ruh itu keluar dari jasad maka ia menjadi jiwa yang merdeka (tak banyak melakukan maksiat). Jadi antara ruh dan jasad itu ibarat ruh itu rajanya dan jasad itu tentaranya. Lantas dimana tempat bersemayamnya iman? Ternyata iman itu adanya dihati, Begitu juga cinta, tempatnya sama dengan iman yaitu di hati. Maka tak heran cinta itu tak memakai logika lantaran letaknya cinta itu di hati bukan di otak. Rosululloh mengajarkan kita untuk mengisi hati kita dengan cinta. Implementasinya adalh jika hati kita sudah diisi dengan iman kepada Alloh SWT maka akan menggerakkan jasad, Maka tak heran jika kitab-kitab Alloh SWT selalu diawali dengan pembahasan tentang ikhlas atau perkara terkait dengan hati. 

Maka jika kita melihat saat ini sebanyak tiga ribu  bayi yang digugurkan oleh ibunya, ada yang dibunuh oleh ibunya baik karena aborsi akibat pergaulan bebas atau karena tidak menginginkan mempunyai anak lagi  dapat dipastikan ibu tersebut mempunyai masalh dengan hatinya yakni tentang cinta yang bersemayam dihatinya. Bagimana agar kita kelak bisa menjadi perempuan yang mempunyai hati yang penuh iman dan cinta kepada anak-anaknya? Yang bisa dilakukan adalah, yang pertama menata diri. Hal yang paling mendasar dalm menata diri adalh terkait dengan penguatan aqidah kita. Aqidah erat kaitannya dengan keimanan kita terkait dengan keesaan Alloh / tauhid dan juga bagaimana memanage hati kita dari berbagai penyakit hati seperti suudzon, iri, dengki dan lain sebagainya. 

Yang kedua adalah memaksimalkan waktu. Perlu kita ingat bahwa setiap detik itu bermanfaat, maka cek apakah kita termasuk yang masih suka membuang waktu kita untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau tidak. Maka ukuran agar waktu kita itu tidak terbuang sia-sia adalah apakah waktu yang kita gunakan sudah bisa menghasilkan iman dan amal sholih. Adapun untuk parameter pilar sosial adalah "tawa shoubil haq watawa shoubis shobr." atau saling menasehati dalam kebenaran dan salaing menasehati dalam kesabaran. Sehingga bisa kita cek apakah waktu yang kita keluarkan dalm hidup ini dalm ranah/ dimensi sosial sudah mengacu pada frame mengingatkan kepada hal yang benar dan tentang kesabaran atau bukan terkait dengan kedua hal itu.

Perlu kita perhatikan fenomena berubahnya sifat para perempuan yang baik, sabar sebelum menikah dan sebelum mempunyai anak-nank yang akhirnya banyak yang terjebak dan berubah menjadi seseorang yang pandai bernyanyi dihadapan anak-anaknya, dan bisa menjadi panglima perang mengatur semuanya dan juga menjadi mempunyai kebiasaaan suka menunjuk-nunjuk dihadapn anak-anaknya. Waspadalah kita tidak boleh berubah dalam mengontrol kesabaran kita yang telah bersemayam dalam diri kita. Cara yang musti dilakukan dalam mendidik anak-anak tentu saja dengan melihat tahapan usia anak. Seorang Ibu jangan melewatkan tahapan usia Golden age anak-anaknya, yaitu  usia antara 0-14 tahun atau dalam tradisi Islam lebih common pada usia 0-7 tahun, dimana anak usia 7 tahun jika ia tidak melaksanakn sholat 5 waktu boleh dipukul. Caranya adalah senantiasa menjadikan rumahnya syuga bukan neraka, sehingga anak-anak betah dirumah dan nyaman bersama kedua orang tuanya. Maka tak perlu mencari kenyamanan diluar rumah. Adapun salah satu ciri anak-anak yang usianya berkah adalah anak-anak yang mempunyai kebaikan yang melampaui usia biologisnya. Maka jika ingin mendeteksi apakah kelak anak-anak kita termasuk yang berkatagori berkah usianya parameter ini bisa diterapkan. 

Sebagai ketua kewanitaan Salimah, Ibu Wiryaningsih juga consern kepada nasib para TKW kita diluar negeri. Beliau tidak setuju pemerintah memberikan izin mengirimkan TKW kita keluar negeri. Terlebih untuk para TKW ke negara Arab. Memang tidak semua tuan mereka di negara Arab tidak baik, tapi lebih kepada seorang ibu yang meninggalkan anak-anak dan swaminya. Tentu saja itu tidak sesuai dengan tradisi Islam. Langkah ketiga dalam mempersiapkan menjadi ibu yang baik adalh mulai hari ini walaupun sedikit. Bagi yang belum mempunyai anak, atau bahkan yang belum mempunyai swami, tanamkan dalm hati kita masing-masing nanti saat mengasuh anak pikirannya harus sampai kepada akhirat. Anak-anak kita adalah calon pemimpin untuk tiga puluh tahun mendatang, ini adalah salah satu cara yang terus ditanamkan dalam hati sehingga bersemangat dalam mendidik anak-anak. 

Sebenarnya sering terlupakan, sebenarnya siapa nanti yang akan ditanya oleh Alloh SWT tentang pendidikan anak-anak? Ternyata kelak di akhirat yang akan ditanya adalah sang ayah bukan Ibu. Kisah tentang keluarga Imron dalam Al - qur'an surat Ali imron adalah jawabannya. Disana terdapat kisah antara ayah dan anak dalam keluarga Ali imron. Ayah / Bapak adalah "Masulun 'An Roiyati". Maka sejak saat ini bagi yang belum menikah, tanamkan dalam hati untuk memilih swami yang mempunyai visi yang kuat , mempunyai idiologi untuk bisa mengumpulkan istri dan anak-anaknya kelak di syurgaNYA. Semoga bermanfaat, Wollohuala Bii Showab...






Kepower.

Di masa internet yang telah mengglobal seperti ini, dapat dipastikan kita mempunyai avatar di jejaring social media. Bahkan bisa jadi jumlah warga negara Indonesia di berbagai social media yang ada bisa jadi dua atau tiga kali lipat jumlah penduduk Indonesia. Bagaimana mungkin? Tentu sangat mungkin, lantaran satu orang bisa jadi mempunyai lebih dari satu atau bahkan lebih dari dua avatar di beberapa jejaring social media. Bahkan beberapa hari lalu salah satu direktur jejaring social Path menyebutkan bahwa penduduk Indonesia adalah menempati urutan ketiga pengguna jejaring social Path. Belum lagi yang sudah umum yaitu facebook dan twitter.

Bagi para hacker social media tentu perkembangan berbagai macam jejaring social media dan perkembangan teknologi dari berbagai penyedia teknologi processor seperti Android, Blackberry tentu merupakan salah satu tantangan yang sangat menarik untuk mereka  dipelajari. Tidak mengapa ketika pelajaran itu mereka gunakan untuk diri mereka pribadi. Namun namya juga hacker pasti ya digunakan untuk meng-e hack akun orang lain. Bagaimana sih rasanya jika akun facebook anda di hacker orang? atau black berry massanger anda dihacker orang lain? Rasanya gemes ya pingin marah. Tapi apa yang bisa kita lakukan jika kita juga tidak tahu siapa yang menghecker jejaring social media tersebut.

Well...sebenarnya saya merasa facebook saya ada yang menghecker. Tidak terlalu buruk perilakunya tentang hal apa yang ia lakukan terhadap facebook saya. Makanya mungkin lebih tepatnya saya beri nama kepower saja (kepower sebutan bagi mereka yang kepo/ bahasa anak-anak sekarang bagi mereka yang sok merasa pengen tahu tentang sesuatu/ diri kita). Model heckernya begini, saya tidakpernah merasa menyukai halaman facebooknya Marwan Batubara ketua IRESS, Hermawan Eriadi, dan yang terakhir adalah Mustafa Kamal. Untuk yang terakhir saya hapus lantaran saya tidak begitu faham siapa beliau yang saya tahu ya beliau salah satu anggota dewan dari PKS. Selain bentuk like / menyukai adalah bentuk bermain game. Saya tidak pernah bermain game dengan facebook. So ketika ada informasi saya menyukai game ini, game itu saya pastikan itu bukan saya yang bermain game, saat itu hacker yang memakai akun saya yang sedang bermain game.

Wollohualam apa motif kepower itu, yang pasti saya tidak pernah mau peduli selama anda tidak berbuat aneh-aneh yang merugikan akun saya, dalam artian berbuat sesuatu yang bukan karakter saya atau jauh dari kebiasaan saya. Silahkan saja. Saya juga tidak akan ambil pusing, kamu itu siapa, apa motifnya. Terserah saja. Males mikirnya mendingan buat mikir yang lain yang lebih bermanfaat buat saya. Anda juga punya pengalaman seperti saya? punya kepower yang setia nge-po-in diri anda? Selamat! anda tidak sendirian. 


Senin, 29 Juli 2013

Becoming Ordinary Person

Menjadi orang biasa saja itu ternyata lebih enak dirasa. Dulu saat Bapak Rahmat Riyadi salah satu direktur Dompet Dhuafa selesai masa baktinya. Ketika ditanya Bapak setelah ini mau jadi apa? Maka jawabnya "saya mau jadi orang biasa saja, seperti masyrakat biasa." Benar sekarang Bapak Rahmad adalah kepala sekolah di Lazuardi, bukan seorang tokoh yang sangat terkenal meskipun beliau mantan direktur lembaga besar Dompet Dhuafa. Tapi bagi kami yang pernah mengenal beliau, tetap saja beliau bukan ordinary person. Pesannya adalah kembali menjadi fitrah manusia yang menjalani hidup, yang punya manfaat buat sesama tapi juga tidak harus besar, lebih ikhlas menurut saya malah. Maka jika ada amanah besar, misalnya dipilih menjadi direktur seperti di Dompet Dhuafa ya siap, tapi dipilih dan kompeten. Setelah selesai maka kembali down to eart  menjadi manusia biasa saja  tentu dengan kesiapan ujian hidup seperti orang-orang kebanyakan pada umumnya. 

