Selasa, 26 Maret 2013

Rapat Anggota Tahunan KJKS BMT TAWFIN


Sabtu kemarin tepatnya tanggal 23 Maret 2013 BMT TAWFIN telah melaksanakan RAT yang merupakan kekuasaan tertinggi  dalam koperasi. Seperti kita ketahui bahwa badan hukum BMT adalah koperasi syariah, sehingga ketentuan-ketentuan tentang perkoperasian spesifiknya yang syariah wajib dipenuhi. Termasuk dalam hal keanggotaan koperasi. Keanggotaan koperasi terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa dan calon anggota. Difinisi dari anggota biasa adalah anggota yang telah menyetorkan dana setoran pokok sebesar Rp.1.000.000,00 dan sertifikat modal koperasi sebesar Rp.1.000.000,00 atau yang dalam istilah dimasa lalu adalah simpanan wajib. Jumlah untuk sertifikat modal  koperasi bisa dicicil dalam bentuk pecahan sertifikat Rp.100.000,00 saja. Jadi setiap tahunnya anggota biasa menyetorkan total dananya minimal Rp.2.000.000,00. 

Sedangkan definisi dari anggota luar biasa adalah cara untuk menetapkan agar nasabah menjadi bagian dalam koperasi sebagai anggota. Hal ini diharuskan dalam AD/ART koperasi yang menyebutkan kurang lebih bahwa koperasi harus memberikan kemanfaatan sepenuhnya bagi anggota. Namun seperti kita ketahui bersama bahwa para nasabah/ pengguna jasa BMT TAWFIN adalah mereka yang termasuk dalam pengusaha golongan lemah seperti pedagang kelapa parut di pasar Mencos Setia Budi, pedagang-pedagang kaki lima di seputaran perkantoran di Seta Budi dan lain sebagainya. Untuk memudahkan hal ini maka pada RAT kemarin telah ditetapkan bahwa besarnya simpanan pokok bagi anggota luar biasa adalah Rp.10.000,00 saja. Nominal tersebut diharapkan tidak memberatkan pemakai jasa BMT TAFWIN yang memang tergolong pengusaha ekonomi lemah. 

Selain simpanan pokok, dan sertifikat modal koperasi, BMT TAWFIN juga membuat skema tabungan bagi para anggota dan deposito minimal sebulan dengan bagi hasil yang menarik. Pada RAT tahun pertama ini, Alhamdulillah total dana yang terhimpun sebesar Rp.130.000.000,00 sekian (tepatnya saya tidak mencatat) dengan total anggota biasa sebanyak 55 orang dan penerima manfaat sebanyak 66 nasabah. Memang di tahun pertama ini BMT TAWFIN masih defisit sekitar Rp.17.000.000,00 namun menurut Dewan Pengawas hal ini masih wajar dalam skala pertumbuhan sebuah koperasi Jasa Keuangan Syariah. Dewan pembina diketuai oleh Hendro Wibowo dosen SEBI yang didampingi oleh mas Sholeh dan Mas Rizki Son yang sudah lama malang melintang berkecimpung di pemberdayaan usaha kecil  Microfin.

Target tahun depan adalah tercapainya penggalangan modal dari simpanan pokok dan sertifikat modal koperasi sebesar Rp.500.000.000,00 dengan nominal Rp.500.000.000,00 maka insyaAlloh BMT TAFWIN sudah bisa mempositifkan laba (sudah meraih keuntungan pada tahun kedua). Angka Rp.500.000.000,00 bukan hanya impian kosong semata, dengan melihat potensi alumni  Forum Silaturrahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) yang berhimpun dalam Korps Alumni FoSSEI yang tersebar diseluruh Indonesia dan mulai banyak yang berada di manca negara (sedang study di luar negeri) maka angka Rp.500.000.000,00 bukanlah isapan jempol semata. Itu nyata dan riil. Tantangannya adalah bagaimana mengajak alumni-alumni FoSSEI yang tergabung dari masing-masing Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) dari masing-masing universitas se-Indonesia bisa turut berpartisipasi.

Dalam pidatonya, Ketua KA FoSSEI mas Alfi Wijaya menyampaikan harapannya kepada BMT TAFWIN untuk bisa menjadi motor penggerak bagi kegiatan-kegiatan KA FoSSEI kedepan. Mas Alfi juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengurus yang sudah dengan ikhlas tanpa dibayar meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengemban amanah di BMT TAWFIN. Team pengurus BMT TAWFIN yang di ketuai oleh Kindi Miftah sebagai CEO dinilai bagus dalam mengurus BMT TAWFIN. Ucapan terima kasih juga disampaian kepada kedua karyawan BMT TAWFIN yaitu  Riza sebagai manager dan Ari Haura sebagai staffnya. Berkat kedua karyawan inilah BMT TAWFIN melenggang turut memajukan khasanah BMT di Jakarta. Saat ini BMT TAWFIN sedang membutuhkan seorang karyawan lagi untuk memperkuat team, silahkan jika ada pembaca yang berminat bisa melamar. Pujian juga disampaikan kepada para pengurus yang ternyata hampir semuanya berpendidikan S2 dan ini merupakan BMT paling canggih yang ada di Indonesia saat ini. Kenapa paling canggih? Karena BMT TAWFIN sudah menggunakan Risk management yang super ketat seperti pada bank-bank Syariah, dimana saat ini belum ada BMT yang menggunakan Risk management.

Jika kita mau melihat model komunitas alumni organisasi mahasiswa yang mendirikan usaha sejenis, marilah kita menengok BPRS Harta Insan Karimah (HIK). BPRS ini besar di Jakarta dan sekitarnya. BPRS HIK adalah BPRS yang dimiliki oleh para alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UGM. Bukan tidak mungkin dengan source yang dimiliki oleh para alumni FoSSEI maka BMT TAWFIN akan bisa sebesar BPRS HIK dimasa mendatang bahkan bisa lebih dari itu. Amiin Ya Robbal Alamiin. Bukan hanya impian untuk menjadi besar namun juga visi ideal kami untuk memberikan contoh transaksi-transaksi syariah yang tepat sesuai syariah kepada masyarakat. Mudah-mudahan visi ini juga tercapai. Amiin Ya Robbal Alamiin.

Bagi anda yang membaca tulisan saya ini dan merasa alumni dari masing-masing Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) dari universitas manapun dan dimanapun posisi anda berada silahkan hubungi kami untuk bergabung memulai bersilaturrahim dalam langkah nyata menjadi anggota BMT TAFWIN. Kantor BMT TAFWIN saat ini masih bersama dengan kantor Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat Di Jalan Setia Budi Tengah No.23 Jakarta Pusat. Atau bisa menghubungi Ari Haura di nomor Hp.085640404646. Jika menginginkan informasi lebih jauh secara detail maka bisa juga untuk hadir dalam acara Silaturrahmi Akbar / SILAKBAR KA FoSSEI nanti yang akan dilaksanakan insyaAlloh tanggal 25 Mei 2013 di Jakarta. Untuk tempat masih belum fixed, namun bagi anda yang merasa bagian dari KA FoSSEI baik yang sudah terdaftar maupun belum terdaftar dihimbau untuk mengosongkan agenda pada tanggal tersebut. Sekian smoga bermanfaat. Wollohualam Bishowab....

