Senin, 29 Juli 2013

Becoming Ordinary Person

Menjadi orang biasa saja itu ternyata lebih enak dirasa. Dulu saat Bapak Rahmat Riyadi salah satu direktur Dompet Dhuafa selesai masa baktinya. Ketika ditanya Bapak setelah ini mau jadi apa? Maka jawabnya "saya mau jadi orang biasa saja, seperti masyrakat biasa." Benar sekarang Bapak Rahmad adalah kepala sekolah di Lazuardi, bukan seorang tokoh yang sangat terkenal meskipun beliau mantan direktur lembaga besar Dompet Dhuafa. Tapi bagi kami yang pernah mengenal beliau, tetap saja beliau bukan ordinary person. Pesannya adalah kembali menjadi fitrah manusia yang menjalani hidup, yang punya manfaat buat sesama tapi juga tidak harus besar, lebih ikhlas menurut saya malah. Maka jika ada amanah besar, misalnya dipilih menjadi direktur seperti di Dompet Dhuafa ya siap, tapi dipilih dan kompeten. Setelah selesai maka kembali down to eart  menjadi manusia biasa saja  tentu dengan kesiapan ujian hidup seperti orang-orang kebanyakan pada umumnya. 

Well....prolog itu saya ambil karena terkadang kita ini setelah hijabnya besar atau setelah hijabnya menutup dada, atau setelah berjenggot atau setelah celananya cingkrang (Isbal dalam istilah bahasa arabnya) lantas kemudia terlupakan bahwa sejatinya kita ini adalah manusia biasa, bahkan sama dengan yang lain pula dalam hal ujian akan hidup. Bahkan bisa saja sama ujiannya seperti mereka yang belum berhijab. Kenapa saya menuliskan ini. Karena beberapa hari lalu saya mendengarkan cerita dari teman saya yang sudah panjang hijabnya bahkan sampai pantat, sudah mempunyai anak bahkan lebih dari satu  dan mengaku sedang jatuh cinta dengan pria lain yang bukan swaminya. Berawal dari saling ber- sms. Berasa Alloh memberi saya contoh kasus setelah saya menuliskan wonderful family nya ustadz Cahyadi Takariawan kemarin ya? Isn't it? cek deh tulisan saya sebelum ini. 

Teman saya ini bekerja kantoran. Tentu saja pergaulannya luas dibandingkan dengan ummahat (para ibu) yang berkarier dirumah. Yup dirumah itu juga berkarier lho...kata siapa ibu rumah tangga itu bukan berkarier?.Sering ingat nasihat Bu Dyah di kelas kajian para muslimah yang kantoran saben Jum'at siang : " jangan sampai yang mubah itu mengabaikan yang wajib!". Bekerja bagi perempuan itu hukumnya mubah. Sedangkan menjadi Ibu dan Isteri yang baik itu hukumnya wajib. Mubah itu sesuatu yang "boleh" saja secara hukum syar'i dan wajib adalah sesuatu yang jika dikerjakan maka mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan maka berdosa. Bagi perempuan yang bekerja dan membantu menafkahi hidup keluarga, maka akan mendapatkan pahala dan itu sedekahnya istri kepada keluarga, itupun jika swami ridho/ikhlas/memperbolehkan.

Bahkan benar adanya jika dulu sering dinasehati mas Veldy mantan Direktur saya di TWI ;"sebenarnya perempuan itu mudah saja kalau mau masuk syurga, jadi istri dan ibu yang baik saja insyaAlloh sudah bisa masuk syurga."Maka sebenarnya tidak perlu bekerja kantoran diluar rumah. Tapi bukan karena itu mas Veldy tidak mengiizinkan isterinya bekerja diluar rumah, namun berdasarkan alasan beliau yang mudah cemburu jika isterinya nampak dekat dengan laki-laki lain. Melihat isterinya ngobrol dengan laki-laki lain saja sudah bisa cemburu apalagi kalau istri bekerja kantoran pasti akan berinteraksi banyak dengan lawan jenis. Itu salah satu pertimbangan lain kenapa istri tidak boleh bekerja kantoran.  Tapi swami yang baik tentu akan memberikan solusi jika memang istrinya kreatif dan ingin terus tumbuh berkembang tidak hanya berkembang biak saja bersama swami hehehehe. Mas Veldy membuatkan sekolah TK di dekat rumahnya yang dikelola oleh sang isteri. Sekolahnya separo berbayar dan separuhnya lagi untuk anak-anak yang kurang mampu. Menurut saya itu mulia dan solutif. 

Maka kembali kepada kasus teman saya yang curhat di telepon beberapa hari lalu, saya sepertinya perlu bertanya "apakah ada masalah dengan swaminya?" jawabnya adalah tidak. Saya beristighfar dalam hati, sambil bertanya "how come?".Anak-anak sudah tiga itu menurut saya cukup untuk menghabiskan waktu bahkan pasti kurang jika mau consern dengan mereka dan belum lagi anak-anak yang paling besar yang kalau saya meminjam istilahnya pak Mario "anak-anak yang bisanya membuat kusut sprei dikasur" hehehe, alias swami . Saya tidak bisa menyimpulkan hal ikhwal apa yang terjadi. Kalau bahasanya Helmi teman saya pasti menyebutnya itu "far from the box"...hehehe untuk ejekan bagi keadaan yang ada yang berkebalikan dengan "out off the box" yang menurut kami "out off the box" itu very creative kearah positif .

Maka saat menelpon kakak aku bercerita tentu tanpa menyebutkan nama, "bagaimana sih rasanya kalau sudah punya anak itu?". Dalam pikiranku dan yang saya lihat sahabat-sahabatku setelah menikah, punya anak dan mereka rajin membaca tentang parenting bahkan mengikuti training-trining parenting bahkan ada yang sampai mengambil kuliah jarak jauh tentang PAUD dengan harapan agar putra-putrinya kelak lebih baik dari ayah bundanya.Bukan hanya itu ada malah yang menginisiani membentuk kelompok parenting dirumahnya kemudian mengundang teman-temannya dan menghadirkan pembicara tentang parenting. Kakakku menikah sudah tiga tahun, mungkin menurut anda yang sudah menikah belasan tahun maka yang tepat bukan "sudah tiga tahun" melainkan " baru tiga tahun" ya silahkan saja. Yang pasti setelah swami ya anak. Bahkan bersama-sama fokus buat anak bersama swami. Maka kakaku menambahkan. "Setan itu kan pinter banget pik!" kakakku menambahkan.Setelah berkata demikian, kakakku berbagi cerita tentang salah satu temannya dulu saat masih bekerja. Laki-laki yang berjenggot juga, bercelana itsbal / Cingkrang juga tapi ya berselingkuh dengan salah satu teman di kantornya. Mungkin setannya juga sekaliber ustadz ya yang menggoda, "pikirku mengconclusikan percakapanku dengan kakakku".

Kalau tentang laki-laki berjenggot dan celana cingkrang yang berselingkuh juga saya pernah baca di bukunya Asma Nadia, itu sudah menjadi isu sejak dulu. Tapi kalau perempuan yang hijabnya panjang sampai pantat trus disinyalir akan menjurus kesana itu tidak banyak. Perempuan itu fitrahnya mencintai anak-anak. Bahkan hasil riset menyebutkan bahwa pupil mata perempuan itu membesar sekian inci tatkala melihat anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Dan pupil laki-laki itu membesar beberapa inci ketika melihat perempuan cantik. Sudah pasti buat laki-laki perempuan cantik itu lucu dan menggemaskan ya? "iya nggak woe...para laki-laki?" jawab!. Maka bagaimana saya bisa mengiyakan bahwa perempuan berhijab sepantat itu jatuh cinta lagi dengan laki-laki yang bukan swaminya dan saya katakan itu benar. Rasanya berat mengatakan kebenaran itu. Bagaimana tidak berat, lha wong saya saja belum pernah menikah, dan dalam bayangan saya kehidupan setelah menikah ya seperti kehidupan yang saya lihat which is  kehidupan rumah tangga kakaku dan sahabat-sahabatku.

Maka yang terbaik adalah menjadi orang-orang biasa saja dalm melihat ini. Tidak usah diperdulikan hijab panjangnya, jenggotnya, celana itsbalnya. Maka ketika diminta menasehati ya saya tanya "masih suka ngaji mbak?" maksud saya datang ke kajian bertemu ustadzah, karena beberapa orang mengartikan kalau ngaji itu membaca al qur'an / bertilawah. Baik deh akan saya bedakan kalau ngaji yang bertemu ustadzah itu ngaji dalam tanda kutip "ngaji." Temanku menjawab :" sudah lama mbak saya nggak"ngaji"'. Saran saya kembali "ngaji" dulu saja mbak...mungkin mbak futur (imannya sedang turun). Jika memang benar mbak jatuh cinta lagi (really sungguh berat saya mengatakan bagian kalimat ini untuk mengiyakan dan meng-acc bahwa teman saya ini pada kenyataannya jatuh cinta lagi ). Maka sebaiknya tidak perlu dituruti rasa itu. Boleh mbak Jatuh Cinta lagi tapi ada konsep Cinta diatas Cinta, silahkan baca tulisan saya yang berjudul  " cinta diatas cinta". Itu tulisannya Anis Matta yang saya kutip tentang cintanya Kholifah Umar bin Abdul Azziz yang akhirnya memenagkan cinta yang lain. Dalam hal ini yang harus dimenangkan adalah cintanya mbak sama keluarga (swami dan ketiga putera mbak). "Sering-seringlah menatap anak-anak mbak..." sok tua banget ya saya, menikah saja belum bisa kasih nasehat sepeti itu...hehehe. Soalnya mesti ngomong apa, dari pada tidak memberi nasehat dan teman saya sudah menelpon saya. Ya sebaiknya memberi nasehat. Ya tho ?