Well....prolog itu saya ambil karena terkadang kita ini setelah hijabnya besar atau setelah hijabnya menutup dada, atau setelah berjenggot atau setelah celananya cingkrang (Isbal dalam istilah bahasa arabnya) lantas kemudia terlupakan bahwa sejatinya kita ini adalah manusia biasa, bahkan sama dengan yang lain pula dalam hal ujian akan hidup. Bahkan bisa saja sama ujiannya seperti mereka yang belum berhijab. Kenapa saya menuliskan ini. Karena beberapa hari lalu saya mendengarkan cerita dari teman saya yang sudah panjang hijabnya bahkan sampai pantat, sudah mempunyai anak bahkan lebih dari satu  dan mengaku sedang jatuh cinta dengan pria lain yang bukan swaminya. Berawal dari saling ber- sms. Berasa Alloh memberi saya contoh kasus setelah saya menuliskan wonderful family nya ustadz Cahyadi Takariawan kemarin ya? Isn't it? cek deh tulisan saya sebelum ini. 

Teman saya ini bekerja kantoran. Tentu saja pergaulannya luas dibandingkan dengan ummahat (para ibu) yang berkarier dirumah. Yup dirumah itu juga berkarier lho...kata siapa ibu rumah tangga itu bukan berkarier?.Sering ingat nasihat Bu Dyah di kelas kajian para muslimah yang kantoran saben Jum'at siang : " jangan sampai yang mubah itu mengabaikan yang wajib!". Bekerja bagi perempuan itu hukumnya mubah. Sedangkan menjadi Ibu dan Isteri yang baik itu hukumnya wajib. Mubah itu sesuatu yang "boleh" saja secara hukum syar'i dan wajib adalah sesuatu yang jika dikerjakan maka mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan maka berdosa. Bagi perempuan yang bekerja dan membantu menafkahi hidup keluarga, maka akan mendapatkan pahala dan itu sedekahnya istri kepada keluarga, itupun jika swami ridho/ikhlas/memperbolehkan.

Bahkan benar adanya jika dulu sering dinasehati mas Veldy mantan Direktur saya di TWI ;"sebenarnya perempuan itu mudah saja kalau mau masuk syurga, jadi istri dan ibu yang baik saja insyaAlloh sudah bisa masuk syurga."Maka sebenarnya tidak perlu bekerja kantoran diluar rumah. Tapi bukan karena itu mas Veldy tidak mengiizinkan isterinya bekerja diluar rumah, namun berdasarkan alasan beliau yang mudah cemburu jika isterinya nampak dekat dengan laki-laki lain. Melihat isterinya ngobrol dengan laki-laki lain saja sudah bisa cemburu apalagi kalau istri bekerja kantoran pasti akan berinteraksi banyak dengan lawan jenis. Itu salah satu pertimbangan lain kenapa istri tidak boleh bekerja kantoran.  Tapi swami yang baik tentu akan memberikan solusi jika memang istrinya kreatif dan ingin terus tumbuh berkembang tidak hanya berkembang biak saja bersama swami hehehehe. Mas Veldy membuatkan sekolah TK di dekat rumahnya yang dikelola oleh sang isteri. Sekolahnya separo berbayar dan separuhnya lagi untuk anak-anak yang kurang mampu. Menurut saya itu mulia dan solutif. 

Maka kembali kepada kasus teman saya yang curhat di telepon beberapa hari lalu, saya sepertinya perlu bertanya "apakah ada masalah dengan swaminya?" jawabnya adalah tidak. Saya beristighfar dalam hati, sambil bertanya "how come?".Anak-anak sudah tiga itu menurut saya cukup untuk menghabiskan waktu bahkan pasti kurang jika mau consern dengan mereka dan belum lagi anak-anak yang paling besar yang kalau saya meminjam istilahnya pak Mario "anak-anak yang bisanya membuat kusut sprei dikasur" hehehe, alias swami . Saya tidak bisa menyimpulkan hal ikhwal apa yang terjadi. Kalau bahasanya Helmi teman saya pasti menyebutnya itu "far from the box"...hehehe untuk ejekan bagi keadaan yang ada yang berkebalikan dengan "out off the box" yang menurut kami "out off the box" itu very creative kearah positif .

Maka saat menelpon kakak aku bercerita tentu tanpa menyebutkan nama, "bagaimana sih rasanya kalau sudah punya anak itu?". Dalam pikiranku dan yang saya lihat sahabat-sahabatku setelah menikah, punya anak dan mereka rajin membaca tentang parenting bahkan mengikuti training-trining parenting bahkan ada yang sampai mengambil kuliah jarak jauh tentang PAUD dengan harapan agar putra-putrinya kelak lebih baik dari ayah bundanya.Bukan hanya itu ada malah yang menginisiani membentuk kelompok parenting dirumahnya kemudian mengundang teman-temannya dan menghadirkan pembicara tentang parenting. Kakakku menikah sudah tiga tahun, mungkin menurut anda yang sudah menikah belasan tahun maka yang tepat bukan "sudah tiga tahun" melainkan " baru tiga tahun" ya silahkan saja. Yang pasti setelah swami ya anak. Bahkan bersama-sama fokus buat anak bersama swami. Maka kakaku menambahkan. "Setan itu kan pinter banget pik!" kakakku menambahkan.Setelah berkata demikian, kakakku berbagi cerita tentang salah satu temannya dulu saat masih bekerja. Laki-laki yang berjenggot juga, bercelana itsbal / Cingkrang juga tapi ya berselingkuh dengan salah satu teman di kantornya. Mungkin setannya juga sekaliber ustadz ya yang menggoda, "pikirku mengconclusikan percakapanku dengan kakakku".

Kalau tentang laki-laki berjenggot dan celana cingkrang yang berselingkuh juga saya pernah baca di bukunya Asma Nadia, itu sudah menjadi isu sejak dulu. Tapi kalau perempuan yang hijabnya panjang sampai pantat trus disinyalir akan menjurus kesana itu tidak banyak. Perempuan itu fitrahnya mencintai anak-anak. Bahkan hasil riset menyebutkan bahwa pupil mata perempuan itu membesar sekian inci tatkala melihat anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Dan pupil laki-laki itu membesar beberapa inci ketika melihat perempuan cantik. Sudah pasti buat laki-laki perempuan cantik itu lucu dan menggemaskan ya? "iya nggak woe...para laki-laki?" jawab!. Maka bagaimana saya bisa mengiyakan bahwa perempuan berhijab sepantat itu jatuh cinta lagi dengan laki-laki yang bukan swaminya dan saya katakan itu benar. Rasanya berat mengatakan kebenaran itu. Bagaimana tidak berat, lha wong saya saja belum pernah menikah, dan dalam bayangan saya kehidupan setelah menikah ya seperti kehidupan yang saya lihat which is  kehidupan rumah tangga kakaku dan sahabat-sahabatku.

Maka yang terbaik adalah menjadi orang-orang biasa saja dalm melihat ini. Tidak usah diperdulikan hijab panjangnya, jenggotnya, celana itsbalnya. Maka ketika diminta menasehati ya saya tanya "masih suka ngaji mbak?" maksud saya datang ke kajian bertemu ustadzah, karena beberapa orang mengartikan kalau ngaji itu membaca al qur'an / bertilawah. Baik deh akan saya bedakan kalau ngaji yang bertemu ustadzah itu ngaji dalam tanda kutip "ngaji." Temanku menjawab :" sudah lama mbak saya nggak"ngaji"'. Saran saya kembali "ngaji" dulu saja mbak...mungkin mbak futur (imannya sedang turun). Jika memang benar mbak jatuh cinta lagi (really sungguh berat saya mengatakan bagian kalimat ini untuk mengiyakan dan meng-acc bahwa teman saya ini pada kenyataannya jatuh cinta lagi ). Maka sebaiknya tidak perlu dituruti rasa itu. Boleh mbak Jatuh Cinta lagi tapi ada konsep Cinta diatas Cinta, silahkan baca tulisan saya yang berjudul  " cinta diatas cinta". Itu tulisannya Anis Matta yang saya kutip tentang cintanya Kholifah Umar bin Abdul Azziz yang akhirnya memenagkan cinta yang lain. Dalam hal ini yang harus dimenangkan adalah cintanya mbak sama keluarga (swami dan ketiga putera mbak). "Sering-seringlah menatap anak-anak mbak..." sok tua banget ya saya, menikah saja belum bisa kasih nasehat sepeti itu...hehehe. Soalnya mesti ngomong apa, dari pada tidak memberi nasehat dan teman saya sudah menelpon saya. Ya sebaiknya memberi nasehat. Ya tho ?

 Sebenarnya saya teringat nasehat Pak Chabachieb  dosen management keuangan yang sering menyelipkan tausyiah/nasehat di tengah materi kuliah beliau. Nasehat Pak Chacha (panggilan sayang kami kepada beliau) memberi nasihat kepada teman- temanku yang laki-laki untuk besok kalau sudah jadi ayah jangan lupa kalau pulang kerja itu sukalah menatap istrinya, anak-anaknya kalau sudah tidur. Ingat dulu saat masih sederhana, mungkin masa sulit dalam hal ekonomi dan kini sudah tumbuh bersama anak-anak. Istrinya setia menemani anda tumbuh, menua bersama. Lantas ciumlah mereka satu - satu. Itu nasehat Pak ChaCha. 

Seperti biasa setelah kelas usai kami membahasnya dan memparodikannya. " Nanti kalau swamiku pulang kerja, aku suruh anak-anakku pura-pura tidur kalau belum tidur, aku juga demikian, berharap swami menatapku dan anak-anakku dan menciumi kami..." itu statemenku atas nasehat Pak Chacha. Langsung ditanggapi oleh Arsyad dan Anoki  dua gokil teman kuliahku dalam bentuk parodi :"Hey...tidur sana cuci piring dulu, sambil ditendang. Trus melihat anak-anak dan menjewer :" sudah ngerjain PR belum, ngerjain dulu..." wkwkwkw...jadinya ngikik ini nulis ini inget kalian..."super lucu" gaya kalian bak Andrey dan Sule dalam OVJ memerankan parodi Ayah pulang kerja. "Mendingan kalian itu sekolah humor saja kok malah sekolah Magister Management." saranku.