Jumat, 22 Maret 2013

Kenapa Stres?

Hari Jum'at adalah hari pendek bagi sebagian orang. Hari Jum'at merupakan hari yang menyenangkan ketika besok adalah hari libur selama dua hari. Yup...hari Jum'at buat saya adalah tambahan cash ruhiyah karena ada skedul bertemu ummi Dyah guru ngajiku. Belum lama memang mengikuti kajian beliau. Teringat saat awal tinggal di Semarang dan mendapatkan nomor telepon ummi Dyah. Ummi langsung menanyakan skedul saya dan taklim yang ummi Dyah adakan. Subhanalloh jamaahnya Beliau bisa mencapai dua ratus orang perempuan baik dari yang masih single maupun yang sudah berkeluarga (ummahat). Tentu saja tidak disatukan namun dibagi dalam berbagai segmen ada yang kelompok mahasiswa, ada yang karyawan dan lain sebagainya.

Beberapa kali bertemu ummi Dyah, nampaknya saya sudah mulai kecanduan untuk ngaji terus sama ummi. Yah sering merasa disindir, terkadang saya bisa tertawa sendiri lantaran menertawakan diri sendiri yang masih jauh dari sebutan hamba yang beriman (mukmin). Ah ummi...rupanya Alloh SWT tepat mempertemukan Ummi saat ini. Terima kasih ya Robb. Jum'at lalu absen lantaran silaturrahim ke Solo. Jum'at ini tidak boleh absen lantaran Jum'at depan libur tanggal merah. Agak aneh juga ngaji sama ummi Dyah, ada liburnya juga. Tapi ini menjadi unik karena ngaji menjadi dirindukan sehingga menambah semangat.

Jum'at ini ummi membahas tentang bagaimana sebaiknya seorang hamba menjalani ujian yang datang. Bagaimana sikap hati kita? Hati yang bersih akan bersikap tetap mensucikan Alloh SWT, tetap memujiNYA, mengagungkan Alloh SWT. Pertanyaan pokoknya adalah "apakah kamu akan tetap ridho terhadap apa yang Alloh SWT berikan ?" Langkah yang harus dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan hati. Bagaimana agar hati tetap bersih maka salah satu kuncinya adalah otak itu butuh terarah. Berawal dari panca indera kita merespon sesuatu kemudian disampaikan ke otak. Jika proses ini dilalui dan terjadi "panik" maka itu pertanda masukan ke  otak lebih  dan masukan ke hati kurang.

Menurut ulama Al Hatim Al asham, seseorang itu seleranya dipengaruhi oleh hal-hal yang pokok yaitu :
1. Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan sampai ditangan orang lain, maka jiwaku tenteram karenanya.
2. Aku tahu bahwa kewajibanku tidak mungkin dikerjakan oleh orang lain maka akupun sibuk  mengerjakannya.
3.Aku tahu bahwakematian akan datang tiba-tiba maka akupun selalu bersiap menjemputnya.
   Maka biasanya jika ada orang yang berdzikir kepada Alloh akan kematian, ingin mati maka biasanya    Alloh akan menggantikannya dengan banyak beribadah (ketakuta syari'ah), namun sebaliknya jika ketakutannya karena duniawi maka biasanya  Alloh membuatnya smakin suka dengan dunia.
4. Aku tahu bahwa aku tidak mungkin lepas dari pengawasan Alloh SWT,dimanapun aku berada. Maka aku merasa malu dengan tingkah lakuku.
Malu itu penting agar kita mempunyai harga diri, tentu saja malu berbuat hal yang buruk. Misalnya meminta-minta.

Dari kriteria selera diatas, kita bisa hidup nyaman tidak stres jika selera kita sudah bisa ditemukan dengan pendekatan diatas. Dapat pula disimpulkan bahwa orang itu akan susah berbuat kebaikan karena masih banyak keinginan-keinginan duniawi. Misalnya yang sederhana, ada tukang becak yang mangkal di depan masjid. Saat waktu sholat tiba ia tidak kunjung sholat juga. Malah berkomentar, saya tungguin becaknya saja tidak ada yang naik, bagaimana jika saya tinggal untuk sholat. Tentu saja hidup itu untuk meraih keimanan bukan hidup untuk hidup, seperti yang dilakukan oleh si tukang becak tadi. Itu contoh kecil si tukang becak. Bahkan kita mungkin dengan hal yang berbeda masih seperti itu. Masih suka mempunyai banyak keinginan duniawi sehingga masih enggan untuk berbuat kebaikan. Wollohualam bishowab...

Kamis, 21 Maret 2013

Tempat Belanja Buku lama dan murah di Semarang

Membeli buku laksana dua sisi mata uang dengan belajar jika kita berkuliah. Berawal dari buku diktat porf Augusty dosen mata kulaiah Problem solving and Dicision Making yang menggunakan buku lamanya Kepner and Troege dengan judul "Manager yang Rasional". Mencari buku itu adalah pengalaman tersendiri buat saya. Stadion adalah tempat pertama yang saya tuju. di Stadion berjajar lapak-lapak para penjual buku yang memajang dagangan bukunya. Mulai dari buku-buku sekolah, kuliah, resep masakan-masakan, novel, buku-buku sastra dan lain sebagainya. Kondisi buku-buku tersebut ada yang original dari penerbit, ada pula yang bajakan. Bagi anda yang sudah pernah ke Kwitang di Jakarta dan Shopping di Yogyakarta maka tenpat ini mirip dengan kedua tempat tersebut. Bedanya jumlah lapaknya saja yang hanya sekitar sepuluhan tidak seperti di Shopping center yang bisa mencapai ratusan.

Alhamdulillah buku Manajer yang Rasional berhasil saya temukan di Stadion dengan harga Rp.25.000,00. Pencarian selanjutnya adalah di Pasar Johar lantai 2. Saya baru pertama kali menginjakkan kaki di pasar Johar lantai 2 hari senin kemarin. Benberapa bulan lalu saya sempat berbelanja di lantai satu sembari melihat-lihat pasar ini yang sangat melegenda di Semarang. Namun saat itu saya mengurungkan diri untuk naik ke lantai 2 lantaran nampak gelap dari bawah. Ternyata setelah kesana saya merasa biasa saja tidak begitu gelap seperti bayangan saya waktu itu. Bersama teman saya menyusuri lapak-lapak penjual buku di lantai 2 pasar Johar. Akhirnya menemukan buku yang sama namun kondisinya kurang begitu bagus. Teman saya membeli buku tersebut dengan harga Rp.15.000,00. Selain membeli buku "Manager Rasional", banyak sekali buku-buku mata kuliah yang ada disana. Akhirnya saya membawa pulang juga buku Philips Kottler dengan harga Rp.30.000,00 saja.