 Sebenarnya saya teringat nasehat Pak Chabachieb  dosen management keuangan yang sering menyelipkan tausyiah/nasehat di tengah materi kuliah beliau. Nasehat Pak Chacha (panggilan sayang kami kepada beliau) memberi nasihat kepada teman- temanku yang laki-laki untuk besok kalau sudah jadi ayah jangan lupa kalau pulang kerja itu sukalah menatap istrinya, anak-anaknya kalau sudah tidur. Ingat dulu saat masih sederhana, mungkin masa sulit dalam hal ekonomi dan kini sudah tumbuh bersama anak-anak. Istrinya setia menemani anda tumbuh, menua bersama. Lantas ciumlah mereka satu - satu. Itu nasehat Pak ChaCha. 

Seperti biasa setelah kelas usai kami membahasnya dan memparodikannya. " Nanti kalau swamiku pulang kerja, aku suruh anak-anakku pura-pura tidur kalau belum tidur, aku juga demikian, berharap swami menatapku dan anak-anakku dan menciumi kami..." itu statemenku atas nasehat Pak Chacha. Langsung ditanggapi oleh Arsyad dan Anoki  dua gokil teman kuliahku dalam bentuk parodi :"Hey...tidur sana cuci piring dulu, sambil ditendang. Trus melihat anak-anak dan menjewer :" sudah ngerjain PR belum, ngerjain dulu..." wkwkwkw...jadinya ngikik ini nulis ini inget kalian..."super lucu" gaya kalian bak Andrey dan Sule dalam OVJ memerankan parodi Ayah pulang kerja. "Mendingan kalian itu sekolah humor saja kok malah sekolah Magister Management." saranku.

Fokus pada masalah jatuh cinta lagi yang melanda teman saya yang "aneh" ini. Adalah hikmah yang bisa kita ambil. Bagi mbak Yas kakakku lantas bisa langsung bersyukur alhamdulillah, akhirnya memilih berkarier menjadi ibu rumah tangga, meski diawal-awal itu juga sulita buat mbak Yas, karena telah terbiasa bekerja. Maka dulu tanteku suka iseng menelpon kakakku jam-jam sembilan pagi sekedar menanyakan "sedang apa?" karena khawatir kondisi ponakannya yang baru beralih profesi. Awalnya kakakku mengajar ngaji sore hari buat anak-anak kecil sekitar komplek, aktif di dasa wisma bersama ibu-ibu komplek . Kemudian Alloh memberikan amanah Hafshah putri kecilnya maka lengkap sudah. Dzikir bagi ibu hamil juga sudah ada dalam bentuk buku, maka tidak perlu pusing mau ngapain? berdzikir itu juga nikmat. Bahkan beberapa hari lalu bersama Dika sahabatku mengaji ke ustadz sholahudin, biasanya kajian tafsir Al Qur'an, tumben kemarin para jamaah diminta hafalan. QS Al baqoroh atau Yaa-Siin maka menghafal Al Qur'an itu juga menarik sebagi aktifitas hidup kita. Betapa waktu kita ini sering sibuk untuk duniawi dan ternyata banyak ibadah-ibadah yang sebaiknya kita topang dengan ilmu-ilmu agama yang paling dasar. Memperbanyak hafalan,jika sudah baik bacaannya maka dibawalah hafalan itu dalam sholat. Memperbaiki bacaan Al-Qur'an dan mentadabburi Al qur'an bisa dengan membaca tarjamahnya atau dengan ditambah menikuti kajian tafsir atau membaca buku-buku tafsir Al qur'an seperti Ibnu katsir dll. 

Maka jika sudah cukup nafkah dari swami masihkah mau bekerja kantoran? itupun yang menjadi perenungan saya selama ini. Jalani saja, tapi jika mendengar cerita-cerita seperti tadi diatas. Sebaiknya kita bisa mengambil hikmah. Betapa sebenarnya kita adalah manusia biasa yang godaan itu bisa datang kapan saja. Bahkan kelak dihadapan Alloh itu yang ditanyakan adalah amalan kita saja? Alloh tidak akan bertanya amalan swami kita kepada kita? Kita bertanggung jawab atas amalan kita sendiri dihadapan Alloh. Pesannya adalh membentengi diri dari segala hal yang membuat kita mendapatkan godaan. Mengurangi berinteraksi dengan lawan jenis, seperti hubungan pekerjaan kantor mungkin itu bisa menjadi salah satu upaya menghindari fitnah tadi. Ya Robbi, mudahkanlah teman saya dalam mengurai cintanya, agar tidak mengikuti cinta butanya dan kembali kepada keluarganya secara utuh lahir dan batin. Amiin YRA. Semoga bermanfaat. Wollohualam Bii Showaab.
 





Sabtu, 27 Juli 2013

Wonderful Family

Wonderful Family adalah buku ke 41 dari ustadz Cahyadi Takariawan. Diantara buku beliau yang fenomenal dikalangan aktifis dakwah adalah buku "Di jalan Dakwah Aku Menikah" yang diterbitkan sekitar tahun 2006 lalu. Saya amati saat ini ustadz Cahyadi Takariawan mengisi relung segmen keluarga pasca menikah. Seperti buku ke 41 ini Wonderful family. Yang nanti diberitahukan akan dibuat beberapa judul turunannya. Yaitu wonderful couple, wonderful wife, wonderful husband. Dari segi bahasa juga lebih common/ femiliar tidak sempit pada kalangan khusus seperti buku "Di Jalan Dakwah Aku Menikah" yang kesannya berat dan hanya bagi kalangan aktifis dakwah saja kesannya. 

Bagus saya menanggapi strategy yang dilakukan oleh ustadz Cahyadi Takariawan. Jika di Jogjakarta ada Ustadz Salim A fillah yang konsern pada pra menikah seperti juga ustadz Felix Siew dengan bukunya "sudah putusin aja" , juga di Jogyakarta pada lini pembinaan anak-anak (parenting) ada ustadz Faudzil Adhim yang melengkapi ayah Edy untuk yang umum bukan ustadz. Buat saya menarik mengikuti pembicaraan off air atau membaca buku-buku beliau-beliau ini. Inspiratif. Harapan saya para trainer keluarga ini kelak bisa diakses geratis yang difasilitasi oleh pemerintah melalui KUA sebagai kegiatan KUA dalam pembinaan keluarga dan bangsa ini. Amiin YRA.

Well...dalam bedah buku beberapa hari lalu, ustadz Cahyadi Takariawan membedah buku wonderful familiy beliau. Ustadz Cahyadi mengawali membedah bukunya dengan analogi sepatu yang kita pakai sehari-hari. Sepatu yang kita pakai itu kanan dan kirinya tidak sama, mereka berbeda dan dipakai menjadi serasi lantaran berbeda dan bisa mengelola perbedaan itu. Maka seperti itulah hakikatnya pasangan hidup kita (swami dan Isteri).  

Namun jangan pula menganalogikan pasangan hidup itu seperti pasangan sepatu untuk berbagai keperluan, misalnya pasangan sepatu untuk golf, untuk sepatu santai atau untuk sepatu formal. Tentu saja pasangan sepatu dengan analogi yang pertama tadi yang dipakai. Logika analogi sepatu untuk keperluan tertentu tentu tidak bisa dipakai. Bayangkan saja jika misalnya swami istri namun sang swami membawa istri yang berbeda-beda disaat santai, main golf dan dalam kondisi formal. Tentu itu sangat menyedihkan bagi sang istri. dan sebaliknya jika misalnya sang istri yang berganti-ganti swami untuk berbagai jenis kepentingan misalnya main golf, santai, formal tentu itu tidak bisa dilakukan lantaran menyalahi aturan agama. Karena dalam tradisi Islam poliandri tidak dibenarkan.

"Nikah iku seneng Ning Ojo Seneng Nikah", Nikah itu menyenangkan tapi jangan seneg menikah, ungkapan jawa tadi digunakan lantaran itu hanya mengubah kata Nikah dan Seneng jika dibalik posisinya maka menjadi menyeramkan kedengerannya. Senang menikah berarti sering nikah tentu saja tidak diajarkan dalam tradisi Islam dan tradisi manapun diatas bumi ini. Yang kedua adalah  mengenai visi menikah. Bukan gimana nanti tapi nanti itu gimana? Bahkan diskusi visi misi menikah sudah dimulai setelah khitbah dulu. Maka saat menikah adalh menjaga/meraat tumbuhnya keluarga dalam koridor visi dan misi pernikahan/ keluarga yang dibangun. 

Dan yang ketiga adalah pertanyaan penting yang harus selalu dicatat " Kapan terakhir anda mengenalm pasangan anda?" Ini penting untuk diingan dan dilakukan. Kenapa demikian? Karena keluarga adalh organisasi hidup dan setiap saat ada yang berubah. Misalnya saja swami tiba-tiba selingkuh. Maka kata tiba-tiba itu tidak mungkin dalam kamus pertumbuhan keluarga. Ustadz Cahyadi mencontohkan dirinya yang saat menikah tahun 1991 dengan istri beliau Ibu Ida Nurlaila edisi 1991 saat mereka menikah tentu berbeda dengan Cahyadi edisi 2013 dengan saat ini Ibu Ida Nurlaila edisi ahun 2013. Apa saja yang berubah? Yang pertama tentu saja fisik berubah. Dulu masih muda dan kurus, sekarang sudah senior dan gemuk. 

Perubahan kedua adalah tentang keinginan, selera, cita-cita yang berkembang. Kita harus mengerti pertumbuhan pasangan kita terkait hal-hal tadi. Jika swami selingkuh maka selingkuh itu ada keterikatan hati. Maka kondisi selingkuh adalh berbeda dengan kondisi perkosaan atau jajan kepada PSK. Yang harus diketahui oleh masing-masing pasangan kepada pasangannya adlah "Peta Kasih". Peta kasih adalh peta / rekam jejak swami atau istri sehingga tidak kehilangan jejak baik pasangan maupun kelak ketika sudah mempunyai anak. Jangan sampai Peta Kasih antara swami Istri itu usang / tidak ter update yang akhirnya pasangan satu tidak mengetahui pertumbuhan pasangannya. Yang perlu dicermati adalah adanya alienasi swami. Swami biasanya bekerja dluar dan mempunyai pergaulan yang luas dan sebaliknya istri biasanya dirumah dengan pergaulan yang terbatas. Maka swami biasanya lebih cepat tumbuh dalm hal informasi, selera dll, hal ini harus difahami dan dimengerti oleh isteri. 