Fokus pada masalah jatuh cinta lagi yang melanda teman saya yang "aneh" ini. Adalah hikmah yang bisa kita ambil. Bagi mbak Yas kakakku lantas bisa langsung bersyukur alhamdulillah, akhirnya memilih berkarier menjadi ibu rumah tangga, meski diawal-awal itu juga sulita buat mbak Yas, karena telah terbiasa bekerja. Maka dulu tanteku suka iseng menelpon kakakku jam-jam sembilan pagi sekedar menanyakan "sedang apa?" karena khawatir kondisi ponakannya yang baru beralih profesi. Awalnya kakakku mengajar ngaji sore hari buat anak-anak kecil sekitar komplek, aktif di dasa wisma bersama ibu-ibu komplek . Kemudian Alloh memberikan amanah Hafshah putri kecilnya maka lengkap sudah. Dzikir bagi ibu hamil juga sudah ada dalam bentuk buku, maka tidak perlu pusing mau ngapain? berdzikir itu juga nikmat. Bahkan beberapa hari lalu bersama Dika sahabatku mengaji ke ustadz sholahudin, biasanya kajian tafsir Al Qur'an, tumben kemarin para jamaah diminta hafalan. QS Al baqoroh atau Yaa-Siin maka menghafal Al Qur'an itu juga menarik sebagi aktifitas hidup kita. Betapa waktu kita ini sering sibuk untuk duniawi dan ternyata banyak ibadah-ibadah yang sebaiknya kita topang dengan ilmu-ilmu agama yang paling dasar. Memperbanyak hafalan,jika sudah baik bacaannya maka dibawalah hafalan itu dalam sholat. Memperbaiki bacaan Al-Qur'an dan mentadabburi Al qur'an bisa dengan membaca tarjamahnya atau dengan ditambah menikuti kajian tafsir atau membaca buku-buku tafsir Al qur'an seperti Ibnu katsir dll. 

Maka jika sudah cukup nafkah dari swami masihkah mau bekerja kantoran? itupun yang menjadi perenungan saya selama ini. Jalani saja, tapi jika mendengar cerita-cerita seperti tadi diatas. Sebaiknya kita bisa mengambil hikmah. Betapa sebenarnya kita adalah manusia biasa yang godaan itu bisa datang kapan saja. Bahkan kelak dihadapan Alloh itu yang ditanyakan adalah amalan kita saja? Alloh tidak akan bertanya amalan swami kita kepada kita? Kita bertanggung jawab atas amalan kita sendiri dihadapan Alloh. Pesannya adalh membentengi diri dari segala hal yang membuat kita mendapatkan godaan. Mengurangi berinteraksi dengan lawan jenis, seperti hubungan pekerjaan kantor mungkin itu bisa menjadi salah satu upaya menghindari fitnah tadi. Ya Robbi, mudahkanlah teman saya dalam mengurai cintanya, agar tidak mengikuti cinta butanya dan kembali kepada keluarganya secara utuh lahir dan batin. Amiin YRA. Semoga bermanfaat. Wollohualam Bii Showaab.
 





Sabtu, 27 Juli 2013

Wonderful Family

Wonderful Family adalah buku ke 41 dari ustadz Cahyadi Takariawan. Diantara buku beliau yang fenomenal dikalangan aktifis dakwah adalah buku "Di jalan Dakwah Aku Menikah" yang diterbitkan sekitar tahun 2006 lalu. Saya amati saat ini ustadz Cahyadi Takariawan mengisi relung segmen keluarga pasca menikah. Seperti buku ke 41 ini Wonderful family. Yang nanti diberitahukan akan dibuat beberapa judul turunannya. Yaitu wonderful couple, wonderful wife, wonderful husband. Dari segi bahasa juga lebih common/ femiliar tidak sempit pada kalangan khusus seperti buku "Di Jalan Dakwah Aku Menikah" yang kesannya berat dan hanya bagi kalangan aktifis dakwah saja kesannya. 

Bagus saya menanggapi strategy yang dilakukan oleh ustadz Cahyadi Takariawan. Jika di Jogjakarta ada Ustadz Salim A fillah yang konsern pada pra menikah seperti juga ustadz Felix Siew dengan bukunya "sudah putusin aja" , juga di Jogyakarta pada lini pembinaan anak-anak (parenting) ada ustadz Faudzil Adhim yang melengkapi ayah Edy untuk yang umum bukan ustadz. Buat saya menarik mengikuti pembicaraan off air atau membaca buku-buku beliau-beliau ini. Inspiratif. Harapan saya para trainer keluarga ini kelak bisa diakses geratis yang difasilitasi oleh pemerintah melalui KUA sebagai kegiatan KUA dalam pembinaan keluarga dan bangsa ini. Amiin YRA.

Well...dalam bedah buku beberapa hari lalu, ustadz Cahyadi Takariawan membedah buku wonderful familiy beliau. Ustadz Cahyadi mengawali membedah bukunya dengan analogi sepatu yang kita pakai sehari-hari. Sepatu yang kita pakai itu kanan dan kirinya tidak sama, mereka berbeda dan dipakai menjadi serasi lantaran berbeda dan bisa mengelola perbedaan itu. Maka seperti itulah hakikatnya pasangan hidup kita (swami dan Isteri).  

Namun jangan pula menganalogikan pasangan hidup itu seperti pasangan sepatu untuk berbagai keperluan, misalnya pasangan sepatu untuk golf, untuk sepatu santai atau untuk sepatu formal. Tentu saja pasangan sepatu dengan analogi yang pertama tadi yang dipakai. Logika analogi sepatu untuk keperluan tertentu tentu tidak bisa dipakai. Bayangkan saja jika misalnya swami istri namun sang swami membawa istri yang berbeda-beda disaat santai, main golf dan dalam kondisi formal. Tentu itu sangat menyedihkan bagi sang istri. dan sebaliknya jika misalnya sang istri yang berganti-ganti swami untuk berbagai jenis kepentingan misalnya main golf, santai, formal tentu itu tidak bisa dilakukan lantaran menyalahi aturan agama. Karena dalam tradisi Islam poliandri tidak dibenarkan.

"Nikah iku seneng Ning Ojo Seneng Nikah", Nikah itu menyenangkan tapi jangan seneg menikah, ungkapan jawa tadi digunakan lantaran itu hanya mengubah kata Nikah dan Seneng jika dibalik posisinya maka menjadi menyeramkan kedengerannya. Senang menikah berarti sering nikah tentu saja tidak diajarkan dalam tradisi Islam dan tradisi manapun diatas bumi ini. Yang kedua adalah  mengenai visi menikah. Bukan gimana nanti tapi nanti itu gimana? Bahkan diskusi visi misi menikah sudah dimulai setelah khitbah dulu. Maka saat menikah adalh menjaga/meraat tumbuhnya keluarga dalam koridor visi dan misi pernikahan/ keluarga yang dibangun. 

Dan yang ketiga adalah pertanyaan penting yang harus selalu dicatat " Kapan terakhir anda mengenalm pasangan anda?" Ini penting untuk diingan dan dilakukan. Kenapa demikian? Karena keluarga adalh organisasi hidup dan setiap saat ada yang berubah. Misalnya saja swami tiba-tiba selingkuh. Maka kata tiba-tiba itu tidak mungkin dalam kamus pertumbuhan keluarga. Ustadz Cahyadi mencontohkan dirinya yang saat menikah tahun 1991 dengan istri beliau Ibu Ida Nurlaila edisi 1991 saat mereka menikah tentu berbeda dengan Cahyadi edisi 2013 dengan saat ini Ibu Ida Nurlaila edisi ahun 2013. Apa saja yang berubah? Yang pertama tentu saja fisik berubah. Dulu masih muda dan kurus, sekarang sudah senior dan gemuk. 

Perubahan kedua adalah tentang keinginan, selera, cita-cita yang berkembang. Kita harus mengerti pertumbuhan pasangan kita terkait hal-hal tadi. Jika swami selingkuh maka selingkuh itu ada keterikatan hati. Maka kondisi selingkuh adalh berbeda dengan kondisi perkosaan atau jajan kepada PSK. Yang harus diketahui oleh masing-masing pasangan kepada pasangannya adlah "Peta Kasih". Peta kasih adalh peta / rekam jejak swami atau istri sehingga tidak kehilangan jejak baik pasangan maupun kelak ketika sudah mempunyai anak. Jangan sampai Peta Kasih antara swami Istri itu usang / tidak ter update yang akhirnya pasangan satu tidak mengetahui pertumbuhan pasangannya. Yang perlu dicermati adalah adanya alienasi swami. Swami biasanya bekerja dluar dan mempunyai pergaulan yang luas dan sebaliknya istri biasanya dirumah dengan pergaulan yang terbatas. Maka swami biasanya lebih cepat tumbuh dalm hal informasi, selera dll, hal ini harus difahami dan dimengerti oleh isteri. 

Hal kedua yang perlu dihindari selain alienasi swami yakni keluarga zombie. Kenapa disebut zombie? Misalnya ada pasangan swami isteri yang sedang duduk berdua misalnya sedang makan malam bersama atau sedang duduk di balkon rumah namun ternyata keduanya asyik memegang gadget masing-masing dan asyik dengan dunia mininya baik itu handphone atau mini tab atau tab or what ever. Misalnya sang swami asyik senyum-senyum sendiri melihat kiriman gambar-gambar lucu dari teman-temannya. Sang istri asyik chatting di group-group yang ada misalnya group whansupp atau bbm. Maka keduanya itu seperti zombie saja. Mayat yang hidup lantaran duduk berdua namun komunikasi antar keduanya tak terjalin. Mereka berdua autis. Hal-hal semacam ini yang akan mengurangi kwalitas komunikasi antar pasangan swami isteri. Waspadalah!

Hal yang lain adalah tentang mawaddah wa rahmah. Mawaddah itu biasanya didapat oleh pasangan muda. Misalnya mereka mohon maaf saat menikmati aktifitas diatas ranjang dengan berbagai fantasinya yang tentu saja harus yang sesuai dengan yang diperbolehkan oleh Islam. Sedangkan Rahmah biasanya diapat oleh pasangan yang sudah sepuh / senior citizen. Ada sebuah kisah dari Chicken Soup For The Couple yang mungkin pernah anda baca atau dengarkan untuk melukiskah seperti apa rahmah itu. Kira-kira sebagai berikut kisahnya. 

Pada suatu hari di Amerika di sebuah restoran. Disana nampak sepasang muda mudi sedang asyik bermesraan dan bersendau garau layaknya pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, sekali lagi ini di Amerika dan tentu saja itu didak Islami. Di satu sisi nampak sepasang senior citizen yang sedang duduk berdua memesan minuman namun tak saling berkomunikasi, nampak mereka terdiam. Lantas pasangan muda-mudi tadi berkata "Nanti kalau kita sudah tua, saya tak mau seperti mereka, hanya diam saja berdua tanpa berbicara atau bersenda gurau seperti asyiknya kita." Pasangannyapun mengiyakan akan apa ungkapan pasangannya. Pasangan muda-mudi itu selesai makan dan keluar restoran dengan melewati kursi pasangan senior citizen. Ternyata memang benar pasangan senior citizen itu tak bergurau bahkan berkomunikasi juga jarang namun kedua tangannya saling berpeganganan erat dibawah meja. mmmm so sweet.