Menyenangkan berbelanja dengan hunting seperti itu. Saat pulang saya dan teman melihat-lihat sekitar pasar Johar. Nampak ada penjual hijab. Pakaian-pakaian mulai dari batik hingga baju tidur hingga para pedagang sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, daging, jajanan pasar dan makanan-makanan ringan. Keesokan harinya, teman saya mengajak saya untuk kembali ke Pasar Johar. Kali ini tidak mencari buku-buku untuk mata kuliah. Namun mencari jilbab yang sedang tren di masyarakat umum yang disebut dengan jilbab KCB. Alhamdulillah berhasil dengan harga Rp.17.000,00 saja.

Saya kebetulan sedang kehabisan stok sayuran dan lauk di kulkas, maka saya berbelanja skalian di pasar Johar dibagian sayur-sayuran dan buah- buahan serta ikan-ikan di sisi sebelah barat pasar. Seni menawar memang sedikit berbeda. Orang semarang agak kasar menurut saya, kita menawar pedagangnya tidak berkenan dengan harganya eh mukanya ketus dan tak bersahabat. Langsung saja kami cabut dan sengaja membeli barang yang sama di pedagang sebelahnya dengan harga yang sama. Terkadang memang musti begitu cara mendidik pedagang yang kurang ramah agar bisa lebih bersahabat dengan pembeli.

Bisa mengajak temanku ke Pasar Tradisional itu menyenangkan, ternyata dia juga senang juga ketika saya tanya bagaimana berbelanja di pasar Johar? ya menyenangkan, meskipun sempet saya lihat dia kecapaian dan duduk lama di kursi saat saya menawar kain meteran untuk bahan membuat long dress.Selesai berbelanja dari Pasar Johar, temen saya mulai menganalisa pasar dengan teori marketing mix yang kebetulan baru dua minggu lalu dibahas oleh dosen bisnis. Keluhannya adalah menawar. Saya amati untuk anak-anak jaman sekarang tidak bisa menawar karena tidak pernah dibiasakan untuk diajak kem pasar tradisional dan tidak terbiasa menawar. Biasanya yang dilihat adalah Mall-Mall yang sudah tertera harga pas. Bagaimana ya anak-anak kecil negeri ini? Jika setiap akhir pekan tempat bermainnya adalah Mall. Maka sangat mungkin nanti anak-anak kecil negeri ini tidak tahu dan tidak kenal pasar itu seperti apa? Yang mereka tahu ya Mall itu saja.Sungguh kasian nasib para pedagang pasar tradisional. Yuk...semangat ke Pasar tradisional dan ajak teman-teman kita kesana.

Senin, 18 Maret 2013

Puteri Indonesia Sebenarnya

Mengenalmu di Jakarta waktu itu. Kamu masih mahasiswa di sekolah ekonomi bisnis Islam di Sebelah kantorku berada. Hingga suatu saat kita mengenal lantaran kamu bekerja sambil kuliah di Masyarakat Ekonomi Syariah (MES Pusat) menjadi anak buah temanku. Saat itu memang jujur saja masih lupa-lupa ingat siapa ya kamu, yang ramah, suka manggil-manggil saya kalau saya lewat depan kampusmu untuk  rapat di Kantor pusat Dompet Dhuafa Ciputat. Yup...Namamu Yuni. Nama yang terbilang nama jawa dan umum. Lantaran Yuni dilahirkan di Solo di Mojogedang kampung kebanggaannya.

Berawal beberapa bulan lalu ada teman lama di Jakarta yang mengirimkan bbm akan bersilaturrahim dan liburan  ke Purwokerto bersama Yuni. Yang Ia tahu saya pulang ke Purwokerto selepas resign dari Jakarta. Memang sejenak saya singgah di Purwokerto tempat kakak saya bertempat tinggal. Kemudian saya melanjutkan hidup saya di Semarang. Saat bbm teman saya Hikmah (nama teman saya) saya terima. Saya sudah berada di Semarang. Lantas saya tawarkan untuk berlibur saja ke Semarang, karena saya saat itu sudah di Semarang. Praktis posisi Yunipun saat itu masih di Jakarta.

Beberapa miggu lalu saya melihat status bbm Yuni sudah di Solo. Saya pastikan lewat bbm pula apa benar dia sudah pulang kampung? Ternyata benar. Alhamdulillah weekend kemarin skedulnya match dengan skedul Yuni, meskipun tidak full lantaran Yuni ada aktifitas kantor hari Minggu. Dalam kondisi saya yang kurang bersemangat sepertinya memang tepat bersilaturrahim kepada teman saya ini. Minimal memunculkan semangat lagi. Bagaimana bisa Yuni yang dulu waktu di Jakarta seringnya bertemu di Mall, tempat makan enak di Jakarta. Sekarang bisa hidup ala kampung kebanggaannya di Mojogedang.

Yuni adalah anak terakhir dari keluarga Ciptono ( Semoga saya tidak salah ingat dengan nama Bapak Yuni). Pak Ciptono memang bertekad untuk menyekolahkan putra-putrinya hingga sampai sekolah Tinggi (universitas). Bahkan Beliau membeli sepeda motor setelah semua putra-putrinya lulus kuliah / menyelesaikan pendidikannya. Kampung Mojogedang berada empat puluh kilometer dari kota solo. Berada dilereng gunung lawu. Saat menyusuri jalanan meuju rumah Yuni, saya merasa sudah pernah lewat jalan itu. Ternyata benar, dari pemaparan Yuni, jalan itu menuju Tawang Mangu. Tepat!, saya pernah ke Tawang Mangu tahun 2003 saat ada acara Temu Ilmiah Regional JATENG FoSSEI. Acaranya sendiri dilakukan di kampus UNS dan fild trip ke Tawang Mangu.

Hamparan sawah menghijau sepanjang jalan, berbagai macam tanaman mulai dari padi, tebu, cabai, tales dan berbagai macam buah-buahan dihasilkan disana mulai dari pisang, rambutan, durian. Setelah memasuki perkampungan nampak kebun-kebun yang subur tanahnya dengan tanaman singkong, cabai, jahe disekitar pekarangan rumah. Subhanalloh karuniaMU ya Robbi....Bukan hanya itu, air yang digunakan untuk mandi dan keperluan sehari-hari juga berasal dari mata air gunung lawu yang dialirkan ke masing- masing rumah, sehingga tidak perlu menggunakan air dari PDAM.

Bercakap-cakap dengan Ayah Yuni nampak enak sekali dalam berbahasa, bahkan saya merasa nyaman saat berbicara dengan aksen solo dan sekitarnya. Jauh jika dibandingkan dengan logat berbicaranya orang Semarang terkesan keras meskipun sama-sama Jawa Tengah. Maklum lantaran Semarang lebih dekat dengan pantai barang kali, yang mungkin lebih kasar dalam berbahasa karena kerasnya kehidupan pantai, itu jika kita mau menganalisanya dari keterkaitan letak geografis dengan budaya. Nampak dari pemaparan Ayah Yuni bahwa Beliau membebaskan putera-puterinya untuk jadi apa saja sesuka mereka. Bahkan juga tidak mengharuskan putra-putrinya untuk tinggal di kampung tempat mereka dilahirkan dan tumbuh.