Hal kedua yang perlu dihindari selain alienasi swami yakni keluarga zombie. Kenapa disebut zombie? Misalnya ada pasangan swami isteri yang sedang duduk berdua misalnya sedang makan malam bersama atau sedang duduk di balkon rumah namun ternyata keduanya asyik memegang gadget masing-masing dan asyik dengan dunia mininya baik itu handphone atau mini tab atau tab or what ever. Misalnya sang swami asyik senyum-senyum sendiri melihat kiriman gambar-gambar lucu dari teman-temannya. Sang istri asyik chatting di group-group yang ada misalnya group whansupp atau bbm. Maka keduanya itu seperti zombie saja. Mayat yang hidup lantaran duduk berdua namun komunikasi antar keduanya tak terjalin. Mereka berdua autis. Hal-hal semacam ini yang akan mengurangi kwalitas komunikasi antar pasangan swami isteri. Waspadalah!

Hal yang lain adalah tentang mawaddah wa rahmah. Mawaddah itu biasanya didapat oleh pasangan muda. Misalnya mereka mohon maaf saat menikmati aktifitas diatas ranjang dengan berbagai fantasinya yang tentu saja harus yang sesuai dengan yang diperbolehkan oleh Islam. Sedangkan Rahmah biasanya diapat oleh pasangan yang sudah sepuh / senior citizen. Ada sebuah kisah dari Chicken Soup For The Couple yang mungkin pernah anda baca atau dengarkan untuk melukiskah seperti apa rahmah itu. Kira-kira sebagai berikut kisahnya. 

Pada suatu hari di Amerika di sebuah restoran. Disana nampak sepasang muda mudi sedang asyik bermesraan dan bersendau garau layaknya pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, sekali lagi ini di Amerika dan tentu saja itu didak Islami. Di satu sisi nampak sepasang senior citizen yang sedang duduk berdua memesan minuman namun tak saling berkomunikasi, nampak mereka terdiam. Lantas pasangan muda-mudi tadi berkata "Nanti kalau kita sudah tua, saya tak mau seperti mereka, hanya diam saja berdua tanpa berbicara atau bersenda gurau seperti asyiknya kita." Pasangannyapun mengiyakan akan apa ungkapan pasangannya. Pasangan muda-mudi itu selesai makan dan keluar restoran dengan melewati kursi pasangan senior citizen. Ternyata memang benar pasangan senior citizen itu tak bergurau bahkan berkomunikasi juga jarang namun kedua tangannya saling berpeganganan erat dibawah meja. mmmm so sweet.

Itulah salah satu bentuk rahmah bagi pasangan senior citizen. Pasangan pada usia ini cukup dengan berpegangan tangan saja cukup untuk mengungkapkan cinta kasihnya. Maka berpegangan tangan saja itu sudah merupakan bahasa verbal yang indah akan cinta kasih. Seperti itu rupanya mawadah wa rahmah itu hadir dengan berbagai bentuk dan macam ragam yang berbeda-beda. Haya agar kita tahu dan memahami seperti apa kelak fase kehidupan pasangan mengayuh bahtera rumah tangga. Last But Not Least yuk kita bisa ikuti tulisan-tulisan  ustadz Cahyadi Takariawan di www.kompasianapakcah.com atau di email takariawan@yahoo.com atau cahyadi_takariawanweb.id atau twitternya @akhcah atau jika ingin berkonsultasi bisa di no hp.0813922222. Selannjutnya beliau akan membentuk Samara Community bersama ustadz Salim A fillah dan Ustadz Faudzil Adzim. Tunggu ya...di Semarang rencananya di Masjid Baitulrahman Simpanglima...Be there n Don't miss it...Semoga bermanfaat Wollohualam Bii Showab...

Kamis, 25 Juli 2013

Aura Ruh

Ada beberapa lapisan yang melingkupi diki kita. Yang pertama adalah Aura tubuh. Aura tubuh adalah bagian terdalam dalam diri manusia. Bagian diluarnya adalah aura akal dan paling luar adalah aura ruh. Aura tubuh berada dalam satu lapis dengan aura akal. Nah maka aura ruh yang menjadikan perisai bagi ketahanan mental sesorang. Misalnya saja saat seseorang tertimpa ujian hidup. Maka aura ruh ini yang menjadi pokok pijakan utama dalam penanganan yang utama. Selanjutnya jika aura ruh ini keropos maka akan menhantan lapis selanjutnya yakni aura akal dan aura tubuh. Maka tak heran jika seseorang sedang tertimpa ujian hidup dan tidak dapat mengatasinya (aura ruhnya lemah) maka kadang timbul stres (aura akalnya lemah juga) dan bisa jadi hingga jatuh sakit (aura tubuhnya tidak baik). 

Kenapa kita harus menjaga kondisi agar ruh kita bagus sehingga auranya baik? karena jika ruh itu tidak bagus maka Alloh SWT akan memalingkan dari yang ada. Misalnya ada kesempatan usaha / bisnis di depan mata hanya saja terkadang tidak tertangkap oleh kepekaan diri kita, atau adalaki-laki sholih yang masih single dan mau menikah namun tidak sampai hal /kharisma itu pada diri kita, maka cek bisa jadi karena ruhnya sedang tidak baik sehingga oleh Alloh SWT dibuat "dipalingkan" dari diri kita. Hal kedua kenapa kita harus memperbesar ruh kita? karena jika ruh kita tidak diperpesar maka segala sesuatu akan diterima oleh akal. Maka memandang sesuatu serba yang sangat rasional sekali jauh dari nilai-nilai ilahiah atau bahkan sangat duniawi sekali bahkan cenderung hedon. 

Hakekat manusia itu hidup adalah yang pertama untuk memenuhi kehidupan atau survive. Kebutuhan hidup itu bisa dikatakan tercukupi apabila Alloh SWT memberikan apa yang kita bituhkan bahkan yang kita inginkan. Namun ada pula dikatakan hidup kita itu cukup tatkala kita tidak diberikan oleh Alloh akan keinginan terhadap sesuatu, maka itu juga dalam kategori dicukupkan oleh Alloh SWT, yang acap kalu sering tidak kita sadari. Bahwa kriteria cukup hanya pada kriteria yang pertama tadi yakni dipenuhinya segala kebutuhan kita. Maka anjurannya adalah, pekalah terhadap kecukupan Alloh SWT akan diri kita, sehingga kita menjadi hambaNYA yang mudah bersyukur.

 Yang kedua hidup itu untuk dinikmati. Menikmati hidup itu kadang tidak dengan memiliki. Misalnya saja para asisten rumah tangga di bilangan Pondok Indah Jakarta itu banyak yang diboyong dan diperbolehkan oleh tuannya untuk tinggal bersama mereka. Biasanya tuanya sangat sibuk atau bahkan mempunyai beberapa rumah sehingga jarang dirumah. Nah siapa yang biasanya menikmati fasilitas rumah mewah tersebut? biasanya para asisten rumah tangga dan keluarganya. Mereka bebas menikamti fasilitas dirumah tersebut, anak-nanak mereka disekolahkan pula oleh tuannya. Itu salah satu contoh menikmati hidup namun tidak memiliki.

Bagaimanakah nanti pertanggungjawaban hidup kita? Maka sebaiknya setiap kita yang sudah diberi nikmat hidup, lantaran kita juga tidak pernah meminta untuk dihidupkan oleh Alloh SWT makahidup itu wajib kita syukuri sebagai nikmatNYA. Hidup harus diupayakan agar senang dan bersemangat untuk berbuat baik. Jika hidup kita senang maka kita akan dengan ringan hati untuk menyenangkan orang lain pula karena sejatinya hidup kita itu untuk itu. Setelah kita menyenagkan maka untuk berbuat baik kepada orang lainpun bukan perkara sulit> Why? karena itu sudah melekat pada diri kita dan bahkan mungkin sudah menjadi karakter pada diri kita untuk bisa menyenagkan orang lain dan berbuat baik/ membantu orang lain. 

Bgaimana sih bahasa ruh itu? Tentu saja bahasa ruh berbeda dengan bahasa akal. Maka jika kita terbiasa berbicara dengan bahasa akal dengan orang lain maka pendekatan bahasa ruh adalah bahasa akal yang dibawa kepada bahasa ruh. Permasalahannya adlah bagimana agar kita bisa mengembangkan akal. Sehingga nantinya perbendaharaan bahasa ruh kita juga banyak? Yang pertama adalah kita tahu akan sesuatu/ilmu kemudian kita bisa menyimpulkan. Yang kedua adalah mengingat. Yang ketiga adalah mencari cara atau memikir-mikirkan atau bertafakkur atau bisa juga dengan mencari tahu. Yang keempat adalah bertilawah minimal sehari satu juz. kenapa harus satu juz? Karena dalam setiap satu huruf al qur'an itu terkandung hikmah. Apalagi pada bulan Ramadhan yang hikmahnya dilipatgandakah bahkan hingga 700 kali. Maka diharapkan dengan membaca al qur'an minimal satu juz sehari kita bisa mengumab masalah menjadi hikah. 

Darimana hikmah itu? dari membaca al qur'an yang satu hurufnya satu hikmah. Maka kuncinya jika ada masalah maka sering=seringlah/ perbanyaklah tilwah sehingga mudah mencari masalah dan menyelesaikannya/ mencari solusi atau mendapatkan hikmah dibalik musibah. Tidak semua fenomena hidup atau permasalahan hidup yang kita alami itu harus bersolusi atau ujung-ujungnya adlah tindakan. Adapula fenomena hidup misalnya persoalan/ masalah teman kita yang sampai ke telinga kita dan kita mendengarnya dan faham itu peristiwa apa. Hanya saja belum tentu kita harus mengikutinya dengan tindakan solusi. Bisa jadi hasil akhirnya adalah berupa hikmah saja bagi diri kita, berupa pelajaran hidup. Maka jika kita ingin bisa banyak mengambil hikmah selain perbanyak tilawah juga berbanyak teman. 