Itulah salah satu bentuk rahmah bagi pasangan senior citizen. Pasangan pada usia ini cukup dengan berpegangan tangan saja cukup untuk mengungkapkan cinta kasihnya. Maka berpegangan tangan saja itu sudah merupakan bahasa verbal yang indah akan cinta kasih. Seperti itu rupanya mawadah wa rahmah itu hadir dengan berbagai bentuk dan macam ragam yang berbeda-beda. Haya agar kita tahu dan memahami seperti apa kelak fase kehidupan pasangan mengayuh bahtera rumah tangga. Last But Not Least yuk kita bisa ikuti tulisan-tulisan  ustadz Cahyadi Takariawan di www.kompasianapakcah.com atau di email takariawan@yahoo.com atau cahyadi_takariawanweb.id atau twitternya @akhcah atau jika ingin berkonsultasi bisa di no hp.0813922222. Selannjutnya beliau akan membentuk Samara Community bersama ustadz Salim A fillah dan Ustadz Faudzil Adzim. Tunggu ya...di Semarang rencananya di Masjid Baitulrahman Simpanglima...Be there n Don't miss it...Semoga bermanfaat Wollohualam Bii Showab...

Kamis, 25 Juli 2013

Aura Ruh

Ada beberapa lapisan yang melingkupi diki kita. Yang pertama adalah Aura tubuh. Aura tubuh adalah bagian terdalam dalam diri manusia. Bagian diluarnya adalah aura akal dan paling luar adalah aura ruh. Aura tubuh berada dalam satu lapis dengan aura akal. Nah maka aura ruh yang menjadikan perisai bagi ketahanan mental sesorang. Misalnya saja saat seseorang tertimpa ujian hidup. Maka aura ruh ini yang menjadi pokok pijakan utama dalam penanganan yang utama. Selanjutnya jika aura ruh ini keropos maka akan menhantan lapis selanjutnya yakni aura akal dan aura tubuh. Maka tak heran jika seseorang sedang tertimpa ujian hidup dan tidak dapat mengatasinya (aura ruhnya lemah) maka kadang timbul stres (aura akalnya lemah juga) dan bisa jadi hingga jatuh sakit (aura tubuhnya tidak baik). 

Kenapa kita harus menjaga kondisi agar ruh kita bagus sehingga auranya baik? karena jika ruh itu tidak bagus maka Alloh SWT akan memalingkan dari yang ada. Misalnya ada kesempatan usaha / bisnis di depan mata hanya saja terkadang tidak tertangkap oleh kepekaan diri kita, atau adalaki-laki sholih yang masih single dan mau menikah namun tidak sampai hal /kharisma itu pada diri kita, maka cek bisa jadi karena ruhnya sedang tidak baik sehingga oleh Alloh SWT dibuat "dipalingkan" dari diri kita. Hal kedua kenapa kita harus memperbesar ruh kita? karena jika ruh kita tidak diperpesar maka segala sesuatu akan diterima oleh akal. Maka memandang sesuatu serba yang sangat rasional sekali jauh dari nilai-nilai ilahiah atau bahkan sangat duniawi sekali bahkan cenderung hedon. 

Hakekat manusia itu hidup adalah yang pertama untuk memenuhi kehidupan atau survive. Kebutuhan hidup itu bisa dikatakan tercukupi apabila Alloh SWT memberikan apa yang kita bituhkan bahkan yang kita inginkan. Namun ada pula dikatakan hidup kita itu cukup tatkala kita tidak diberikan oleh Alloh akan keinginan terhadap sesuatu, maka itu juga dalam kategori dicukupkan oleh Alloh SWT, yang acap kalu sering tidak kita sadari. Bahwa kriteria cukup hanya pada kriteria yang pertama tadi yakni dipenuhinya segala kebutuhan kita. Maka anjurannya adalah, pekalah terhadap kecukupan Alloh SWT akan diri kita, sehingga kita menjadi hambaNYA yang mudah bersyukur.

 Yang kedua hidup itu untuk dinikmati. Menikmati hidup itu kadang tidak dengan memiliki. Misalnya saja para asisten rumah tangga di bilangan Pondok Indah Jakarta itu banyak yang diboyong dan diperbolehkan oleh tuannya untuk tinggal bersama mereka. Biasanya tuanya sangat sibuk atau bahkan mempunyai beberapa rumah sehingga jarang dirumah. Nah siapa yang biasanya menikmati fasilitas rumah mewah tersebut? biasanya para asisten rumah tangga dan keluarganya. Mereka bebas menikamti fasilitas dirumah tersebut, anak-nanak mereka disekolahkan pula oleh tuannya. Itu salah satu contoh menikmati hidup namun tidak memiliki.

Bagaimanakah nanti pertanggungjawaban hidup kita? Maka sebaiknya setiap kita yang sudah diberi nikmat hidup, lantaran kita juga tidak pernah meminta untuk dihidupkan oleh Alloh SWT makahidup itu wajib kita syukuri sebagai nikmatNYA. Hidup harus diupayakan agar senang dan bersemangat untuk berbuat baik. Jika hidup kita senang maka kita akan dengan ringan hati untuk menyenangkan orang lain pula karena sejatinya hidup kita itu untuk itu. Setelah kita menyenagkan maka untuk berbuat baik kepada orang lainpun bukan perkara sulit> Why? karena itu sudah melekat pada diri kita dan bahkan mungkin sudah menjadi karakter pada diri kita untuk bisa menyenagkan orang lain dan berbuat baik/ membantu orang lain. 

Bgaimana sih bahasa ruh itu? Tentu saja bahasa ruh berbeda dengan bahasa akal. Maka jika kita terbiasa berbicara dengan bahasa akal dengan orang lain maka pendekatan bahasa ruh adalah bahasa akal yang dibawa kepada bahasa ruh. Permasalahannya adlah bagimana agar kita bisa mengembangkan akal. Sehingga nantinya perbendaharaan bahasa ruh kita juga banyak? Yang pertama adalah kita tahu akan sesuatu/ilmu kemudian kita bisa menyimpulkan. Yang kedua adalah mengingat. Yang ketiga adalah mencari cara atau memikir-mikirkan atau bertafakkur atau bisa juga dengan mencari tahu. Yang keempat adalah bertilawah minimal sehari satu juz. kenapa harus satu juz? Karena dalam setiap satu huruf al qur'an itu terkandung hikmah. Apalagi pada bulan Ramadhan yang hikmahnya dilipatgandakah bahkan hingga 700 kali. Maka diharapkan dengan membaca al qur'an minimal satu juz sehari kita bisa mengumab masalah menjadi hikah. 

Darimana hikmah itu? dari membaca al qur'an yang satu hurufnya satu hikmah. Maka kuncinya jika ada masalah maka sering=seringlah/ perbanyaklah tilwah sehingga mudah mencari masalah dan menyelesaikannya/ mencari solusi atau mendapatkan hikmah dibalik musibah. Tidak semua fenomena hidup atau permasalahan hidup yang kita alami itu harus bersolusi atau ujung-ujungnya adlah tindakan. Adapula fenomena hidup misalnya persoalan/ masalah teman kita yang sampai ke telinga kita dan kita mendengarnya dan faham itu peristiwa apa. Hanya saja belum tentu kita harus mengikutinya dengan tindakan solusi. Bisa jadi hasil akhirnya adalah berupa hikmah saja bagi diri kita, berupa pelajaran hidup. Maka jika kita ingin bisa banyak mengambil hikmah selain perbanyak tilawah juga berbanyak teman. 

Yang kelima adalah memberi ibroh. Ibroh adalah semacam hikmah atau value ketika diberikan musibah atau ujian atau menyaksikan teman atau kejadian orang lain dan kita bisa menyimpulkan kejadian itu apa dan banyak belajar dari kejadian itu sehingga kita tumbuh untuk bisa membesarkan ruh kita. Yang keenam atau terakhir adalah mencari cara. Jika ujian atau masalh datang maka mencari cara jika masalah tersebut harus disikapi dengan follow up tindakan maka wajib diupayakan. Karena dengan cara itu pula yang mampu membesarkan ruh kita yang berawal dari besarnya akal kita. Maka jika kita telah terbiasa membesarkan akal dan membawa besaran bahasa akal kepada besaran ruh kita maka bahasa ruh itu dengan judah akan tercipta dan berkarakter sehingga kita sebagai manusia dikatakan sudah mampu atau mempunyai tingkatan terhadap penguasaan bahasa ruh yang baik/ bagus. 

Bagaimana kinerja ruh itu? Ruh itu dapat berujud tindakan yakni sesuatau yang kita lakukan penuh pengabdian dan sabar. Pada jiwa Pengabdian bagian I beberapa hari lalu yang telah saya tuliskan, maka Aura ruh ini sebenarnya terkait dengan topik pembahasan Jiwa Pengabdian. Ruh adalah inti penggerak Jiwa Pengabdian. Bagaimana pendekatan agar sabar? Wirid bisa dilakukan untuk mendekati aspek sabar. Lantas bagaimana dengan ikhlas? Ikhlas itu bahagia melepas keegoan. Keegoaan diri itu kenapa harus dilepaskan bahkan kita harus berbahagia dalm melapasnya? Yup karena ternyata orang-orang yang tunduk patuh kepada perintah Alloh SWT atau sering disebut Sami'na Wa'ato'na atau dalam bahasa kita adalah taat adalah orang-orang yang bisa melepaskan keegoaannya. Dan ini adalah pendekatan untuk aspek ikhlas. 