Adalah Ibu Yuni yang telah mewasiatkan kepada putri terakhirnya ini untuk ada yang tetap tinggal dirumah itu, memberikan inspirasi bagi warga kampung yang memang kondisi kampung itu belum terwarnai oleh pendidikan. Dalam satu kampung yang berkisar lima puluh KK ternyata keluarga Yuni saja yang putra-putrinya mengenyam dunia pendidikan / kuliah di perguruan Tinggi/ Universitas. Biasanya warga kampung lulus SD atau SMP kemudian menikah. Maka kini warga kampung bisa melihat bahwa pendidikan itu penting. Terus menjadi Inspirasi warga kampung adalah impian Ibu Yuni. well....saat ini sudah tercapai.

Bahkan Yuni tidak hanya menginspiirasi warga kampung Mojo Gedang tapi menginspirasi anak-anak muda negeri ini, termasuk saya. Semangatnya luar biasa, kecintaan terhadap kampung halamanya luar biasa. Two tump up buat Yuni. Bagaimana tidak? Yuni setelah lulus kuliah bergabung dengan salah satu bank Syariah (BUMN) besar di Indonesia. Jabatannya bukan seperti mahasiswa yang baru lulus, tapi langsung menjadi sekretaris direksi pada bank tersebut. Bisa dibayangkan seorang sekretaris direksi ya pasti cantik, cekatan dan berbagai kriteria seorang sekretaris ia penuhi. Dengan posisinya ia juga sudah mempunyai asisten. Dalam kariernya ia sangat diberkahi. Tapi pilihan hidup untuk kembali mengabdi dan menginspirasi warga kampung Mojo Gedang ternyata mampu mengalahkan apa yang ia punya, relasi yang luas, gaji yang bagus, gaya hidup executive muda syari'ah Jakarta.

Pulang kampung bagi yuni adalah potong gaji limapuluh persen, memulai karier dari nol sebagai AO pada cabang salah satu bank syariah di Solo (masih pada Bank syariah yang sama dengan saat Yuni menjadi sekretaris Direksi di Jakarta dulu). Hingga seperti itu. Dan keinginan Yuni saat ini adalah kursus menjahit dan memberdayakan para ibu di kampungnya. Bercocok tanam sepertinya baka Yuni yang diwariskan oleh keluarganya. Jika hari libur tiba Yuni bersama Ayahnya ke sawah atau kebun, menyiangi tanaman (matun), membawa hasil-hasil kebun dari sawah dibawa pulang kerumah. Hasil kebun itu dipersilahkan kepada warga kampung jika menginginkannya diberikan dengan gratis. Jika masih ada sisa barulah hasil kebun tersebut dijual.

Nampak heran, ternyata Yuni nampak lebih berisi di kampung. Ternyata karena merasa tenteram di kampung. Mau makan beras hasil panen sendiri, mau buah-buahan hasil kebun sudah ada. Mau sayur-sayuran atau bumbu-bumbu tetangga sudah memberi dengan barter dengan buah-buahan yang dihasilkan oleh Ayah dan Yuni dari kebunnya. Mau mikir apa lagi? yah mix sense. Jadi malu sendiri saya, apa yang sudah saya beri bagi kampungku? Pertanyaan yang saya sendiri juga masih malas untuk menjawabnya. Bagi beberapa teman wanita saya yang berasal dari luar Jawa, bahkan ia kepingin sekali bersuamikan Mas-Mas (laki-laki jawa) biar bisa hidup di Jawa, karena di luar Jawa tidak seperti di Jawa fasilitas publiknya. Mungkin juga masyarakatnya belum seperti di Jawa. Tapi tidak terlintas bagi mereka untuk kembali ke kampung halaman untuk membangun dan menjadi inspirasi di kampungnya sana diluar jawa.

Jika melihat apa yang dipilih Yuni, pulang kampung dan menginspirasi warga kampung, maka sebaiknya perempuan-perempuan seperti Yuni inilah yang layak diberi gelar puteri Indonesia. Bukan putri-putri hasil audisi yang dikompetisikan yang setelah lulus dari kompetisi memilih profesi sebagai artis dan lupa bahwa ia  pernah menjadi putri Indonesia. Terima kasih Robb, KAU pertemukan hamba dengan orang-orang pilihanmu dalam langkanya anak-anak muda negeri ini yang masih bersemangat membangun negeri, mencintai negerinya dengan tulus. Tanpa embel-embel pengakuan dari siapapun, atau harus disorot kamera media. Lakukan saja dengan ikhlas. Alloh yang akan membalas semuanya. Ammin Ya Robb...Teringat saya twiit uni Fahira Idris beberapa hari lalu, kira-kira berkata bahwa tidak perlu anak-anak yang sangat cerdas untuk membangun negeri ini, namun anak-anak dengan kecerdasan rata-rata tapi memiliki idealisme untuk membangun negeri ini, maka negeri ini akan besar dimasa depan. Wollohu'alam bishowab....



 



Rabu, 13 Maret 2013

Meaningfull....

Menjalankan kebiasaan hidup dengan hari-hari yang penuh kesibukan adalah menyenangkan. Tidak membuang waktu percuma dan merasa produktif. Berbahagialah bagi anda yang masih bisa melakukan hal-hal bermanfaat dan serius berfikir dan masih kuat. Sungguh luar biasa. Bagi saya saat ini lebih santai menjalani hidup. Dua minggu yang lalu, saya sempat tidak bisa menerima keadaan saya. Kenapa saya belum bisa seproduktif dulu. Bejibun dengan hal-hal yang serius. Bekerja, berdiskusi, berorganisasi semuanya serius....diwaktu senggang saja saya menghibur diri liburan, nonton, kuliner.

Hidup ini dijalani saja yang ikhlas. Jika memang bisanya dengan hal yang santai yang tidak serius merasa membuang waktu maka please rubah mindset itu. Tetaplah berbahagia dan bersyukur dengan keadaan yang ada. Memasak ternyata bisa menjadi salah satu alternatif membuang stress. Tiap pagi saya melihat ibu kost pulang dari rumah sakit untuk memasak. Ibu pasti penat berbulan-bulan menjaga Bapak yang masih terbaring di Rumah sakit. Hiburannya adalah memasak. Aku meniru Ibu kost. Berbelanja di pasar, bertemu nenek-nenek yang dengan bahagianya berjualan sayur-sayuran, tentu saya senang bisa membeli dagangannya. Bahagia itu tidak rumit, tidak susah. So Come On....Berbahagialah Nopik!