Yang kelima adalah memberi ibroh. Ibroh adalah semacam hikmah atau value ketika diberikan musibah atau ujian atau menyaksikan teman atau kejadian orang lain dan kita bisa menyimpulkan kejadian itu apa dan banyak belajar dari kejadian itu sehingga kita tumbuh untuk bisa membesarkan ruh kita. Yang keenam atau terakhir adalah mencari cara. Jika ujian atau masalh datang maka mencari cara jika masalah tersebut harus disikapi dengan follow up tindakan maka wajib diupayakan. Karena dengan cara itu pula yang mampu membesarkan ruh kita yang berawal dari besarnya akal kita. Maka jika kita telah terbiasa membesarkan akal dan membawa besaran bahasa akal kepada besaran ruh kita maka bahasa ruh itu dengan judah akan tercipta dan berkarakter sehingga kita sebagai manusia dikatakan sudah mampu atau mempunyai tingkatan terhadap penguasaan bahasa ruh yang baik/ bagus. 

Bagaimana kinerja ruh itu? Ruh itu dapat berujud tindakan yakni sesuatau yang kita lakukan penuh pengabdian dan sabar. Pada jiwa Pengabdian bagian I beberapa hari lalu yang telah saya tuliskan, maka Aura ruh ini sebenarnya terkait dengan topik pembahasan Jiwa Pengabdian. Ruh adalah inti penggerak Jiwa Pengabdian. Bagaimana pendekatan agar sabar? Wirid bisa dilakukan untuk mendekati aspek sabar. Lantas bagaimana dengan ikhlas? Ikhlas itu bahagia melepas keegoan. Keegoaan diri itu kenapa harus dilepaskan bahkan kita harus berbahagia dalm melapasnya? Yup karena ternyata orang-orang yang tunduk patuh kepada perintah Alloh SWT atau sering disebut Sami'na Wa'ato'na atau dalam bahasa kita adalah taat adalah orang-orang yang bisa melepaskan keegoaannya. Dan ini adalah pendekatan untuk aspek ikhlas. 

Aktivitas ruh itu apa saja? Aktivitas ruh yang pertama adalah mengharap Ridho Alloh SWT atau rahmad dari Alloh SWT sehingga kita menjadi manusia yang dirahmati Alloh. Cara agar kita menjadi yang dirahmati Alloh SWT bisa dilakukan dengan kita bangun pada sepertiga malam terakhir untuk dzikir malam dan sholat tahajud. Kenapa demikian? Ternyata pada sepertiga malam terakhir banyak malaikat yang turun kebumi untuk membagikan Rahmat. Bayangkan saja jika pada sepertiga malam terakhir itu manusia banyak yang terlelap dalam tidurnya. Maka kesempatan bagi kita untuk mendapatkan jatah rahmat yang dibagikan oleh para malaikat dan banyak yang bisa kita serap. Yang dilakukan ruh yang kedua adalh aktivitas-aktivitas dalam rangka mencintai Alloh SWT. Bagaimana agar ingat kepada Alloh SWT, bagaimana agar dekat dengan Alloh SWT, bagaimana agar kagum kepada Alloh SWT. Pendekatan untuk ini bisa dilakukan dengan berdzikir dan sebaik-baiknya dzikir adalah membaca Al-Qur'an. Maka yang dimaksud dzikir itu adalh mengingat Alloh SWT bnukan mengingat masalah. Karena biasanya kita lebih sering ingat Alloh SWT saat kita punya masalah. Maka sekali lagi dzikir adalah mengingat Alloh SWT.

Yang dilakukan ruh yang ketiga adalah aktivitas-aktivitas yang menebalkan ketakutan terhadap adzab Alloh. Maka baik kiranya jika kita mengerti adzab-adzab Alloh SWT yang diturunkan oleh ummatNYA terdahulu, mungkin bisa dilakukan dengan mentadabburi AL-qur'an atau menafsirinya dalam kajian-kajian tafsir sehingga kita paham akan peristiwa-peristiwa ummat terdahulu. Diharapkan kita tidak melakukan kesalhan/ kebodohan ummat terdahulu sehingga dijauhkan dari adzab-adzab Alloh SWT. Itulah kiranya pembahasan terkait dengan ruh. Besar harapan kita mempunyai aura ruh yang baik sehingga menjadikan kita pandai beradaptasi denga kondisi apapun dalam hidup kita dan senantiasa menjadi hambaNYA yang bergembira lantaran sudah dapat menguasai bahasuh dengan baik dengan cara memperbanyak ibadah. Tulisan ini saya akhiri dengan satu petikan ungkapan Bu Dyah tentang baiknya kita memperbanyak ibadah dan tilawah sebagai berikut : "Cahayalah yang dapat mengeluarkanmu dari kegelapan dan Cintalah yang dapat mengeluarkanmu dari kebencian,ambillah Al-qur'an sebagai sumber cahaya dan ibadah sebagai kekuatan Cinta." Semoga bermanfaat....Wollohu'alam Bii Showab...



 


Rabu, 24 Juli 2013

Ramadhan Mensucikan Jiwa

Hendaknya kondisi jiwa pada tiga keadaan. Yang pertama adalah gembira pada petunjuk dan perintah, yang kedua adalh menikmati amal dan menikmati amal itu mengalir dan yang terakhir adalh menggembirakan orang dengan amalan-amalan kita. Maka orang baik itu pada akhirnya adalh orang yang banyak menggembirakan orang sehingga orang yang digembirakan akar berkata subhanallohn, Alhamdulillah.

Sedangkan orang yang bergembira terhadap Ramadhan itu adalah saat berbuka yakni yang menyiapkan makanan untuk berbuka , bagi para ibu tidak perlu mengeluh dengan waktu yang terpakai untuk menyiapkan makan sahur maupun buka untuk keluarga, karena pahalanya sama dengan yang berpuasa yang memakan makanan yang disiapkan. Kriteria orang yang bergembira saat Ramadhan adalh orang yang banyak berdzikir pada saat orang-orang terlelap. 

Maka sejatinya Ramadhan adalah diajarkan untuk banyak berdzikir dan berdoa. Bahkan tarawih saja waktunya dimajukan, agar manusia banyak berzikir dan berdoa. Maka kenapa Ramadhan itu perlu banyak bertilawah? yup karena tilawah adalg sebaik-baiknya dzikir. Bayangkan Malaikat pada sepertiga malam terakhir itu banyak malaikan menebarkan rahmat yang turun kebumi untuk mencari manusia yang berdzikir jika sedikit yang bangun dan berdzikir maka rahmat yang diturunkan oleh para malaikat itu akan tertuju pada kita, lantaran orang lain terlelap dalam tidurnya.

Bagaimana agar jiwa selalu bisa menggali rasa bersyukur agar tetap gembira? Yang pertama adlah dengan cara mensyukuri nikmat. Perlu diingat bahwa salah satu yang membuat/menghalangi nikmat itu adalh keluh kesah. maka hindarilah untuk berkeluh kesah, gantilah dengan kalimat-kalimat uang positif atau beristhgfar. Hal yang terpenting kedua agar bisa mensyukuri nikmat adalh dengan kepiawaian kita beradaptasi atau segera mengantisipasi perasaan. Caranya tentu saja acceptence / menerima terlebih dahulu kenyataan yang ada. misalnya saat kita sedang diuji, kemudian tidak mengeluh akan apa yang terjadi dan upayakan tidak bermuka masam. Ini adalah langkah-langkah untuk mengenali diri kita sendiri. 

Pada bulan Ramadhan seyogyanya kita bisa melakukan kebiasaan ini. Yakni kebiasaan cepat beradaptasi dengan keadaan yang berubah (misalnya tertimpa ujian/musibah) maka jika kita sudah melewati proses ini dan beberapa kali berhasil , maka ungkapan " Kalau kamu itu mampu melihat dirimu maka kamu mampu mencapai kesempurnaan." maka penting bagi kita mengenal diri sendiri, menempa diri sendiri saat keadaan berubah, dan kita akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi sehingga menuju kesempurnaan diri kita. Amiin Ya Robbal Alamiin.

Langkah kedua agar jiwa selalu bisa menggali rasa bersyukur agar tetap gembira adalah dengan mengagungkan Alloh SWT. Caranya tentu saja dengan selalu menjaga kebersihan hati. Dalam memanage malan dan menjaganya dari penyakit-penyakit hati misalnya sombong, ujub, riyaa dll. Wallohualam Biishowab...

Minggu, 21 Juli 2013

Now I know that I'm Javaness

Dilahirkan di Magelang dan menjalani hidupku dari lahir hingga SMU di Magelang. Aku terlahir dari keluarga sederhana yang tidak sering travelling di waktu kecil. Hanya tempat-tempat yang dekat saja yang bisa saya sambangi, misalnya Yogyakarta yang dekat dengan Magelang. Bahkan Yogyakarta adalah Daerah Istimewa bukan bagian dari Jawa Tengah. Bapak sama ummi adalah pasangan peknggo (pek tonggo) alias menikah dengan tetangganya meskipun itu tetangga Desa. Maka saudaraku tidak banyak yang berada diluar Magelang. Itu juga salah satu faktor yang membuat saya tidak jalan-jalan pada masa ank-anak dan remaja. Untung ada program study tour dari sekolah sehingga saya punya kesempatan jalan-jalan.

Masih terekam kuat dalam ingatan saya pas setahun lalu saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya di Jakarta dan ingin kembali ke daerah. Awal Ramadhan saya mulai pulang ke Jawa Tengah. Yup...saya katakan Jawa Tengah karena saya pulang ke Purwokerto terlebih dahulu, menikmati Ramadhan 1433 H full bersama kakaku mbak Yas sekeluarga. Sholat Tarawih di Masjid Baiturrohman Alun-Alun Purwokerto itulah kenangan saya Ramadhan tahun lalu,bersama Hafshah putri kecil kakaku yang baru bisa tengkurap ikut bertarawih juga. Di Purwokerto tentu saya sudah tidak asing dengan budaya Banyumasannya. Blaka suta atau keterbukaan warganya yang amat kental insyaAlloh tidak pernah gagal saya pahami. Budaya Banyumasan itu meluas juga di daerah sekitar Purwokerto. Sering disebut Barlingmascakep yaitu Banjarnegara,Purbalingga,Banyumas,Cilacap,dan Kebumen. Bahasa, budaya daerah-daerah itu nyaris sama.