Aktivitas ruh itu apa saja? Aktivitas ruh yang pertama adalah mengharap Ridho Alloh SWT atau rahmad dari Alloh SWT sehingga kita menjadi manusia yang dirahmati Alloh. Cara agar kita menjadi yang dirahmati Alloh SWT bisa dilakukan dengan kita bangun pada sepertiga malam terakhir untuk dzikir malam dan sholat tahajud. Kenapa demikian? Ternyata pada sepertiga malam terakhir banyak malaikat yang turun kebumi untuk membagikan Rahmat. Bayangkan saja jika pada sepertiga malam terakhir itu manusia banyak yang terlelap dalam tidurnya. Maka kesempatan bagi kita untuk mendapatkan jatah rahmat yang dibagikan oleh para malaikat dan banyak yang bisa kita serap. Yang dilakukan ruh yang kedua adalh aktivitas-aktivitas dalam rangka mencintai Alloh SWT. Bagaimana agar ingat kepada Alloh SWT, bagaimana agar dekat dengan Alloh SWT, bagaimana agar kagum kepada Alloh SWT. Pendekatan untuk ini bisa dilakukan dengan berdzikir dan sebaik-baiknya dzikir adalah membaca Al-Qur'an. Maka yang dimaksud dzikir itu adalh mengingat Alloh SWT bnukan mengingat masalah. Karena biasanya kita lebih sering ingat Alloh SWT saat kita punya masalah. Maka sekali lagi dzikir adalah mengingat Alloh SWT.

Yang dilakukan ruh yang ketiga adalah aktivitas-aktivitas yang menebalkan ketakutan terhadap adzab Alloh. Maka baik kiranya jika kita mengerti adzab-adzab Alloh SWT yang diturunkan oleh ummatNYA terdahulu, mungkin bisa dilakukan dengan mentadabburi AL-qur'an atau menafsirinya dalam kajian-kajian tafsir sehingga kita paham akan peristiwa-peristiwa ummat terdahulu. Diharapkan kita tidak melakukan kesalhan/ kebodohan ummat terdahulu sehingga dijauhkan dari adzab-adzab Alloh SWT. Itulah kiranya pembahasan terkait dengan ruh. Besar harapan kita mempunyai aura ruh yang baik sehingga menjadikan kita pandai beradaptasi denga kondisi apapun dalam hidup kita dan senantiasa menjadi hambaNYA yang bergembira lantaran sudah dapat menguasai bahasuh dengan baik dengan cara memperbanyak ibadah. Tulisan ini saya akhiri dengan satu petikan ungkapan Bu Dyah tentang baiknya kita memperbanyak ibadah dan tilawah sebagai berikut : "Cahayalah yang dapat mengeluarkanmu dari kegelapan dan Cintalah yang dapat mengeluarkanmu dari kebencian,ambillah Al-qur'an sebagai sumber cahaya dan ibadah sebagai kekuatan Cinta." Semoga bermanfaat....Wollohu'alam Bii Showab...



 


Rabu, 24 Juli 2013

Ramadhan Mensucikan Jiwa

Hendaknya kondisi jiwa pada tiga keadaan. Yang pertama adalah gembira pada petunjuk dan perintah, yang kedua adalh menikmati amal dan menikmati amal itu mengalir dan yang terakhir adalh menggembirakan orang dengan amalan-amalan kita. Maka orang baik itu pada akhirnya adalh orang yang banyak menggembirakan orang sehingga orang yang digembirakan akar berkata subhanallohn, Alhamdulillah.

Sedangkan orang yang bergembira terhadap Ramadhan itu adalah saat berbuka yakni yang menyiapkan makanan untuk berbuka , bagi para ibu tidak perlu mengeluh dengan waktu yang terpakai untuk menyiapkan makan sahur maupun buka untuk keluarga, karena pahalanya sama dengan yang berpuasa yang memakan makanan yang disiapkan. Kriteria orang yang bergembira saat Ramadhan adalh orang yang banyak berdzikir pada saat orang-orang terlelap. 

Maka sejatinya Ramadhan adalah diajarkan untuk banyak berdzikir dan berdoa. Bahkan tarawih saja waktunya dimajukan, agar manusia banyak berzikir dan berdoa. Maka kenapa Ramadhan itu perlu banyak bertilawah? yup karena tilawah adalg sebaik-baiknya dzikir. Bayangkan Malaikat pada sepertiga malam terakhir itu banyak malaikan menebarkan rahmat yang turun kebumi untuk mencari manusia yang berdzikir jika sedikit yang bangun dan berdzikir maka rahmat yang diturunkan oleh para malaikat itu akan tertuju pada kita, lantaran orang lain terlelap dalam tidurnya.

Bagaimana agar jiwa selalu bisa menggali rasa bersyukur agar tetap gembira? Yang pertama adlah dengan cara mensyukuri nikmat. Perlu diingat bahwa salah satu yang membuat/menghalangi nikmat itu adalh keluh kesah. maka hindarilah untuk berkeluh kesah, gantilah dengan kalimat-kalimat uang positif atau beristhgfar. Hal yang terpenting kedua agar bisa mensyukuri nikmat adalh dengan kepiawaian kita beradaptasi atau segera mengantisipasi perasaan. Caranya tentu saja acceptence / menerima terlebih dahulu kenyataan yang ada. misalnya saat kita sedang diuji, kemudian tidak mengeluh akan apa yang terjadi dan upayakan tidak bermuka masam. Ini adalah langkah-langkah untuk mengenali diri kita sendiri. 

Pada bulan Ramadhan seyogyanya kita bisa melakukan kebiasaan ini. Yakni kebiasaan cepat beradaptasi dengan keadaan yang berubah (misalnya tertimpa ujian/musibah) maka jika kita sudah melewati proses ini dan beberapa kali berhasil , maka ungkapan " Kalau kamu itu mampu melihat dirimu maka kamu mampu mencapai kesempurnaan." maka penting bagi kita mengenal diri sendiri, menempa diri sendiri saat keadaan berubah, dan kita akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi sehingga menuju kesempurnaan diri kita. Amiin Ya Robbal Alamiin.

Langkah kedua agar jiwa selalu bisa menggali rasa bersyukur agar tetap gembira adalah dengan mengagungkan Alloh SWT. Caranya tentu saja dengan selalu menjaga kebersihan hati. Dalam memanage malan dan menjaganya dari penyakit-penyakit hati misalnya sombong, ujub, riyaa dll. Wallohualam Biishowab...

Minggu, 21 Juli 2013

Now I know that I'm Javaness

Dilahirkan di Magelang dan menjalani hidupku dari lahir hingga SMU di Magelang. Aku terlahir dari keluarga sederhana yang tidak sering travelling di waktu kecil. Hanya tempat-tempat yang dekat saja yang bisa saya sambangi, misalnya Yogyakarta yang dekat dengan Magelang. Bahkan Yogyakarta adalah Daerah Istimewa bukan bagian dari Jawa Tengah. Bapak sama ummi adalah pasangan peknggo (pek tonggo) alias menikah dengan tetangganya meskipun itu tetangga Desa. Maka saudaraku tidak banyak yang berada diluar Magelang. Itu juga salah satu faktor yang membuat saya tidak jalan-jalan pada masa ank-anak dan remaja. Untung ada program study tour dari sekolah sehingga saya punya kesempatan jalan-jalan.

Masih terekam kuat dalam ingatan saya pas setahun lalu saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya di Jakarta dan ingin kembali ke daerah. Awal Ramadhan saya mulai pulang ke Jawa Tengah. Yup...saya katakan Jawa Tengah karena saya pulang ke Purwokerto terlebih dahulu, menikmati Ramadhan 1433 H full bersama kakaku mbak Yas sekeluarga. Sholat Tarawih di Masjid Baiturrohman Alun-Alun Purwokerto itulah kenangan saya Ramadhan tahun lalu,bersama Hafshah putri kecil kakaku yang baru bisa tengkurap ikut bertarawih juga. Di Purwokerto tentu saya sudah tidak asing dengan budaya Banyumasannya. Blaka suta atau keterbukaan warganya yang amat kental insyaAlloh tidak pernah gagal saya pahami. Budaya Banyumasan itu meluas juga di daerah sekitar Purwokerto. Sering disebut Barlingmascakep yaitu Banjarnegara,Purbalingga,Banyumas,Cilacap,dan Kebumen. Bahasa, budaya daerah-daerah itu nyaris sama.

Lebaran tahun lalu saya pulang kampung ke Magelang. Tentu saja bahasanya lebih halus seperti di Yogyakarta, Budayanya lebih halus seperti di Yogyakarta. Magelang adalh bagian dari Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan DIY. Selera akan makanan seperti gudek ya sama persis dengan orang Djogja. Budaya dan bahasanya sama dengan Purworejo, Temanggung, Wonosobo, namun ada sebagian wonosobo yang campuran antara Banyumasan dan Magelangan misalnya dalam bahasa kalau Banyumasan itu ngapak dan kalau Magelangan itu alus atau orang Banyumas menyebut bahasa jawanya orang-orang Magelangan dengan istilah "mbandhek"

Setelah lebaran sempat saya kembali ke Purwokerto lagi, dan akhirnya memutuskan kuliah di MM UNDIP. Percaya atau tidak, saya tidak pernah tergambar untuk kuliah di UNDIP Semarang. Yang ada dalm bayangan saya adlah UNSOED tempat saya kuliah S1 dulu atau UGM lantaran lebih dekat jika saya mau pulang ke Magelang. Entah ada hubungannya atau tidak, yang pasti dalam dua tahun terakhir ini, saya banyak menemukan kejadian-kejadian/ peristiwa yang othak-athik gadhuk dalam istilah jawa dengan hal-hal kecil yang sala lakukan atau mimpi yang jadi kenyataan (Dejavu). Hanya saja jumlahnya banyak sekali sehingga kadang saya malas sekali untuk mengingatnya namun pasti ingat terus. Salah satunya adalah ketika tahun lalu saya berkesempatan silaturrahim ke tempat sahabat saya di Semarang, saya berkesempatan mengunjungi masjid agung Jawa Tengah, Seperti biasa narsis dan berfoto disana. Pelataran masjid yang luas dan arsitekturnya membuat saya suka dan menjadikan salah satu foto pelataran masjid itu dalam latar facebook saya. Lama sekali saya memajangnya dan banyak teman bertanya dalam comentar masjid itu dimana?. Finally saya berkesempatan singgah namun lumayan lama berkuliah di Semarang.

Apa karena itu saja maka saya berkuliah di MM UNDIP, tentu saja karena terjangkau dan gradenya sudah A dan diakui leh Bank Indonesia untuk MM nya. Bersama teman-teman satu angkatan di MM UNDIP 42 Reguler Pagi, akhirnya saya melewatkan hari-hari saya di Semarang. Sebenarnya saya masih malas untuk menceritakan hal ini. Teman-teman pasti tahu jika kita belum ikhlas/ rela atau move on dari sesuatu yang sebentar lagi hilang dalam diri/ kehidupan kita maka biasanya akan memendamnya saja dalam hati. Dalam falsafah jawa sering disebut Mikul Dhuwur Mendhem Jero. Mikul Dhuwur, memikul dengan tinggi karena begitu terasa silaturrahim dengan teman-teman seangkatan yang hanya 18 anak. Mendhem Jero karena banyak kenangan bersama kalian dan aku banyak belajar dan belajar banyak tentang karakter Jawa pada kalian.