Selain bisa berbagi bahagia dengan para pedagang di pasar. Tentu saja ternyata kita juga bisa merasakan bagaimana rasanya membeli bawang yang mahal, menjadi kian berasa / meaningfull. Bahkan saya bisa ikut merasakan, bagaimana para ibu-ibu memanage penghasilan mereka bagi keluarga yang mungkin penghasilannya hanya Rp.10.000,00 per hari. Usut punya usut dari browsing berita. Dalam kompas.com diberitakan bahwa ada 392 kontainer  bawang yang perijinannya belum diurus di Pelabuhan. Ini ada masalah distribusi. Siapa mereka? Para pedagang Bawang.

Menjadi apapun memang harus punya behavior dan akhlak yang baik. Termasuk menjadi pedagang. Jika seperti ini dan diindikasikan ada kesengajaan maka akan merugikan orang lain. Lagi-lagi masyarakat kelas bawah yang terkena imbasnya.Ini baru kasus bawang. Yup beberapa waktu lalu kasus sapi. cara menganalisanya juga sama lantaran ini perkara bisnis. Ada kenaikan harga yang tak wajar pada daging sapi padahal harga Sapi hidup stabil, ada apa? berarti ada masalah di pedagang atau distribusinya. Dengan kasus bawang yang biasanya bisa dibeli Rp.15.000,00 per kg, saat ini menjadi Rp.44.000,00 per kg di pasar wonodri tempat kemarin saya belanja. Malah pemberitaan di media ada yang sudah menembus harga Rp.50.000,00 atau bahkan Rp.60.000,00. Tentu ada masalah apa? jawabanya telah saya sampaikan diatas. Pedagangnya payah.

Berbelanja dengan mengamati harga-harga yang ada di Hypermarket (Carrefour,Hypermart,atau Giant) juga menarik. Untuk perbandingan harga saja. Namun letakkanlah hati kita pada pasar tradisional. Bukankah kita tetap ingin melihat nenek-nenek tua tersenyum senang karena dagangan sayurannya terjual di pasar, bukankah kita juga ingin ekonomi rakyat tumbuh sehingga mereka mempunyai daya beli untuk melanjutkan hidup misalnya menyekolahkan putra-putri mereka. Memang benar bahwa Hypermarket bukanlah pasar. Namun monopoli distribusi. Semua produk yang dijual disana adalah langsung dari distributor inti sehingga harganya murah. Tapi jika masyarakat tidak berbondong-bondong kesana dan memilih ke pasar tradisional maka Hypermarket juga akan sepi.

Meaningfull dalam hidup, bisa juga kita lakukan dengan kegiatan-kegiatan sederhana, hanya pandailah kita menghubungkan otak rasional kita dengan hati kita sehingga kita menjadi lebih arif dalam bersikap, event itu hanyalah berbelanja. Saat ini sebagai mahasiswa mungkin belanjanya kita juga belum banyak, namun seiring berjalannya waktu dan kita tumbuh kebiasaan memaknai hidup akan menjadi karakter kita. Maka akan tumbuhlah seseorang yang bersikap hidup sederhana dan mengerti bahwa perbuatannya berdampak bagi sebagian manusia yang lain, jika kelak memang kita diijinkan oleh Tuhan berdampak bagi sesama. Wollohualam bi showab....






Selasa, 12 Maret 2013

Ketinggalan Momentum

Ada hal yang bisa kita amati dan perbaiki bersama. Berawal dari salah satu dosen saya yang mungkin beliau tidak begitu tertarik dengan Ekonomi Syariah. Komentar dosen saya tentang bank syariah, knapa mesti dicantumkan juga bunganya. Memang ungkapan ini ambigu. Hingga saya yakin tidak semua mahasiswanyapun paham akan apa yang dikomentarkan oleh dosen tersebut. Hingga suatu saat ada teman saya yang bertanya, apa memang demikian? Saya menjawab mungkin yang dimaksudkan adalah ekuivalen rate dengan bunga sekian persen. Ekuivalen rate dicantumkan untuk menyasar segmen pasar rasional. Segmen ini memang terdiri dari masyarakat yang rasional dalam berinvestasi di Bank. Ia akan membandingkan berapa bagi hasil yang akan diberikan oleh salah satu bank syariah dan membandingkannya dengan berapa bunga bank pada bank konvensional. Segmen pasar rasional memang demikian perilakunya, siapa yang secara rasional memberikan keuntungan baik dalam bentuk bagi hasil atau bunga yang lebih besar yang akan ia pilih.

Berbeda dengan segmen pasar bank syariah emosional.Segmen ini memilih berinvestasi di bank syariah lantaran hal emosional yaitu karena kaidah ketaatan terhadap ajaran agamanya. Maka ketika berinvestasi pada bank syariah segmen pasar emosional tidak akan begitu memperhatikan istilah ekuivalen rate dengan bunga bank. Satu segmen bank syariah adalah mereka yang anti dengan bank syariah. Segmen ini memang tidak membuka diri terhadap bank syariah dengan alasan tertentu, mungkin hal emosional dalam keyakinannya. Well....yang ingin saya resapi bukanlah pengkretirean segmen pasar bank syariah. Namun kepada kesedihan saya atas pernyataan salah satu dosen saya tersebut. Sebagai seorang dosen hendaknya bisa memposisikan diri netral terhadap ilmu. Bahkan ilmu yang baru sekalipun, meskipun mungkin itu berbeda sumber keyakinan dengannya.

Perkembangan industri syariah yang ditandai dengan tumbuh pesatnya bank syariah saat ini dan mulai menggeliatnya komponen makro dalam ekonomi syariah yakni ZISWAF, hendaknya disambut positif di dunia akademisi. Dosen saya masih mempermasalahkan ada apa dengan ekuivalen rate, padahal dunia ekonomi syariah tingkat internasional sudah berkembang pesat. Negeri ini sering ketinggalan momentum mungkin karena perilaku seperti salah satu dosen saya ini. Bukan malah mempelajari ilmu baru namun langsung mengkritik dengan komentar-komentarnya. Mungkin juga saya masih berperilaku seperti itu. Saya jadi ikut mengevaluasi diri saya sendiri. Jangan-jangan saya juga masih sama seperti Beliau. Atau jangan-jangan memang seperti itu potret kebanyakan orang masyarakat Indonesia. Senang berkomentar tanpa meneliti terlebih dahulu kebenarannya, mengumpulkan informasi terlebih dahulu baru berkomentar. Atau sebaiknya tak perlu berkomentar jika memang komentarnya tak mempunyai dampak bagi kebaikan.

Maka mereka yang responsif dan mau mencari tahu adalah yang lebih maju, karena ia berhasil membaca situasi (menggunakan momentum dengan tepat). Misalnya saja dosen-dosen di UI, IPB, UNAIR, UGM yang sudah berani membuka d3, s2 Ekonomi syariah dan S1 Ekonomi syariah. Untuk s1 Ekonomi syariah pertama kali di SNPTN kan di UI tahun ini. Mereka berjuang di kampusnya, belajar ke IIUM Malaysia yang dekat atau yang jauh di Durham University di Inggris. Mengikuti kompetisi riset-riset Ekonomi syaraiah tingkat Internasional dan terus mensupport Industri perbankan dan institusi syariah yang lain dengan mencetak praktisi-praktisi syariahnya. Ini salah satu contoh membaca peluang (momentum) sehingga mampu menjawab tantangan zaman dalam hal ini ilmu ekonomi syariah untuk menyiapkan praktisi-praktisi bisnis syariah. (Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah, ZISWAF).