Lebaran tahun lalu saya pulang kampung ke Magelang. Tentu saja bahasanya lebih halus seperti di Yogyakarta, Budayanya lebih halus seperti di Yogyakarta. Magelang adalh bagian dari Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan DIY. Selera akan makanan seperti gudek ya sama persis dengan orang Djogja. Budaya dan bahasanya sama dengan Purworejo, Temanggung, Wonosobo, namun ada sebagian wonosobo yang campuran antara Banyumasan dan Magelangan misalnya dalam bahasa kalau Banyumasan itu ngapak dan kalau Magelangan itu alus atau orang Banyumas menyebut bahasa jawanya orang-orang Magelangan dengan istilah "mbandhek"

Setelah lebaran sempat saya kembali ke Purwokerto lagi, dan akhirnya memutuskan kuliah di MM UNDIP. Percaya atau tidak, saya tidak pernah tergambar untuk kuliah di UNDIP Semarang. Yang ada dalm bayangan saya adlah UNSOED tempat saya kuliah S1 dulu atau UGM lantaran lebih dekat jika saya mau pulang ke Magelang. Entah ada hubungannya atau tidak, yang pasti dalam dua tahun terakhir ini, saya banyak menemukan kejadian-kejadian/ peristiwa yang othak-athik gadhuk dalam istilah jawa dengan hal-hal kecil yang sala lakukan atau mimpi yang jadi kenyataan (Dejavu). Hanya saja jumlahnya banyak sekali sehingga kadang saya malas sekali untuk mengingatnya namun pasti ingat terus. Salah satunya adalah ketika tahun lalu saya berkesempatan silaturrahim ke tempat sahabat saya di Semarang, saya berkesempatan mengunjungi masjid agung Jawa Tengah, Seperti biasa narsis dan berfoto disana. Pelataran masjid yang luas dan arsitekturnya membuat saya suka dan menjadikan salah satu foto pelataran masjid itu dalam latar facebook saya. Lama sekali saya memajangnya dan banyak teman bertanya dalam comentar masjid itu dimana?. Finally saya berkesempatan singgah namun lumayan lama berkuliah di Semarang.

Apa karena itu saja maka saya berkuliah di MM UNDIP, tentu saja karena terjangkau dan gradenya sudah A dan diakui leh Bank Indonesia untuk MM nya. Bersama teman-teman satu angkatan di MM UNDIP 42 Reguler Pagi, akhirnya saya melewatkan hari-hari saya di Semarang. Sebenarnya saya masih malas untuk menceritakan hal ini. Teman-teman pasti tahu jika kita belum ikhlas/ rela atau move on dari sesuatu yang sebentar lagi hilang dalam diri/ kehidupan kita maka biasanya akan memendamnya saja dalam hati. Dalam falsafah jawa sering disebut Mikul Dhuwur Mendhem Jero. Mikul Dhuwur, memikul dengan tinggi karena begitu terasa silaturrahim dengan teman-teman seangkatan yang hanya 18 anak. Mendhem Jero karena banyak kenangan bersama kalian dan aku banyak belajar dan belajar banyak tentang karakter Jawa pada kalian.

Terima kasih Guys, itu sebutanku buat kalian. Teman lain sering menyebut kalian dengan teman - temin itu gayanya Hanasta, Brey...itu gayanya Arsyad, Gan...itu panggilanya Galang buat kalian, Pren...itu Rhesa dan Halo...adalah sapaan khasnya Anoki buat kalian. Aku pulang ke Jawa Honestly ingin berlibur lantaran kejenuhanku di Jakarta. Dalam libur itu aku dapat manfaat yakni sambil kuliah. Memang mungkin kedengeran aneh tapi seperti itulah adanya. Alloh menjawabnya dengan memberikah hadiah buatku kalian. Aku lebih sering tertawa di Semarang, aku lebih banyak Happynya di Semarang. Tentu bersama kalian. Melihat anak-anak yang terus menerus suka membully teman-teman lain, berawal dari Medy, Aryo, Dekndut, aku jadi tahu memang seperti itu gaya becandanya anak Semarang.Pernah saya tanya Hesti kamu tersinggung enggak kalau diBully seperti itu? Hesti menjawab "enggak mbak itu mereka becanda mbak...".

Disatu sisi di dalam komunitas tongkrongannya Mang Aun yang jual Gelo-Gelo di Singosari XI dekat kostanku, para Bapak-Bapak juga suka becanda dengan membully mang Aun. Dengan bullyan itu kami menjadi akrab dan saling perduli satu sama lain. Hiks kesedihan kedua yang aku rasakan sebentar lagi adalah meninggalkan komunitas mang Aun dan Gelo-Gelonya. Selain mengerti bagaimana gaya orang Semarang bercanda. Saya menjadi merasa muda lagi Guys...berbicara dengan kalian yang bersemangat itu membuat saya ikut semangat. Guyonan dan candaan yang sangat meriah buat saya itu hiburan geratis bahkan believe it or not salah satu staff di MM UNDIP yang satu kostan dengan Nunung, pernah menanyakan kepada Nunung apakah kelas kita libur? Yup...karena mereka mengerti kelas kita itu rame dan hidup. Dan mereka seneng lho....asal kalau lagi ngakak-ngakak jangan terus-terusan diruang sidang guys...ngganggu yang sidang. Terutama Hesti kalau bicara jangan keras-keras ya...suka inget aja kalu Hesti ngobrol di lantai satu aja kedengeran sampai lantai tiga, ah ...itu lucu juga sih Hes...*peyyuk Dekndut.

Yang pasti over all saya sangat terkesan dengan kebersamaan kita. Saya yang paling dituakan di kelas lantaran memang sudah tua, mohon maaf jika selama bergaul dengan kalian belum bisa menjadi kakak yang baik buat kalian. Yang pasti guys keep contack ya...saya masih di groub BBM di WA sedang error, nanti kalau sudah baik lagi saya akan kembali joint in our group. Saat menulis inipun Efri masih bbm saya menanyakan tentang keinginannya berbagai lele hasil usaha ternak lelenya. Aku terharu guys...besok kalau jadi ke kampus tinggal tugas Pak Totok saja yang mempertemukan kita semester ini. Selebihnya kita akan terpisah ke masing-masing jurusan ke berbagai kelas yang ada ada yang ke kelas malam dan ada pula yang pindah ke kelas week end (Eksekutif). Tentu saja masih banyak yang di kelas reguler pagi. Yup dan saya salah satu yang akan pindah ke kelas Executive .  

Kuliah yang menyenangkan dan sesuai misiku berlibur and Refreshing dari kejenuhan sekaligus mendapatkan tambahan manfaat ilmu, alhamdulillah terwujud berkat kalian. Seperti Ariil Noah yang sering katakah "kalian semua luar biasa". Aku sayang kalian semua. Aku masih suka membayangkan kedepan kita akan reuni, bersilaturrahim terus. Yang pasti yang terdekat dan telah kita rencanakan adalh silaturrahim di pernikahan Bunga di Jakarta. Guys jangan lupa Bunga Request Piala bergilir pernikahan. Aku merasa kita sangat dekat ya? Isn't it? Bayangkan Nama mas Ghifar calon swami Bunga sangat akrab di telinga kita, Nama Ayu pacar Arsyad yang sama namanya dengan pacar Yogo sahabat Arsyadpun kita kenal. Ikhsan pacarnya Dekndutpun sangat femiliar dengan kita dan yang pasti yang sangat akrab dengan kita adalah pacarnya Bogy (wkwkwkwkw....Mey...lha wong sekelas), pacarnya Noki tentu kita femiliar karena pernah diajak makan bareng kita di Cimory waktu itu. Keterbukaan dan ketulusan. 

Yang pasti syukur alhamdulillah dipertemukan kalian. Nungski yang sering bersamaku jalan-jalan mengenalkan semarang, Mbak Ane dan anak-anaknya yang juga unik-unik. Juni yang sekarang memanggilku kakak saja dari yang biasanya memanggilku kakak ipar. "Junski kamu masih bisa memanggilku kakak ipar lho...kan adek-adekku masih banyak selain Tyas?" wkwkwkw, piss Juns !
Hana smoga tercapai cita-citanya, tetap rajin ke perpus ya, nanti perpus gak laku kalo kamu gak ke perpus, anak-anak sekarang sudah cari semuanya di internet dan e-book soalnya. Galang n Fikri smoga bisa tercapai menjadi pengusaha yang Sukses Mulia. Nindi dan ladiees yuk kita semangat menurunkan berat badan, ntar kalian nge Gym di Semarang, aku akan berkompetisi sama kalian untuk menguruskan badan. Ntar kita liahat ya siapa pemenangnya dalm tantangan ini ladies. Gimana setuju? Yang pasti Bunga hati-hati kan udah fitting baju nikahan tho, jangan strees Ya Bung, biar bajunya nanti gak sesek...smoga Bunga dimudahkan dalam persiapan walimahnya Oktober nanti. Amiin YRA.

Tak lupa pula Aryo yang rajin bawa gitar kalo ada ulang tahun teman-teman kita, Yudain yang rajin bolos kuliahnya karena amanah kerjaan tapi sering banget beruntung terkait absen dosen, Rhesa yang paling tua untuk cowoknya. Sorry Sa akhir-akhir ini suka becandain dirimu akan mbak Ane...hehehe yang pasti smoga silaturrahim terus terjaga dan pertemanan kita erat dan Barokah. Banyak kenagan bersama kalian, nanti foto-foto diuploade di group semua ya, yang kemarin buka bersama dirumah Bunga belum lho. Ntar kalau saya kangen kalaian saya akan membuka harleemshakenya kelas kita. Karena itu Harleemshake paling gokil lantaran pemainnya kalian semua guys....Terima kasih atas ketulusan kalian. Peluk satu-satu, ups yang cowok tentu saja nggak tho yo...