Terima kasih Guys, itu sebutanku buat kalian. Teman lain sering menyebut kalian dengan teman - temin itu gayanya Hanasta, Brey...itu gayanya Arsyad, Gan...itu panggilanya Galang buat kalian, Pren...itu Rhesa dan Halo...adalah sapaan khasnya Anoki buat kalian. Aku pulang ke Jawa Honestly ingin berlibur lantaran kejenuhanku di Jakarta. Dalam libur itu aku dapat manfaat yakni sambil kuliah. Memang mungkin kedengeran aneh tapi seperti itulah adanya. Alloh menjawabnya dengan memberikah hadiah buatku kalian. Aku lebih sering tertawa di Semarang, aku lebih banyak Happynya di Semarang. Tentu bersama kalian. Melihat anak-anak yang terus menerus suka membully teman-teman lain, berawal dari Medy, Aryo, Dekndut, aku jadi tahu memang seperti itu gaya becandanya anak Semarang.Pernah saya tanya Hesti kamu tersinggung enggak kalau diBully seperti itu? Hesti menjawab "enggak mbak itu mereka becanda mbak...".

Disatu sisi di dalam komunitas tongkrongannya Mang Aun yang jual Gelo-Gelo di Singosari XI dekat kostanku, para Bapak-Bapak juga suka becanda dengan membully mang Aun. Dengan bullyan itu kami menjadi akrab dan saling perduli satu sama lain. Hiks kesedihan kedua yang aku rasakan sebentar lagi adalah meninggalkan komunitas mang Aun dan Gelo-Gelonya. Selain mengerti bagaimana gaya orang Semarang bercanda. Saya menjadi merasa muda lagi Guys...berbicara dengan kalian yang bersemangat itu membuat saya ikut semangat. Guyonan dan candaan yang sangat meriah buat saya itu hiburan geratis bahkan believe it or not salah satu staff di MM UNDIP yang satu kostan dengan Nunung, pernah menanyakan kepada Nunung apakah kelas kita libur? Yup...karena mereka mengerti kelas kita itu rame dan hidup. Dan mereka seneng lho....asal kalau lagi ngakak-ngakak jangan terus-terusan diruang sidang guys...ngganggu yang sidang. Terutama Hesti kalau bicara jangan keras-keras ya...suka inget aja kalu Hesti ngobrol di lantai satu aja kedengeran sampai lantai tiga, ah ...itu lucu juga sih Hes...*peyyuk Dekndut.

Yang pasti over all saya sangat terkesan dengan kebersamaan kita. Saya yang paling dituakan di kelas lantaran memang sudah tua, mohon maaf jika selama bergaul dengan kalian belum bisa menjadi kakak yang baik buat kalian. Yang pasti guys keep contack ya...saya masih di groub BBM di WA sedang error, nanti kalau sudah baik lagi saya akan kembali joint in our group. Saat menulis inipun Efri masih bbm saya menanyakan tentang keinginannya berbagai lele hasil usaha ternak lelenya. Aku terharu guys...besok kalau jadi ke kampus tinggal tugas Pak Totok saja yang mempertemukan kita semester ini. Selebihnya kita akan terpisah ke masing-masing jurusan ke berbagai kelas yang ada ada yang ke kelas malam dan ada pula yang pindah ke kelas week end (Eksekutif). Tentu saja masih banyak yang di kelas reguler pagi. Yup dan saya salah satu yang akan pindah ke kelas Executive .  

Kuliah yang menyenangkan dan sesuai misiku berlibur and Refreshing dari kejenuhan sekaligus mendapatkan tambahan manfaat ilmu, alhamdulillah terwujud berkat kalian. Seperti Ariil Noah yang sering katakah "kalian semua luar biasa". Aku sayang kalian semua. Aku masih suka membayangkan kedepan kita akan reuni, bersilaturrahim terus. Yang pasti yang terdekat dan telah kita rencanakan adalh silaturrahim di pernikahan Bunga di Jakarta. Guys jangan lupa Bunga Request Piala bergilir pernikahan. Aku merasa kita sangat dekat ya? Isn't it? Bayangkan Nama mas Ghifar calon swami Bunga sangat akrab di telinga kita, Nama Ayu pacar Arsyad yang sama namanya dengan pacar Yogo sahabat Arsyadpun kita kenal. Ikhsan pacarnya Dekndutpun sangat femiliar dengan kita dan yang pasti yang sangat akrab dengan kita adalah pacarnya Bogy (wkwkwkwkw....Mey...lha wong sekelas), pacarnya Noki tentu kita femiliar karena pernah diajak makan bareng kita di Cimory waktu itu. Keterbukaan dan ketulusan. 

Yang pasti syukur alhamdulillah dipertemukan kalian. Nungski yang sering bersamaku jalan-jalan mengenalkan semarang, Mbak Ane dan anak-anaknya yang juga unik-unik. Juni yang sekarang memanggilku kakak saja dari yang biasanya memanggilku kakak ipar. "Junski kamu masih bisa memanggilku kakak ipar lho...kan adek-adekku masih banyak selain Tyas?" wkwkwkw, piss Juns !
Hana smoga tercapai cita-citanya, tetap rajin ke perpus ya, nanti perpus gak laku kalo kamu gak ke perpus, anak-anak sekarang sudah cari semuanya di internet dan e-book soalnya. Galang n Fikri smoga bisa tercapai menjadi pengusaha yang Sukses Mulia. Nindi dan ladiees yuk kita semangat menurunkan berat badan, ntar kalian nge Gym di Semarang, aku akan berkompetisi sama kalian untuk menguruskan badan. Ntar kita liahat ya siapa pemenangnya dalm tantangan ini ladies. Gimana setuju? Yang pasti Bunga hati-hati kan udah fitting baju nikahan tho, jangan strees Ya Bung, biar bajunya nanti gak sesek...smoga Bunga dimudahkan dalam persiapan walimahnya Oktober nanti. Amiin YRA.

Tak lupa pula Aryo yang rajin bawa gitar kalo ada ulang tahun teman-teman kita, Yudain yang rajin bolos kuliahnya karena amanah kerjaan tapi sering banget beruntung terkait absen dosen, Rhesa yang paling tua untuk cowoknya. Sorry Sa akhir-akhir ini suka becandain dirimu akan mbak Ane...hehehe yang pasti smoga silaturrahim terus terjaga dan pertemanan kita erat dan Barokah. Banyak kenagan bersama kalian, nanti foto-foto diuploade di group semua ya, yang kemarin buka bersama dirumah Bunga belum lho. Ntar kalau saya kangen kalaian saya akan membuka harleemshakenya kelas kita. Karena itu Harleemshake paling gokil lantaran pemainnya kalian semua guys....Terima kasih atas ketulusan kalian. Peluk satu-satu, ups yang cowok tentu saja nggak tho yo...

Di Semarang itu orang-orangnya sangat openmind, masyarakatnya tidak gumunan atau gak gampang ikut arus akan adanya hal-hal baru. Maka hasil survey kecil-kecilan saya saat itu, saat saya mau bisnis fashion yang akhirnya gagal. Selera masyarakat Semarang itu berbeda dengan masyarakat Bandung dan Jakarta. Salah satunya dalm hal fashion. Para hijabers Semarang tidak sebanyak hijabers di Jakarta dan Bandung, mereka tidak terlalu up too date dan bukan karena gak tahu. Memang karena gak "gumunan" dan bisa berpikir rasional. Terkait harga. Konsumen makanan misalnya, liat saja beberapa rumah makan baru gampang tutup di Semarang. Awalnya rame karena mereka ingin mencoba mencicipi rasa dan harga kalau tidak cocok, biasanya dengan tegas mereka tidak melakukan pembelian ulang, itu karakter konsumen Semarang saat ini. 

Hal yang aku suka di Semarang itu masyarakatnya tidak gengsian. Liat saja kalau di Car free day yang ikut senam aerobik itu banyak sekali dan dari berbagai macam kalangan. Banyak kalangan atas yang tidak risih bersenam bersama disana, setelah itu mereka berdonor darah, sangat menyenangkan pemandangan ini menurut saya. Makanya tak heran ya UMR nya masih rendah, lantaran masyarakat tidak mau dengan yang berharga mahal tp gak berkwalitas. Maka harga makanan ya masih murah jika dibandingkan kota-kota yang lain Jakarta atau Bandung. Hanya saja orang-orang Semarang itu nafsi-nafsi alias sendiri - sendiri. Tapi bagusnya tidak saling mengganggu. Toliransi antar umat beragamanya tinggi maka di Semarang itu kalau mau cari ketenangan seperti kata salah satu dosen kita itu benar adanya. Maka kalau mau cari uang ya silahkan di Jakarta, kalau mau cari ilmu ya silahkan di Jawa Timur soalnya di Jawa Timur banyak pesantren untuk menimba ilmu. So...tenang dan Happy di Semarang.

Saat di Semarang sempat juga mengunjungi Kudus. Kota santri dengan berbagai pernak-perniknya bahkan berpapasan dengan Lamborghini juga di Kudus.  Karakter orang-orang Kudus kesana ke utara menurut saya lebih keras dari Semarang. Pasalnya semakin dekat dengan pantai seperti daerah pantai di Jepara dan sekitarnya. Pernah pula saya kaget dengan umpatan salah satu dosen dari Kudus yang agamis tapi saya terkaget-kaget dengan pilihan kata yang Beliau pilih. Buat saya yang asli Magelang tak terbiasa mendengar itu, menurut saya itu kasar dan tidak enak di telinga. Pernah juga bersilaturrahim ke rumah teman saya di Solo melalui jalur Boyolali. Budaya dan bahasanya tentu sja alus malah lebih alus dari Magelang. Tapi sama-sama enak baik dalam budayanya maupun bahasanya. Ada satu tempat dan beberapa tempat disekitarnya yang belum berhasil saya kunjungi yaitu Blora, Pati dan Rembang.  Saya rasa hanya itu saja yang belum saya kunjungi secara khusus. Tegal, Pekalongan tentu saja sering melewatinya saat saya pulang dari Jakarta menuju Magelang so sangat femiliar.