Dalam sebuah prbincangan makan siang dengan salah satu teman saya di Muamalat Institute dulu, kami membicarakan kenapa ada ekonomi syariah. Apakah ini bermuatan politis (kepentingan) ? Jawabnya tentu saja ini masalah kepentingan. Era maraknya ekonomi syariah dunia ditandai dengan tragedi WTC (9/11). Setelah tragedi tersebut, para investor timur tengah yang berinvestasi di Amerika menarik investasinya. Maka negara yang mampu memanfaatkan peluang (Momentum) ia yang akan mendulang untung dan berhasil menjadi negara tujuan investasi para investor Timur Tengah. Maka di Eropa yang kebanjiran investasi dari para investor Timur Tengah. Ekonomi syariah mulai dilirik dan digandrungi. Bahkan mulai diajarkan di perguruan tinggi. Durham University di Inggris yang mengajarkan Ilmu tersebut. Durham beraviliasi dengan Harvard University Amerika. Negara yang mampu menjawab peluang dengan cepat / responsif di asia tenggara adalah negara tetangga kita Malaysia. Maka IIUM disana mengajarkan ekonomi syariah yang awalnya dijadikan pilot project oleh IDB.

Negara kita ketinggalan momentum lagi. Maka yang berhasil menyerap dana-dana timur tengah di Asia ya memang Malaysia. Skema-skema syariah seperti sukuk (obligasi syariah) lebih dahulu ada di Malaysia. Namun secara kualitas perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia lebih dekat dengan syariah.Kenapa kita sering kehilangan momentum sebagai bangsa? Dalam analisa kecil saya, karena sikap kita yang belum tepat dalam menyikapi hal baru. Misalnya berita atau ilmu yang baru. Seperti Ekonomi Syariah saat ini, masih saja menjadi perdebatan di negeri ini akan keberadaanya, padahal negara yang lain sudah sibuk mendulang investor-investor luar negeri untuk mendapatkan dana segar bagi pembangunan yang hanya mau bertransaksi dengan skema syariah yaitu para investor-investor timur tengah.

Itulah kenapa kita sebaiknya bersama-sama berintrospeksi, saya menuliskan ini untuk diri saya sendiri yang memang suka berkomentar juga. Hal-hal baru baik berupa informasi atau ilmu baru, cerna terlebih dahulu. Jika perlu berkomentar maka komentarlah yang membangun/yang bermanfaat sehingga kita mampu memahami situasi dan tidak ketinggalan momentum - momentum penting. Karena dengan memperbaiki perilaku kita selaku individu maka perlahan akan terbentuk perubahan perilaku komunitas / komunal. Memang harus mulai dari diri sendiri dan saat ini juga. Wollohualam Bishowab...




Minggu, 10 Maret 2013

Nomor Empat


Pagi hari kemarin, tepatnya hari ahad tanggal 10 Maret 2013 saya bermimpi diantara setengah sadar setengah tidur. Kejadian waktunya sama seperti setahun lalu saat masih di Jakarta kostan Enyak di Buncit Jakarta Selatan. Tidak panjang mimpinya, mungkin setengah jam-an saja. Itu juga setelah jam lima pagi. Ringan sekali mimpi itu. Berawal dari seorang laki-laki bertandang ke rumah saya di Magelang. Setting mimpiku kemarin adalh rumah saya dan keluarga saya tinggal sebelum dijual. Masih sederhana. Tamu itu nampak akrab berbincang-bincang dengan beberapa orang dalam satu forum di rumah saya. Ada saya juga disana.

Topik pembicaraan dalam forum tersebut tak terekam. Hanya saja nampak sang tamu dirahasiakan keberadaannya oleh orang-orang disekitar kami. Sesekali Sang tamu membenarkan topi yang ia kenakan untuk menutup sekilas wajahnya. Seperti takut orang- orang diluar rumah akan mengenalinya.  Seperti sedang menjadi buronan? Atau sedang melakukan penyamaran? Saya juga  kurang memahami tanda itu, yang pasti sang tamu tidak mau diketahui bahwa ia sedang bertamu dirumah saya. Acara daram forum itu selesai. Maka seperti kebiasaan buruk saya, saya suka meminta berfoto bersama orang-orang yang terkenal, mungkin saya termasuk golongan narsis( yang membaca ini langsung mengiyakan....kasihan deh saya :p). Setelah itu sang tamu memohon diri dengan memberikan tanda dengan tangannya. Saya mengernyitkan dahi saya, dan melihat sang tamu memberikan tanda dengan jari kanannya empat jari berdiri dan jempol menekuk itu tanda empat.

Sang tamu memohon diri dan pergi entah kemana. Yang nampak adalah dia sampai pada satu rumah sederhana dan disambut riang dan bahagia oleh para tetangganya. Dia masih memakai topi untuk menyamarkan mukanya. Tapi saya tahu jelas dia siapa....ternyata dia adalah mas Anas Urbaningrum yang sering disingkat AU. Minggu pagi kemarin saya tahu siapa di nomor urut empat dalam rangkaian panjang orang-orang yang dalam benak saya yang diberi amanah “misi kebajikan”.  Saya terbangun dalam setengah mimpi dan setengah sadarku. Saya ke kamar mandi dan masuklah sesi penguraian. Ini sama persis ketika saya di kostan Enyak.Hanya saja penanda selesai menyimpulkan “inspirasi” dahulu adalah bunyi bambu yang dipukul oleh Bang Jamil (Putra Enyak) yang terdengar beberapa kali. Dan pagi kemarin adalah bunyi pralon air dari atas yang mengalirkan air kebawah dan berbunyi tek....tek...tek...tek.... nada dan iramanya sama dengan nada dan irama bunyi bambu yang dipukul oleh Bang Jamil setahun lalu, waktu itu Bang Jamil sedang memperbaiki lantai tiga rumahnya.

Well...saya merasa lebih siap saat ini, jika mengalami mimpi semacam itu. Apakah itu benar adanya, atau hanya mimpi sebagai bunga tidur. Jalani saja....dengan ikhlas. Jika benar maka itulah jalannya dari Alloh SWT, jika tidak demikian ya tidak mengapa. Hanya saja dengan mimpi kemarin pagi saya menjadi bersemangat mengajak hal baik. Tambah semangat untuk ikut serta membangun negeri ini, dengan sekecil apapun yang kita bisa. Jika saat ini di Jawa Tengah mulai memasuki tahap persiapan PILGUB JATENG maka saya ikut menginformasikan bahwa pengecekan di TPS sudah bisa dilakukan untuk nanti PILGUB JATENG tanggal 26 Mei 2013. Saya menjadi bersemangat, ditengah mengeluhnya saya dengan kondisi partai yang ada. Lakukan saja apa yang bisa kamu lakukan Nopik! Meskipun itu hal kecil hanya melalui FB dan Twitter, tak masalah.....hatiku berkata demikian. Wollohualambishowab....Robb.... hanya kepadamu aku berserah.