Di Semarang itu orang-orangnya sangat openmind, masyarakatnya tidak gumunan atau gak gampang ikut arus akan adanya hal-hal baru. Maka hasil survey kecil-kecilan saya saat itu, saat saya mau bisnis fashion yang akhirnya gagal. Selera masyarakat Semarang itu berbeda dengan masyarakat Bandung dan Jakarta. Salah satunya dalm hal fashion. Para hijabers Semarang tidak sebanyak hijabers di Jakarta dan Bandung, mereka tidak terlalu up too date dan bukan karena gak tahu. Memang karena gak "gumunan" dan bisa berpikir rasional. Terkait harga. Konsumen makanan misalnya, liat saja beberapa rumah makan baru gampang tutup di Semarang. Awalnya rame karena mereka ingin mencoba mencicipi rasa dan harga kalau tidak cocok, biasanya dengan tegas mereka tidak melakukan pembelian ulang, itu karakter konsumen Semarang saat ini. 

Hal yang aku suka di Semarang itu masyarakatnya tidak gengsian. Liat saja kalau di Car free day yang ikut senam aerobik itu banyak sekali dan dari berbagai macam kalangan. Banyak kalangan atas yang tidak risih bersenam bersama disana, setelah itu mereka berdonor darah, sangat menyenangkan pemandangan ini menurut saya. Makanya tak heran ya UMR nya masih rendah, lantaran masyarakat tidak mau dengan yang berharga mahal tp gak berkwalitas. Maka harga makanan ya masih murah jika dibandingkan kota-kota yang lain Jakarta atau Bandung. Hanya saja orang-orang Semarang itu nafsi-nafsi alias sendiri - sendiri. Tapi bagusnya tidak saling mengganggu. Toliransi antar umat beragamanya tinggi maka di Semarang itu kalau mau cari ketenangan seperti kata salah satu dosen kita itu benar adanya. Maka kalau mau cari uang ya silahkan di Jakarta, kalau mau cari ilmu ya silahkan di Jawa Timur soalnya di Jawa Timur banyak pesantren untuk menimba ilmu. So...tenang dan Happy di Semarang.

Saat di Semarang sempat juga mengunjungi Kudus. Kota santri dengan berbagai pernak-perniknya bahkan berpapasan dengan Lamborghini juga di Kudus.  Karakter orang-orang Kudus kesana ke utara menurut saya lebih keras dari Semarang. Pasalnya semakin dekat dengan pantai seperti daerah pantai di Jepara dan sekitarnya. Pernah pula saya kaget dengan umpatan salah satu dosen dari Kudus yang agamis tapi saya terkaget-kaget dengan pilihan kata yang Beliau pilih. Buat saya yang asli Magelang tak terbiasa mendengar itu, menurut saya itu kasar dan tidak enak di telinga. Pernah juga bersilaturrahim ke rumah teman saya di Solo melalui jalur Boyolali. Budaya dan bahasanya tentu sja alus malah lebih alus dari Magelang. Tapi sama-sama enak baik dalam budayanya maupun bahasanya. Ada satu tempat dan beberapa tempat disekitarnya yang belum berhasil saya kunjungi yaitu Blora, Pati dan Rembang.  Saya rasa hanya itu saja yang belum saya kunjungi secara khusus. Tegal, Pekalongan tentu saja sering melewatinya saat saya pulang dari Jakarta menuju Magelang so sangat femiliar.

Well...sepertinya cukup setahun saya Refreshing setelah lebaran saya akan kembali ke Jakarta.  Tentu saja akan ke Semarang lagi setiap week end. Mungkin akan terasa capek, tapi banyak yang bisa menjalaninya, saya yakin saya bisa. Mohon doanya dimudahkan semuanNYA,dan saya sangat bersyukur bertemu kalian guys...dalam cerita perjalanan hidupku  dan juga mengenal Jawa Tengah yang menurut saya sudah agak terlambat, tapi tak mengapa better than Never dan saya banyak mengenal kearifan lokal-kearifan lokal Jawa Tengah selama setahun ini. Setelah ini entah kapan saya sangat ingin belajar tentang wayang...benar-benar berada di Jawa Tengah setahun ini Ramadhan 1433 - Ramadhan 1434 membuat saya mengerti bahwa saya orang Jawa dan saya mau belajar tentang budaya jawa. Karena itu tinggi dan indah. Wollohu'alam bii Showab.




Jumat, 19 Juli 2013

Bapak.

Ramadhan kali ini akan pulang ke Magelang lebih awal daripada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Yup...lantaran saya di Semarang, maka dekat jika dibandingkan dengan biasanya saya di Jakarta. Ramadhan selaluku teringat sama Bapak. Dulu sebelum Bapak dipanggil Yang Maha Kuasa selalu ada kado ulang tahun buat Bapak. Hal yang kecil namun itu sangat berkesan buat Beliau. Bapak lahir tanpa tahu tanggal berapa dan bulan apa serta tahun berapa. Itu umum terjadi pada orang tua zaman dulu yang tidak mencatat tanggal lahir anak-anaknya. Nenekku dan kakekkupun demikian. Nenek bercerita kepada Bapak bahwa seingat Nenek, Bapak sudah bisa digendong miring/ ditekuk dalam bahasa jawa disebut dengan dipekeh, saat upacara pernikahan puteri Wihelmina. Saat itu sekitar tahun 1930an. Dan anak yang dipekeh itu biasanya berumur sekitar 5 bulan. Nenek menambahkan saat itu bulan Ramadhan ketika Bapak dilahirkan.

Maka ketika kami sekeluarga mempunyai tradisi memberikan kado saat anggota keluarga berulang tahun maka Bapak berkata kalau Beliau dilahirkan pada Bulan Ramadhan. Sebagai anak yang memahami Bapak maka saya tahu Bapak juga ingin dikado seperti Ummi dan kedua kakakku jika berulang tahun. Sudah sepuluh tahun ini saya tidak memberikan kado ulang tahun untuk Bapak, karena Bapak sudah menghadapNYA.Maka kado yang senantiasa putrinya lakukan adalh berusaha terus menjadi perempuan yang sholihah, agar kelak Bapak dan juga Ummi mendapatkan jannahNYA. Seperti yang termaktub dalam sebuah hadist Nabi yang kira-kira seperti ini bunyinya: Jika engkau diberikan amanah tiga anak perempuan dan ketiganya sholihah maka syurga adalah janjiNYA, kemudian sahabat bertanya bagaimana jika dua Ya Rosul? Rosululloh menjawab ya surga juga, kemudian ada sahabat bertanya kembali bagaimana jika hanya satu? Rosulullohpun mengiyakan.

Well...Ramadhan dua pekan terakhir akan kunikmati di kampung halamanku Magelang. Kerinduanku akan beramadhan di kampung sangat dalam, aku juga tak tahu kenapa bisa seperti itu. Padahal lebaran tahun ini mbak Yas kakakku akan mudik ke Jakarta ke rumah mertuanya dan sudah bisa diduga maka aku akan sendirian dirumah. Tak mengapa dalam hatiku, aku akan lewati ramadhan dan lebaran kali ini sendirian saja. yup di rumah Bapak. Tapi tak mengapa kehidupan di kampung itu berbeda dengan kehidupan di kota besar. Satu kampung bisa jadi saudara dan akan banyak yang silaturrahim kerumah dan saya juga akan silaturrahim kepada saudara-saudara Bapak dan ummi karena menyambung tali silaturrim dengan saudara dan temen/sahabat dari orangtua kita itu baik hukumnya.

Almarhum Bapak adalah laki-laki pertama yang kukenal baik dalam keluarga. Bapak tentu saja paling ganteng serumah lantaran anggota keluarga yang lain adalah semuanya perempuan. Kadang Bapak sholat sendirian tak berjamaah ketika Bapak tidak sholat di Masjid lantaran ketiga putrinya dan ummi sedang menstruasi. Bisa kubayangkan betapa bahagianya Bapak jika mempunyai anak laki-laki. Dulu Bapak hanya ingin dua nank cuku yakni mbak Septi amarhumah dan mbak Yas. Namun Bapak tambah lagi satu saya yang berjarak lumayak jauh dengan kakak keduaku mbak Yas (Yazidatus Sa'diyah Agusani) yakni 5 tahun dan kakak pertamaku almarhumah Farida septi Handayani 8 tahun. Ternyata Alloh memebrikan karunia kepada Bapak dan Ummi aku, seorang perempuan. Maka kadang Bapak suka bercanda " wah memang susah ya bikin anak laki-laki." karena Bapak memang kadang humoris.

Sering menangis kalo teringat Bapak. Betapa kini kusadari setelah saya tumbuh dewasa ternyata Bapak adalah peletak legasi hidupku. Bahwa Bapak adalah guru tentang nilai, guru tentang idealisme buatku dan kakak-kakaku. Ternyata memang seperti itu. Memang sering kita dengar seorang ibu adalah madrasatul ula bagi putra-putinya, namun sejatinya yang benar adalh tanggung jawab pendidikan anak itu tetap pada diri sang ayah. Maka kelak ketika kita sudah meninggal dan Alloh memanggil nama kita dalam antrian untuk hari penimbangan (yaumul miizan) adalah nama anak binti nama Bapak. kelak Alloh akan memanggilku Noviati Endang Mustaqimah binti Abu Sudjak.  Karena nama Bapakku Abu Sujak. Maka kadang suka heran jika ada nama dan diikuti nama swami, misalnya Titi Tsuman yang akhirnya berpisah dengan swami maka berganti dengan Titi Rajo Bintang. Sebaiknya dari awal pakailah nama Bapak sehingga tidak terjadi hal yang agak aneh dalam penamaan namanya.