Well...sepertinya cukup setahun saya Refreshing setelah lebaran saya akan kembali ke Jakarta.  Tentu saja akan ke Semarang lagi setiap week end. Mungkin akan terasa capek, tapi banyak yang bisa menjalaninya, saya yakin saya bisa. Mohon doanya dimudahkan semuanNYA,dan saya sangat bersyukur bertemu kalian guys...dalam cerita perjalanan hidupku  dan juga mengenal Jawa Tengah yang menurut saya sudah agak terlambat, tapi tak mengapa better than Never dan saya banyak mengenal kearifan lokal-kearifan lokal Jawa Tengah selama setahun ini. Setelah ini entah kapan saya sangat ingin belajar tentang wayang...benar-benar berada di Jawa Tengah setahun ini Ramadhan 1433 - Ramadhan 1434 membuat saya mengerti bahwa saya orang Jawa dan saya mau belajar tentang budaya jawa. Karena itu tinggi dan indah. Wollohu'alam bii Showab.




Jumat, 19 Juli 2013

Bapak.

Ramadhan kali ini akan pulang ke Magelang lebih awal daripada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Yup...lantaran saya di Semarang, maka dekat jika dibandingkan dengan biasanya saya di Jakarta. Ramadhan selaluku teringat sama Bapak. Dulu sebelum Bapak dipanggil Yang Maha Kuasa selalu ada kado ulang tahun buat Bapak. Hal yang kecil namun itu sangat berkesan buat Beliau. Bapak lahir tanpa tahu tanggal berapa dan bulan apa serta tahun berapa. Itu umum terjadi pada orang tua zaman dulu yang tidak mencatat tanggal lahir anak-anaknya. Nenekku dan kakekkupun demikian. Nenek bercerita kepada Bapak bahwa seingat Nenek, Bapak sudah bisa digendong miring/ ditekuk dalam bahasa jawa disebut dengan dipekeh, saat upacara pernikahan puteri Wihelmina. Saat itu sekitar tahun 1930an. Dan anak yang dipekeh itu biasanya berumur sekitar 5 bulan. Nenek menambahkan saat itu bulan Ramadhan ketika Bapak dilahirkan.

Maka ketika kami sekeluarga mempunyai tradisi memberikan kado saat anggota keluarga berulang tahun maka Bapak berkata kalau Beliau dilahirkan pada Bulan Ramadhan. Sebagai anak yang memahami Bapak maka saya tahu Bapak juga ingin dikado seperti Ummi dan kedua kakakku jika berulang tahun. Sudah sepuluh tahun ini saya tidak memberikan kado ulang tahun untuk Bapak, karena Bapak sudah menghadapNYA.Maka kado yang senantiasa putrinya lakukan adalh berusaha terus menjadi perempuan yang sholihah, agar kelak Bapak dan juga Ummi mendapatkan jannahNYA. Seperti yang termaktub dalam sebuah hadist Nabi yang kira-kira seperti ini bunyinya: Jika engkau diberikan amanah tiga anak perempuan dan ketiganya sholihah maka syurga adalah janjiNYA, kemudian sahabat bertanya bagaimana jika dua Ya Rosul? Rosululloh menjawab ya surga juga, kemudian ada sahabat bertanya kembali bagaimana jika hanya satu? Rosulullohpun mengiyakan.

Well...Ramadhan dua pekan terakhir akan kunikmati di kampung halamanku Magelang. Kerinduanku akan beramadhan di kampung sangat dalam, aku juga tak tahu kenapa bisa seperti itu. Padahal lebaran tahun ini mbak Yas kakakku akan mudik ke Jakarta ke rumah mertuanya dan sudah bisa diduga maka aku akan sendirian dirumah. Tak mengapa dalam hatiku, aku akan lewati ramadhan dan lebaran kali ini sendirian saja. yup di rumah Bapak. Tapi tak mengapa kehidupan di kampung itu berbeda dengan kehidupan di kota besar. Satu kampung bisa jadi saudara dan akan banyak yang silaturrahim kerumah dan saya juga akan silaturrahim kepada saudara-saudara Bapak dan ummi karena menyambung tali silaturrim dengan saudara dan temen/sahabat dari orangtua kita itu baik hukumnya.

Almarhum Bapak adalah laki-laki pertama yang kukenal baik dalam keluarga. Bapak tentu saja paling ganteng serumah lantaran anggota keluarga yang lain adalah semuanya perempuan. Kadang Bapak sholat sendirian tak berjamaah ketika Bapak tidak sholat di Masjid lantaran ketiga putrinya dan ummi sedang menstruasi. Bisa kubayangkan betapa bahagianya Bapak jika mempunyai anak laki-laki. Dulu Bapak hanya ingin dua nank cuku yakni mbak Septi amarhumah dan mbak Yas. Namun Bapak tambah lagi satu saya yang berjarak lumayak jauh dengan kakak keduaku mbak Yas (Yazidatus Sa'diyah Agusani) yakni 5 tahun dan kakak pertamaku almarhumah Farida septi Handayani 8 tahun. Ternyata Alloh memebrikan karunia kepada Bapak dan Ummi aku, seorang perempuan. Maka kadang Bapak suka bercanda " wah memang susah ya bikin anak laki-laki." karena Bapak memang kadang humoris.

Sering menangis kalo teringat Bapak. Betapa kini kusadari setelah saya tumbuh dewasa ternyata Bapak adalah peletak legasi hidupku. Bahwa Bapak adalah guru tentang nilai, guru tentang idealisme buatku dan kakak-kakaku. Ternyata memang seperti itu. Memang sering kita dengar seorang ibu adalah madrasatul ula bagi putra-putinya, namun sejatinya yang benar adalh tanggung jawab pendidikan anak itu tetap pada diri sang ayah. Maka kelak ketika kita sudah meninggal dan Alloh memanggil nama kita dalam antrian untuk hari penimbangan (yaumul miizan) adalah nama anak binti nama Bapak. kelak Alloh akan memanggilku Noviati Endang Mustaqimah binti Abu Sudjak.  Karena nama Bapakku Abu Sujak. Maka kadang suka heran jika ada nama dan diikuti nama swami, misalnya Titi Tsuman yang akhirnya berpisah dengan swami maka berganti dengan Titi Rajo Bintang. Sebaiknya dari awal pakailah nama Bapak sehingga tidak terjadi hal yang agak aneh dalam penamaan namanya.

Aku sangat terkesan dengan cerita-cerita Bapak saat aku masih kecil, Bapak adalah seorang story teller yang baik, mulai dari cerita-cerita tentang Nabi hingga cerita kancil yang bisa Bapak ceritakan untukku, tentu saja Bapak sangat ekspresif dalm bercerita. Maka munkin aku saat ini bisa ekspresif lantaran dulu mendapat ilmu ekspresif story tellingnya Bapak. Tak pernah lekang pula dalam ingatanku Bapak sakit selama satu tahun badannya tidak bisa digerakkan, lantaranaku minta digendong dibelakang dan Bapak terjatuh, dalam bahasa jawa sering disebut kecengklak. Hampir tiap sore kaalu tak hujan Bapak menggendongku di punggungnya mengajakku berjalan-jalan dan Bapak akan menceritakan tentang ayam, ikan di kolam atau apapun yang ditemui sore itu. Duh....kini saat aku menulis ini air mataku benar-benar mengalir....

Saat aku tumbuh menjadi ABG Bapak merubah pola asuhnya kepadaku, Beliau lebih banyak mendengar. Makanya dulu saat masih SMP kadang saya suka aneh kalau ada teman  laki-laki kok cerewet sekali, karena dulu yang saya temui dirumah satu-satunya laki-laki adalah sosok yang berbicara proporsional saja. Tidak cerewet. Cerita kehidupan sehari-hari masa ABG yang ceria dan mulai mempesona tentu saja dengan Ummi. Apapun itu. Hingga ummi hafal nama-nama temanku, maka saat teman-temanku silaturrahim kerumah ummi sudah tahu oh yang ini namanya A atau yang ini namanya B orangnya seperti ini blablablabla.Ummi biasanya bercerita sama Bapak atas perkembangan putri-putrinya yang sudah dewasa dan apa saja hal-hal yang perlu diluruskan secara nilai/ value. Maka seingatku Bapak akan menyelipkan nasehatnya saat- saat ada momentum yang tepat. 

Misalnya dulu saat aku kelas 2 SMP aku punya adek kelas yang sama-sama aktif di Pramuka namun sepertinya kok penghormatan kepadanya kurang jika dibandingkan dengan si A yang dulu teman saat SDku. Disinyalir si A adalah anak istri pertama dari srorang terpandang dari kampung tetangga dan adek kelas saya adalah anak dari isteri kedua atau bahkan mungkin isteri simpanan. Aku melihat betapa jahatnya orang-orang bahkan teman-temanku membedakan terhadap keduanya. Padahal adek kelasku itu pandai, santun, aktifis hanya karena posisi ibunya yang berstatus berbeda dengan ibu si A maka akhirnya adek kelasku tidak mendapatkan penghargaan yang sama dengan si A. Nah....kegelisahan-kegelisahan seperti tiu yang dulu kurasakan saat SMP ketika melihat fenomena pertemananku dan aktifitasku. Biasanya kalau cerita model begini pasti sampai telinga Bapak. Dan Bapak akan menjelaskan sebuah konsep secara sederhana seusiaku saat aku bisa memahami konsep itu. Bapak kadang provokatif agar aku tergerak untuk cari tahu akan kebenaran akan sesuatu. Liat saja nanti adek kelasmu itu bagaimana, titeni....(dalam bahasa Indonesia tandai). 

Bapak waktu itu bercerita tentang bibit yang baik seorang anak itu haruslah dengan cara yang baik. Maka memang ketika seorang istri katakanlah menjadi simpanan seseorang dan mungkin tidak dinikahi maka itu berzina kedepannya anak yang dilahirkan dari perzinaan adalah tidak barokah. Namun anak yang lahir itu kan seperti kertas putih yang bersih dan tinggal bagaimana ia dididik, karena dalam Islam bukankah tidak mengenal dosa turunan. Bapak mendengarkan argumentasiku dan seperti biasa tersenyum....lihat saja entar gimana? (agar aku merasa tak puas dan mencari itu apa.....) Seperti itulah Bapakku.