Jumat, 08 Maret 2013

Ditemukan Oleh Cinta

Theres a hero if you look inside your heart
You don't have to be afraid of what you are
Theres an anser if you reach in to your soul
And the sorrow that you know will melt away

And then a hero comes along
With the strenght to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can servive

So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And you finally see the truth
That a hero Lies in you

It's a long road When you face the world alone
No one reaches out of hand for you to hold
You can find love if you search with in your self
And the emptiness you feel will desseappear

Lord knows, dreams are hard to follow
But don't let anyone tear them away
Hold on,There will be tomorrow
In time you'll find the way

Lagu ini sering kunyanyikan tiga hari terakhir ini, tepatnya kuhapalkan. Saya berjanji kepada sahabat saya untuk menyanyikan lagu Heronya Mariah Carrey ini. Yup...tentang cerita cinta. Cinta itu tak tahu kapan datangnya suka-suka dia, bersyukurlah jika Alloh SWT memberikan rasa cinta itu datang, karena tak semua hambanya dapat merasakan rasa cinta. Jujur saja saya kok lupa ya gimana rasanya jatuh cinta,sudah  lama sekali saya kok gak jatuh cinta. Loh kok malah curcol.....ini kisah cinta sahabatku. 

Memang ketika sosok hero itu datang maka seseorang yang ditemukan oleh cinta akan menjadi bersemangat. Harapan indah tentang masa depan, cerita-cerita seru saat mengobrol bersama dan nampak raut bagaia setiap hari terpancar dari mukanya. Begitulah yang kualami tatkala melihat raut wajah sahabatku dalam keseharian. Berbeda dengan minggu ini, kok tak seperti itu? ada apa? mmm...selidik punya selidik ternyata sosok hero itu jadian dengan orang lain. Sebelumnya baru dekat saja, namun sudah punya harapan yang besar sama si hero. Ternyata si Hero itu jadian dengan orang lain Then you finally see the truth that a hero lies in you.

Ada yang pernah mengatakan kepada saya. Ketika cinta bertepuk sebelah tangan maka cara memandangnya simple saja. Seperti orang kaya bersikap baik kepada orang miskin. Orang yang telah jadian itu anggap saja seperti orang kaya dan yang bertepuk sebelah tangan itu seperti orang miskin karena cinta tak berpihak padanya. Saat melihat orang miskin maka hati kita ikut iba....dan menolongnya untuk kembali move up dari keterpurukan atas cintanya. Mendengarkan ceritanya, menyediakan bahu kita jika ia butuh bersandar, memeluknya jika dia bersedih dan ingin menangis. Menemaninya jalan ke pantai agar ia bebas berteriak-teriak sepuasnya untuk membuang rasa kekecewaannya. Itu saja tugas sahabat jika menghadapi kenyataan tak mengenakkan tentang sahabatnya yang kedapatan bertepuk sebelah tangan.

Sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah si hero, namun bagaimana diri sendiri menerima keadaan itu. Menerima keadaan bahwa ia bertepuk sebelah tangan, Accepted. Setelah menerima keadaan maka fase mengambil hikmah. Sebenarnya pasti bisa mengurai sendiri seperti apa hikmah yang dipetik. Semua itu masalah waktu saja. Isi hari-hari dengan yang bermanfaat, yang menghibur sehingga jika sudah kembali ke kost atau rumah sudah merasa capai dan istirahat saja, sehingga tidak kepikiran macam-macam tentang sakitnya hati di dera rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan. Malah saya tertegun ketika salah satu teman berkata "mau berteman saja bertepuk sebelah tangan" entah dia sedang menyindir siapa atau sedang membahas masalah apa sehingga dia berkata demikian. Maka jika berteman saja ternyata bisa bertepuk sebelah tangan bagaimana dengan cinta, tentu saja sangat bisa. Dan itu wajar.

Maka cinta yang tak akan bertepuk sebelah tangan adalah cinta kepada penggenggam cinta. Cinta kepada Alloh SWT.Maka ketergantungan kita adalah kepada Alloh SWT (sang kholiq) bukan kepada mahluk, seperti si Hero. Beberapa waktu lalu ada seorang teman bercerita tentang mantan pacarnya yang mempunyai karakter berbeda-beda dari masing-masing orang. Kok bisa ya?saya terheran-heran juga. Biasanya kalau tipikal orang yang disukai itu kan pada benang merah karakter tertentu. Ada bedanya sedikit namun benang merahnya sama. Mungkin teman saya itu "bangun cinta", awalnya juga belum jatuh cinta saat jadian. Sambil jalan semoga menjadi pasangan swami istri. Se-simple itu ya? Tambah saya heran.

Membingkai bangunan cinta jika kita sudah menyandarkan pada kecintaan kita kepada Alloh SWT, menurut saya lebih rasional. Cinta yang absurd tak terdifinisikan menjadi kian terbahasakan dan terkriteria. Sehingga tak perlu lagi terhinggapi galau akibat putus cinta atau bertepuk sebelah tangan. Kuncinya memperbaiki diri agar dapat bertemu pasangan kita yang telah dijanjikan dalam kondisi iman terbaik kita. Jodoh itu kan ada, tinggal bagaimana kita menjemputnya. Ada cara kasar dan ada cara elegant dihadapanNYA. Semua cara bisa berujung mendapatkan pasangan kita, namun ada yang beda pada rasa. Rasa ini yang disebut dengan keberkahan dalam tradisi Islam. Wollohualambishowab...







Rabu, 06 Maret 2013

Siapa Dosen Favoritmu ? (Matrikulasi)


Melewati masa penyesuaian materi kuliah di MM UNDIP biasa disebut matrikulasi. Matrikulasi ditujukan untuk pengayaan atau  penjajakan baru terkait ilmu management bagi mahasiswa barunya. Hal yang tak lazim dilakukan oleh MM UNDIP mewajibkan mahasiswa yang berkuliah s1 management untuk mengikuti matrikulasi. Setahu saya di Universitas negeri yang lain tidak diwajibkan mengikuti matrikulasi bagi mereka yang saat studi strata satunya adalah management. Akhirnya saya yang berkuliah managent saat dibangku strata satupun mengikuti aturan tersebut. Alhamdulillah saat ini matrikulasi telah saya dan teman-teman seangkatan (angkatan 42 – pagi ) saya jalani.