Aku sangat terkesan dengan cerita-cerita Bapak saat aku masih kecil, Bapak adalah seorang story teller yang baik, mulai dari cerita-cerita tentang Nabi hingga cerita kancil yang bisa Bapak ceritakan untukku, tentu saja Bapak sangat ekspresif dalm bercerita. Maka munkin aku saat ini bisa ekspresif lantaran dulu mendapat ilmu ekspresif story tellingnya Bapak. Tak pernah lekang pula dalam ingatanku Bapak sakit selama satu tahun badannya tidak bisa digerakkan, lantaranaku minta digendong dibelakang dan Bapak terjatuh, dalam bahasa jawa sering disebut kecengklak. Hampir tiap sore kaalu tak hujan Bapak menggendongku di punggungnya mengajakku berjalan-jalan dan Bapak akan menceritakan tentang ayam, ikan di kolam atau apapun yang ditemui sore itu. Duh....kini saat aku menulis ini air mataku benar-benar mengalir....

Saat aku tumbuh menjadi ABG Bapak merubah pola asuhnya kepadaku, Beliau lebih banyak mendengar. Makanya dulu saat masih SMP kadang saya suka aneh kalau ada teman  laki-laki kok cerewet sekali, karena dulu yang saya temui dirumah satu-satunya laki-laki adalah sosok yang berbicara proporsional saja. Tidak cerewet. Cerita kehidupan sehari-hari masa ABG yang ceria dan mulai mempesona tentu saja dengan Ummi. Apapun itu. Hingga ummi hafal nama-nama temanku, maka saat teman-temanku silaturrahim kerumah ummi sudah tahu oh yang ini namanya A atau yang ini namanya B orangnya seperti ini blablablabla.Ummi biasanya bercerita sama Bapak atas perkembangan putri-putrinya yang sudah dewasa dan apa saja hal-hal yang perlu diluruskan secara nilai/ value. Maka seingatku Bapak akan menyelipkan nasehatnya saat- saat ada momentum yang tepat. 

Misalnya dulu saat aku kelas 2 SMP aku punya adek kelas yang sama-sama aktif di Pramuka namun sepertinya kok penghormatan kepadanya kurang jika dibandingkan dengan si A yang dulu teman saat SDku. Disinyalir si A adalah anak istri pertama dari srorang terpandang dari kampung tetangga dan adek kelas saya adalah anak dari isteri kedua atau bahkan mungkin isteri simpanan. Aku melihat betapa jahatnya orang-orang bahkan teman-temanku membedakan terhadap keduanya. Padahal adek kelasku itu pandai, santun, aktifis hanya karena posisi ibunya yang berstatus berbeda dengan ibu si A maka akhirnya adek kelasku tidak mendapatkan penghargaan yang sama dengan si A. Nah....kegelisahan-kegelisahan seperti tiu yang dulu kurasakan saat SMP ketika melihat fenomena pertemananku dan aktifitasku. Biasanya kalau cerita model begini pasti sampai telinga Bapak. Dan Bapak akan menjelaskan sebuah konsep secara sederhana seusiaku saat aku bisa memahami konsep itu. Bapak kadang provokatif agar aku tergerak untuk cari tahu akan kebenaran akan sesuatu. Liat saja nanti adek kelasmu itu bagaimana, titeni....(dalam bahasa Indonesia tandai). 

Bapak waktu itu bercerita tentang bibit yang baik seorang anak itu haruslah dengan cara yang baik. Maka memang ketika seorang istri katakanlah menjadi simpanan seseorang dan mungkin tidak dinikahi maka itu berzina kedepannya anak yang dilahirkan dari perzinaan adalah tidak barokah. Namun anak yang lahir itu kan seperti kertas putih yang bersih dan tinggal bagaimana ia dididik, karena dalam Islam bukankah tidak mengenal dosa turunan. Bapak mendengarkan argumentasiku dan seperti biasa tersenyum....lihat saja entar gimana? (agar aku merasa tak puas dan mencari itu apa.....) Seperti itulah Bapakku.

Hingga setelah di Jakarta saya temukan buku karangan Pak Palgunadi Tatit Setiawan tentang keberkahan yang kalau saya tidak salah ingat namanya "Daun-daun berserakan". Dan saya tersenyum dan disambung menangis karena ingat Bapak, saat saya berumur tiga belas tahunan Bapak mau menceritakan kepadaku tentang konsep keberkahan. Akhirnya saya faham melalui buku itu, apa yang disampaiakan pak Pal intinya sama dengan apa yang disampaikan Bapakku. Aku sungguh terharu....Hingga dalam acara reuni SMP beberapa tahun lalu kami bertemu kembali. Saya sudah di Dompet Dhuafa. Nampak Pak Bunanto guru matematika kami menyapa,"Novi....ini lho ada yang lupa sama kamu...". "Siapa pak?". Nampak disebelah Pak Bunanto seorang pria dengan stelan celana jins basic dan hem lengan pendek dan yup...lumayan keren and handsome nampak sangat terpelajar. Aku masih menebak dan laki-laki itu berbicara begini :"sekarang mbak Novi sudah jadi akhwat ya...dulu kan mbak sayang banget sama aku..". Aku tahu laki-laki ini adalah temanku yang suka mengayuh sepeda bersama saat pulang sekolah, bercerita tentang keluarga dll...ya itu kamu. Orang yang pernah jadi pembcaraan dirumahku tentang "apa itu berkah". Dalam hatiku aku tertawa ngakak mungkin bukan sayang tapi aku kasihan lebih tepatnya itu. Namun mulutku tentu saja tetap terkunci hanya sajan aku tersenyum simpul. "saya di UGM mbak ambil ilmu politik saya aktif di lembaga risetnya doakan saya segera lulus." adek kelasku itu menceritakan aktifitasnya saat ini. Maka lagi-lagi aku saat itu teringat akan Bapak dengan konsep keberkahannya.

Saat saya bergabung dengan regu inti PRAMUKA SMP Bapak yang terlihat sangat senang dan antusias. Dulu memang saya tomby, ups keceplosan, tapi itu dulu ya....sudah lama sekali...(SMP catet!). Melihat anak bungsunya berspatu warrior, mamakai copel dan bertopi rimba itu nampak pemandangan yang "sesuatu" buat Bapak. Kenapa? Ya...karena Bapak sangat ingin ada anaknya yang menjadi tentara. Aneh ya?  Saat ada ABRI MASUK DESA Bapak sangat detail menanyakan persyaratan untuk menjadi seorang tentara, Bagaimana jika tentara wanita dan lain-lain semua ditanyakan. Harapannya saya jadi tentara. Hanya keinginanku jauh dari menjadi seorang tentara. Meskipun pernah juga ingin membahagiakan Bapak dengan mengikuti seleksi masuk AKIP 9Akademi pemasarakatan) yang semi militer, dimana salah satu profesinya adalah menjadi SIPIR penjara. Hahahaha ngikik kalau saya mengingat masa itu selepas kuliah. Itupun Bapak sponsor utamaku. Namun saya gagal dalam seleksi tersebut. Bapak Mohon maaf tidak mengabulkan keinginanmu. Aku selalu bertanya dalam hati, kenapa ya Bapak ingin anaknya menjadi tentara? Dan pertannyaaku terjawab beberapa hari lalu saat saya menonton film "Sang Kyai". Yup karena Hisbulloh adalah cikal bakal lahirnya TNI. Bapak dulu termasuk pejuang Hizbulloh dan mengerti betul seperti apa heroiknya perjuangan mengangkat senjata. Mungkin Bapak ingin sekali salah satu anaknya ada yang bisa merasakan perjuangan semacam itu tentu saja dalam kontek kekinian yakni menjadi tentara. Ah lagi-lagi saya kagum sama Bapak. 

Bapk bisa bermain musik. Dalam group keroncong bersama teman - teman Belia Bapak biasa memainkan bass bethot. Tapi Bapak juga piaway bermain gitar. Dulu band keroncong Bapak adalah pengiring opera Betha-Bethi yang digelar di Kyai Sepanjang yang saat ini dikenal dengan sasana bumi kyai sepanjang yakni salah satu gedung perjunjukan di Kota Magelang. Dengan Band Bapak pula Bapk biasa mengiringi acara-acara partai Masyumi. Maka sering terkenal dengan Bandnya Masyumi. Well...Nuansa musik dirumah sangat bebas terekspresikan. Semua aliran musik boleh diperdengarkan di rumah tidak ada proteksi sama skali, bebas sebebas-bebasnya sesuai dengan kesukaan masing-masing anggota keluarga. Dulu Bapak juga tidak masalah mendengarkan kaset-kaset Nirvanaku, Bon Jovi, Fire House dan lain sebagainya (sekali lagi itu dulu ya....:p). Yang pasti mendengarkan lagu keroncong dan mengiringi Bapak bernyanyi saat beliau memainkan gitar. Ah Bapakku memang asyik ternyata orangnya...

Saat aku bekerja setelah lulus SMU, Bapak sangat terharu dan terkesan saat aku sudah bisa memberinya uang. Bapak memberikan laporan detail uang itu untuk apa. padahal buatku tidak penting akan Bapak gunakan untuk apa. Aku cuma mau bilang come on anak bungsumu ini sudah besar, sudah bisa cari duit sendiri dan tak usah dijadikan beban pikiran. Itu saja. Maka akhirnya aku tahu bahwa nasib bekerja terlebih dahulu sebelum aku kuliah S1 adalh cara sayangnya Alloh agar aku bisa merasakan nikmatnya memberi uang kepada Bapak. Why? Karena setelah saya lulus kuliah S1dan bekerja maka Bapak sudah tidak bisa menerima uang pemberianku.Yup lantaran Bapak sudah dipanggil yang Maha kuasa. Syukur selalu saya pajatkan bahwa saya pernah menjadi buruh pabrik di  bilangkan kawasan EGYB Bekasi. Karena dengan gajiku disana aku bisa memberi Bapak. Meskipun kutahu itu belum apa-apa dari apa yang telah Bapak beri buat kami puteri-puterinya. 