Hingga setelah di Jakarta saya temukan buku karangan Pak Palgunadi Tatit Setiawan tentang keberkahan yang kalau saya tidak salah ingat namanya "Daun-daun berserakan". Dan saya tersenyum dan disambung menangis karena ingat Bapak, saat saya berumur tiga belas tahunan Bapak mau menceritakan kepadaku tentang konsep keberkahan. Akhirnya saya faham melalui buku itu, apa yang disampaiakan pak Pal intinya sama dengan apa yang disampaikan Bapakku. Aku sungguh terharu....Hingga dalam acara reuni SMP beberapa tahun lalu kami bertemu kembali. Saya sudah di Dompet Dhuafa. Nampak Pak Bunanto guru matematika kami menyapa,"Novi....ini lho ada yang lupa sama kamu...". "Siapa pak?". Nampak disebelah Pak Bunanto seorang pria dengan stelan celana jins basic dan hem lengan pendek dan yup...lumayan keren and handsome nampak sangat terpelajar. Aku masih menebak dan laki-laki itu berbicara begini :"sekarang mbak Novi sudah jadi akhwat ya...dulu kan mbak sayang banget sama aku..". Aku tahu laki-laki ini adalah temanku yang suka mengayuh sepeda bersama saat pulang sekolah, bercerita tentang keluarga dll...ya itu kamu. Orang yang pernah jadi pembcaraan dirumahku tentang "apa itu berkah". Dalam hatiku aku tertawa ngakak mungkin bukan sayang tapi aku kasihan lebih tepatnya itu. Namun mulutku tentu saja tetap terkunci hanya sajan aku tersenyum simpul. "saya di UGM mbak ambil ilmu politik saya aktif di lembaga risetnya doakan saya segera lulus." adek kelasku itu menceritakan aktifitasnya saat ini. Maka lagi-lagi aku saat itu teringat akan Bapak dengan konsep keberkahannya.

Saat saya bergabung dengan regu inti PRAMUKA SMP Bapak yang terlihat sangat senang dan antusias. Dulu memang saya tomby, ups keceplosan, tapi itu dulu ya....sudah lama sekali...(SMP catet!). Melihat anak bungsunya berspatu warrior, mamakai copel dan bertopi rimba itu nampak pemandangan yang "sesuatu" buat Bapak. Kenapa? Ya...karena Bapak sangat ingin ada anaknya yang menjadi tentara. Aneh ya?  Saat ada ABRI MASUK DESA Bapak sangat detail menanyakan persyaratan untuk menjadi seorang tentara, Bagaimana jika tentara wanita dan lain-lain semua ditanyakan. Harapannya saya jadi tentara. Hanya keinginanku jauh dari menjadi seorang tentara. Meskipun pernah juga ingin membahagiakan Bapak dengan mengikuti seleksi masuk AKIP 9Akademi pemasarakatan) yang semi militer, dimana salah satu profesinya adalah menjadi SIPIR penjara. Hahahaha ngikik kalau saya mengingat masa itu selepas kuliah. Itupun Bapak sponsor utamaku. Namun saya gagal dalam seleksi tersebut. Bapak Mohon maaf tidak mengabulkan keinginanmu. Aku selalu bertanya dalam hati, kenapa ya Bapak ingin anaknya menjadi tentara? Dan pertannyaaku terjawab beberapa hari lalu saat saya menonton film "Sang Kyai". Yup karena Hisbulloh adalah cikal bakal lahirnya TNI. Bapak dulu termasuk pejuang Hizbulloh dan mengerti betul seperti apa heroiknya perjuangan mengangkat senjata. Mungkin Bapak ingin sekali salah satu anaknya ada yang bisa merasakan perjuangan semacam itu tentu saja dalam kontek kekinian yakni menjadi tentara. Ah lagi-lagi saya kagum sama Bapak. 

Bapk bisa bermain musik. Dalam group keroncong bersama teman - teman Belia Bapak biasa memainkan bass bethot. Tapi Bapak juga piaway bermain gitar. Dulu band keroncong Bapak adalah pengiring opera Betha-Bethi yang digelar di Kyai Sepanjang yang saat ini dikenal dengan sasana bumi kyai sepanjang yakni salah satu gedung perjunjukan di Kota Magelang. Dengan Band Bapak pula Bapk biasa mengiringi acara-acara partai Masyumi. Maka sering terkenal dengan Bandnya Masyumi. Well...Nuansa musik dirumah sangat bebas terekspresikan. Semua aliran musik boleh diperdengarkan di rumah tidak ada proteksi sama skali, bebas sebebas-bebasnya sesuai dengan kesukaan masing-masing anggota keluarga. Dulu Bapak juga tidak masalah mendengarkan kaset-kaset Nirvanaku, Bon Jovi, Fire House dan lain sebagainya (sekali lagi itu dulu ya....:p). Yang pasti mendengarkan lagu keroncong dan mengiringi Bapak bernyanyi saat beliau memainkan gitar. Ah Bapakku memang asyik ternyata orangnya...

Saat aku bekerja setelah lulus SMU, Bapak sangat terharu dan terkesan saat aku sudah bisa memberinya uang. Bapak memberikan laporan detail uang itu untuk apa. padahal buatku tidak penting akan Bapak gunakan untuk apa. Aku cuma mau bilang come on anak bungsumu ini sudah besar, sudah bisa cari duit sendiri dan tak usah dijadikan beban pikiran. Itu saja. Maka akhirnya aku tahu bahwa nasib bekerja terlebih dahulu sebelum aku kuliah S1 adalh cara sayangnya Alloh agar aku bisa merasakan nikmatnya memberi uang kepada Bapak. Why? Karena setelah saya lulus kuliah S1dan bekerja maka Bapak sudah tidak bisa menerima uang pemberianku.Yup lantaran Bapak sudah dipanggil yang Maha kuasa. Syukur selalu saya pajatkan bahwa saya pernah menjadi buruh pabrik di  bilangkan kawasan EGYB Bekasi. Karena dengan gajiku disana aku bisa memberi Bapak. Meskipun kutahu itu belum apa-apa dari apa yang telah Bapak beri buat kami puteri-puterinya. 

Saat aku kuliah S1 Bapak adalah teman diskusiku tentang ekonomi syariah. Bapak dapat berbahasa arab dengan baik, Bapak juga memahami akad-akad dalam fiqh muamalah saat saya coba bacakan makalah-makalah yang saya dapatkan saat kuliah informal ekonomi syariah atau dari bahan seminar-seminar ekonomi syariah yang kuikuti. Bapak juga orang yang nyambung saat saya bercerita  tentang Dinar-dirham saat aku bersemangat bercerita tentang mata uang itu. Subhanalloh itu keren menurutku.....Yang membuatku terharu adalah Bapak yang menyediakan air hangat untuk aku mandi kalau baru pulang dari UNSOED Purwokerto tempat dimana saya kuliah S1(maklum dirumah tidak ada penghangat/ pemanas air untuk mandi).

Sekarang jika Bapak masih ada kira-kira Bapak akan bicara apa ya? kadang suka terbersit dalam benakku. Teringat pula saat Bapak sering mendatangai kamar-kamar putri-putrinya hanya menanyakan apakah kami sudah makan? dalam bahasa arab " lam takkul?". Itu pertanda Bapak mau makan dan memastikan jika Bapak mau makan semua putri-putrinya juga sudah makan. So Sweet ya...Bapak juga suka becanda dengan beberapa sindiran lucu. Misalnya jika Ummi sibuk dan terlalu serius mengisi buku-buku laporan PKK Desa hingga kadang kelupaan untuk menyediakan makan bagi swaminya. Bapak akan nyeletuk gini :" lho kui ummuka nganti wis koyo manuk garudo wae ket mau..." dalam bahasa Indonesia begini:"Lho itu ibumu (dalam bhs Arab ummuka) sudah seperti burung Garuda saja dari tadi. *Maksud burung garuda adalah burung Garuda Pancasila yang lehernya tidak pernah ganti neggok"kaku" dan tidak bernjak dari  tadi seperti ummi yang asyik ngerjain buku-buku laporan PKK Desa. Kenapa burung garuda analoginya? ya karena ummi itu di PKK Desa ketua Bidang I yakni tentang bela negara atau something like that lah yang berbau nasionalisme gitu. Sebenarnya itu pertanda Bapak sudah lapar dan saatnya makan. Dan Bapak hampir selalu setiap makan ditemani ummi. Tidak mau ditemai yang lain (ya iyalah...hehehehe).

Bapak sangat rapi dalam hal pakaian, pakaiannya tidak banyak tapi bagus-bagus. Sarungnya juga yang bagus, umayan Bagus tepatnya, meskipun juga tidak banyak. Bapak rajin merawat pakaiannya sendiri. Bahkan kadang membilas pakaiannya lagi ketika ummi saat mencucikan bajunya dirasa kurang bersih. Tapi Bapak tidak marah akan hal itu. Bayangkan Bapk ku menyetrika bajunya sendri dan rapi sekali hasil setrikaannya,malah kadang-kadang ummi nitip satu baju untuk disetrikakan sama Bapak. Putri-Putrinya telah terbiasa mencuci baju dan menyetrika sendiri-sendiri sejak kecil dan parahnya begitu juga Bapak. Sama mencuci dan menyetrika bajunya sendiri. Aneh ya untuk masa saat ini?...itulah Bapakku. Bapak juga satu-satunya orang yang bersiul dirumah. Sering mendengar Bapak bersiul biasanya saat sedang berpakaian atau memperbaiki sesuatu. Aku kecil sering kebagian menepuk-nepuk jidak Bapak kalu sedang pusing dan menginjak-injak badan Bapak (ngidak-idak) kalau Bapak capek. Sementara mbak Yas biasanya bertugas memotong kuku Bapak...benar-benar dimanjakan sama putri-putrinya. 

Yang membuat saya kagum ya jiwa pengabdiannya. Hingga akhir hayat tetap menjadi kepala dusun sejak Tahun 1982 Hingga Tahun 2002. Tanpa Bayaran yang memadai. Namun terus ikhlas mengemban amanah. Bermanfaat untuk sesama karena ingin meraih JannahNYA saja. Buatku itu contoh nyata hidup seorang Bapak sederhana yang bisa mewariskan idealisme-idealismeNYA kepada saya. Bapak meninggal dalm usia 72 tahun.Terima kasih Bapak....saya tahu Bapak sudah berusaha menjadi yang terbaik buat saya dan kedua kakaku. Semoga Bapak diberi tempat terbaik disisiNYA saat ini Ammiin. Dan kelak kami sekeluarga bisa bersama berkumpul di SyurgaNYA.Amiiin Ya Robbal Alamiin. Wollohualam BiiShowab.










Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...