Dalam ilmu komunikasi, fase mengevaluasi efektifitas komunikasi sangatlah penting. Begitu pula para dosen yang bertanggung jawab menyampaikan pelajaran (mata kuliah) di depan kelas sebagai communicator (penyampai pesan) sebaiknya kita evaluasi. Sungguh menarik mengalami kuliah bersama para dosen baru di UNDIP bagi saya. Mungkin bagi teman-teman yang menyelesaikan strata satunya di Management UNDIP  bukanlah hal yang baru, mereka sudah terbiasa dan mungkin sudah paham dengan gaya komunikasi dari masing-masing dosen. Selain gaya komunikasi tentu saja kesinkronan antara mata kuliah yang diajarkan dengan apa yang disajikan dalam selabus matrikulasi (berwarna hijau) yang telah dibagikan pada awal mengikuti kuliah matrikulasi.

Well......saya bisa tersenyum dan kadang tertawa sendiri menilai bagaimana para dosen menyampaikan kuliah. Ada yang membuat saya kagum tentu saja. Dedikasi  dan idealismenya dalam menjunjung tridarma perguruan tinggi yang meliputi pengajaran di depan kelas, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sebut saja Prof. Purbayu yang mengajar ekonomi mikro. Nampak ruh ke-profesorannya hadir di depan kelas menurut saya. Pelajarannya memang tidak mudah, mahasiswa akan diajak berhitung, menggambar kurva dan menganalisanya. Disitulah indahnya ilmu ekonomi menurut saya. Contoh-contoh yang beliau berikan juga up too date dan menumbuhkan idealisme. 

Menurut saya seorang dosen itu harus idealis. Why? Karena beliau bukan Cuma pengajar namun pendidik. Dalam mengajar tentu saja bukan perkara yang sulit lantaran materinya jelas di silabus. Namun sisi mendidik itu yang perlu terus diasah bagi para dosen. Mendidik tentu terkait dengan hal-hal normatif yang ideal. Dari hal-hal ideal tersebut maka akan melahirkan idealisme. Misalnya yang disampaiakn oleh Prof. Purbayu tentang menumbuhkan kecintaan terhadap negeri ini  dengan menceritakan pengabdian beliau dalam membina para petani di Kudus. Maka saya menempatkan Prof Purbayu pada rangking pertama sebagai dosen terbaik saat matrikulasi.

Seorang profesor biasanya memang sudah sepuh, wajar karena biasanya senior. Bagaimana dengan dosen muda yang diberi tugas memberikan mata kuliah pengantar management setiap hari Jum’at? Yup.... Pak Erman Deny SE,MM. Gayanya mengajar mungkin bagi sebagian mahasiswa membosankan dan gayanya bertutur kerap kali meloncat-loncat, sehingga sering sekali beliau lupa apa yang sedang beliau ceritakan.  Menghadapi orang-orang seperti ini kadang memang merepotkan, tapi selama ini dalam pengamatan saya dan pengalaman saya bertemu orang, biasanya orang-orang seperti Pak Erman ini sangat kreatif dan out of the box

Saya salut sama dosen ini, wawasannya sangat luas, mulai dari cerita komik kopingho hingga sejarah Majapahit mampu ia kuasai sebagai contoh-contoh kasus management. Bukan hanya itu cerita tentang musik mampu ia hadirkan mulai dari Audio Slaves hingga genre-genre musik lain mampu ia ceritakan untuk membangun trush mahasiswanya dan menggambarkan dedikasi seorang dosen terhadap mahasiswanya hingga bermain band bersama, mengajarkan les khusus bagi mahasiswanya yang tertinggal mata kuliah tertentu. Hingga sampai seperti itu beliau lakukan. Contoh – contoh kasus management yang diberikan juga relevan untuk mahasiswa s2. Misalnya tentang analisis bisnis kamera dengan adanya trend berkamera digital. Maka saya menempatkan Pak Erman Deny pada rangking 2 pada sesi matrikulasi kali ini. Kenapa rangking 2? Karena dari silabus matrikulasi banyak yang kurang sesuai dengan apa yang beliau sampaikan.

Salah satu keunggulan dosen terbaik ketiga sesi matrikulasi kali ini adalah kekuatannya memberikan motivasi. Penyampaiannya lugas, khas Semarangan menurut saya.Beliau adalah dosen komunikasi bisnis Bapak Harry Soesanto,MMR. Sayang beliau belum banyak berbicara di depan kelas lantaran mahasiswa diberi tugas presentasi. Namun sudah kelihatan ruh pengajar dan pendidik dalam diri beliau. Idealisme yang beliau punya jelas dan tegas. Contohnya sikap beliau yang tidak mau ditawari menjadi salah satu politikus dalam salah satu partai yang sedang naik daun saat ini, itu hal simple namun bisa memberikan gambaran tentang bersikap/ mempunyai idealisme.

Dosen yang tercatat “payah” dalam sesi matrikulasi kali ini adalah dosen kewirausahaan. Saya heran, dosen tersebut mempunyai usaha apa ya? Makanya nampak tidak hadir ruh kewirausahaan dari kedua dosen kita tersebut. Payahnya lagi ada dosen yang gemar sekali menceritakan putra-putrinya. Memang setiap anak itu pastilah menjadi kebanggaan orang tuanya, namun hello.....ini kuliah S2 Mami.....Setelah kuliah usai bukan pencerahan dan semangat untuk berwirausaha yang tumbuh,namun komentar- komentar tidak ilmiah misalnya” ckckckc....kasihan sekali ya nanti kalo jadi menantunya Mami.....harus pinter masak,cantik dll....”Nah loh....

Ada juga dosen yang sering sekali mengulang-ulang cerita, mulai dari persaingan mobil   sejuta umat dan koran suara merdeka  dan mobil dari India yang tidak berhasil masuk ke negeri ini. Sampai berasa sedang dalam forum konsultasi pernikahan dengan wejangan “jika laki-lakinya (swami) berpenghasilan Rp.3 juta dan Perempuannya (Istri) berpenghasilan Rp.10 juta, maka mengalahlah si Laki-laki (swami) untuk mengikuti istrinya dalam satu kota. Duh.....ini kuliah kewirausahaan, malah yang ada di kepala mahasiswanya hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kewirausahaan. 

Tak tega rasanya menempatkan dosen-dosen kewirausahaan dalam kategori dosen “payah”. Namun apa hendak dikata memang demikian adanya. Maka dari itu, sebaiknya dari sekretariat memberikan lembaran evaluasi  bagi dosen pengajar yang dibagikan kepada para mahasiswanya. Sehingga para dosen tersebut juga mengadakan evaluasi/introspeksi terhadap profesi yang telah mereka geluti bertahun-tahun.  Jika sekretariat tidak memberikan kuisioner evaluasi, maka kita nanti buatkan saja, kita evaluasi masing-masing dosen dan kita serahkan kepada sekretariat. Hal ini bagus kita lakukan agar sekretariat tidak asal-asalan dalam memilihkan dosen pengajar di kelas kita. Idealnya di semua kelas. Namun lebih khusus di kelas kita. Bukannya sayang, kita sudah membayar mahal, meluangkan waktu mengikuti kuliah eh...ketemunya  dosen “payah” begitu. Semoga bermanfaat.

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...