Saat aku kuliah S1 Bapak adalah teman diskusiku tentang ekonomi syariah. Bapak dapat berbahasa arab dengan baik, Bapak juga memahami akad-akad dalam fiqh muamalah saat saya coba bacakan makalah-makalah yang saya dapatkan saat kuliah informal ekonomi syariah atau dari bahan seminar-seminar ekonomi syariah yang kuikuti. Bapak juga orang yang nyambung saat saya bercerita  tentang Dinar-dirham saat aku bersemangat bercerita tentang mata uang itu. Subhanalloh itu keren menurutku.....Yang membuatku terharu adalah Bapak yang menyediakan air hangat untuk aku mandi kalau baru pulang dari UNSOED Purwokerto tempat dimana saya kuliah S1(maklum dirumah tidak ada penghangat/ pemanas air untuk mandi).

Sekarang jika Bapak masih ada kira-kira Bapak akan bicara apa ya? kadang suka terbersit dalam benakku. Teringat pula saat Bapak sering mendatangai kamar-kamar putri-putrinya hanya menanyakan apakah kami sudah makan? dalam bahasa arab " lam takkul?". Itu pertanda Bapak mau makan dan memastikan jika Bapak mau makan semua putri-putrinya juga sudah makan. So Sweet ya...Bapak juga suka becanda dengan beberapa sindiran lucu. Misalnya jika Ummi sibuk dan terlalu serius mengisi buku-buku laporan PKK Desa hingga kadang kelupaan untuk menyediakan makan bagi swaminya. Bapak akan nyeletuk gini :" lho kui ummuka nganti wis koyo manuk garudo wae ket mau..." dalam bahasa Indonesia begini:"Lho itu ibumu (dalam bhs Arab ummuka) sudah seperti burung Garuda saja dari tadi. *Maksud burung garuda adalah burung Garuda Pancasila yang lehernya tidak pernah ganti neggok"kaku" dan tidak bernjak dari  tadi seperti ummi yang asyik ngerjain buku-buku laporan PKK Desa. Kenapa burung garuda analoginya? ya karena ummi itu di PKK Desa ketua Bidang I yakni tentang bela negara atau something like that lah yang berbau nasionalisme gitu. Sebenarnya itu pertanda Bapak sudah lapar dan saatnya makan. Dan Bapak hampir selalu setiap makan ditemani ummi. Tidak mau ditemai yang lain (ya iyalah...hehehehe).

Bapak sangat rapi dalam hal pakaian, pakaiannya tidak banyak tapi bagus-bagus. Sarungnya juga yang bagus, umayan Bagus tepatnya, meskipun juga tidak banyak. Bapak rajin merawat pakaiannya sendiri. Bahkan kadang membilas pakaiannya lagi ketika ummi saat mencucikan bajunya dirasa kurang bersih. Tapi Bapak tidak marah akan hal itu. Bayangkan Bapk ku menyetrika bajunya sendri dan rapi sekali hasil setrikaannya,malah kadang-kadang ummi nitip satu baju untuk disetrikakan sama Bapak. Putri-Putrinya telah terbiasa mencuci baju dan menyetrika sendiri-sendiri sejak kecil dan parahnya begitu juga Bapak. Sama mencuci dan menyetrika bajunya sendiri. Aneh ya untuk masa saat ini?...itulah Bapakku. Bapak juga satu-satunya orang yang bersiul dirumah. Sering mendengar Bapak bersiul biasanya saat sedang berpakaian atau memperbaiki sesuatu. Aku kecil sering kebagian menepuk-nepuk jidak Bapak kalu sedang pusing dan menginjak-injak badan Bapak (ngidak-idak) kalau Bapak capek. Sementara mbak Yas biasanya bertugas memotong kuku Bapak...benar-benar dimanjakan sama putri-putrinya. 

Yang membuat saya kagum ya jiwa pengabdiannya. Hingga akhir hayat tetap menjadi kepala dusun sejak Tahun 1982 Hingga Tahun 2002. Tanpa Bayaran yang memadai. Namun terus ikhlas mengemban amanah. Bermanfaat untuk sesama karena ingin meraih JannahNYA saja. Buatku itu contoh nyata hidup seorang Bapak sederhana yang bisa mewariskan idealisme-idealismeNYA kepada saya. Bapak meninggal dalm usia 72 tahun.Terima kasih Bapak....saya tahu Bapak sudah berusaha menjadi yang terbaik buat saya dan kedua kakaku. Semoga Bapak diberi tempat terbaik disisiNYA saat ini Ammiin. Dan kelak kami sekeluarga bisa bersama berkumpul di SyurgaNYA.Amiiin Ya Robbal Alamiin. Wollohualam BiiShowab.










Rabu, 17 Juli 2013

Isye And Rama

Beberapa sosok couple yang saat ini sedang menjadi inspirasi bagi berbagai kalangan. Misalnya Habibi dan Ainun yang filmnya sangat menyentuh. Kekompakan mereka adalah contoh nyata bagi kami kaum muda, betapa berkolaborasi harmonis dengan swami adalah harus dan itu berkah. Sosok lain yang sering membuat saya terkagum-kagum dan iri adalah pasangan swami Isteri Endah And Rhesa yang merupakan pasangan musisi yang kemana-mana selalu berdua berkolaborasi bermain musik bersama, tumbuh bersama dalam bermusik, itu indah sekali seperti namanya. Pasangan yang saya juga masih penasaran seperti apa keharmonisan mereka, dan sudah beredar bukunya namun saya belum membelinya dan masih penasaran banget  Fira dan Hafez, yup Fira Basuki pemred Cosmopolitan. Ada lagi sahabat saya yang ternyata sudah banyak menginspirasi beberapa teman saya yakni pasangan Miranti and Rheza, mereka berdua saat ini adalah dosen di UI yang keduanya konsen skali dengan keuangan syariah.Di lain kesempatan  saya akan bercerita tentang Miranti and Rheza. Well...satu lagi pasangan dalam pertemanan saya yang selalu membuat saya berucap "subhanalloh" akan takjubnya skenario Alloh SWT dalam mempertemukan jodoh bagi hambanya. yup pasangan Isye dan Rama.

Mengenal mba Isye panggilanku untuk Isye berawal dari sama-sama tinggal dalam satu rumah kost di bilangan Slipi Jakarta. Saat itu saya bekerja di Muamalat Institute dan mbak Isye bekerja pada salah satu anak perusahaannya TELKOM dan ternyata kantor kami berada dalam satu  gedung yang sama di Menara DAPENTEL perempatan Slipi. Rumah kost kami saat itu hanya diisi 3 orang, saya, mba Isye dan satu teman dari Semarang mba Okta. Saat ini kami sama-sama sudah pergi dari kost itu untuk mengikuti jalannya takdir hidup masing-masing. Seperti jalan takdirnya mba Isye yang November tahun lalu menikah dengan mas Rama (Ramaditya Adikara) dan akhirnya diboyong oleh Mas Rama ke Jati Bening Bekasi. 

Saat awal mbak Isye memulai menceritakan mas Rama saya sempet terdiam sejenak, seperti ada yang terdiam diantara kerongkonganku dan mataku setengah melotot mendengarkan cerita tentang kekasih mbak Isye saat itu (waktu itu mereka masih pacaran dan belum menikah). "Mbak Novi tahu Ramaditya yang ngarang buku Blind power?" mbak Isye mengawali kisah tentang kekasihnya pada waktu itu." Oh iya mbak saya tahu, saya dua kali menonton Ramaditya di acara kick Andy dan kebetulan dulu Ramaditya pernah menjadi pembicara pada salah satu acara di kantor tempat saya bekerja di Dompet Dhuafa....bahkan saat itu kebetulan saya yang menjadi MC pada acara itu, so I know him.' saya memastikan ke mba Isye kalau saya tahu dan mengikuti kisah seorang Ramaditya. Dengan nada ringan mba Isye melanjutkan kisahnya ;"dia itu cowokku....." Oh really?....saya melongo....dan terdiam.

Bagi teman-teman yang tahu Ramaditya  pasti berkecamuk dalam otaknya akan berbagai pertanyaan, bagaimana bisa? apa alasannya mba Isye berpacaran dengan mas Rama? Why? yup ...karena mas Rama adalah seorang tuna netra sejak lahir. Bayangkan betapa besarnya cinta mba Isye kepada Mas Rama. Dari saat pacaran mba Isye mulai membiasakan masuk dalam kehidupan sehari-hari mas Rama. Misalnya untuk memberi tahu runag tamu kost-kostan adalh 9 langkah, arah menuju kamar mandi adalah 5 langkah ke kiri dan lain sebagainya. Seperti itu pola hidup kelak jika mba Isye menikah dengan Mas Rama yang waktu itu masih berpacaran. Mba Isye memang biasanya bisa tertarik dengan laki-laki yang pintar. Maka Ramaditya itu sosok yang dimata mba Isye adalah laki-laki yang pintar. Benar, hal point utama didapat dari Mas Rama. Yang lain tentu saja lolos saringannya mba Isye. 

Menikah dengan mas Rama bagi mbak Isye berarti harus siap menerima segala konsekwensi yang tak umum diemban seorang istri. Misalnya saja, dalam hal menyetir mobil. Mas Rama tidak bisa menyetir mobil untuk mba Isye. Namun kalo bepergian dengan Transjakarta mas Rama bisa melakukannya sendiri. Perjalanan untuk mendapatkan restu orang tua mba Isye juga tidak mudah, namun mas Rama keukeh untuk memperjuangkannya. Mas Rama menceritakan keadaan anak muda saat ini, jika tidak direstui hubungannya denga pacarnya oleh orang tuanya biasanya bertindak melawan orang tua, kalau perlu nekad misalnya dengan jalan hamil duluan terlebih dahulu. Itu tidak diperbolehkan terkait dengan keberkahan. Keberkahan itu sesuatu yang bisa didapatkan dengan cara yang benar. Jadi jika ada sebuah hubungan yang tidak direstui oleh orang tua maka tipsnya adalh mendekati terus orang tua (calon mertua) jangan malah ditentang.

Ketika mamahnya mba Isye terang-terangan tidak menyetujui hubungan mba Isye dan Mas Rama, maka yang dilakukan oleh mas Rama adalh silaturrahim dan mengobrol dengan mamahnya mba Isye. Apa saja yang menjadi keluhan mamahnya jika misalnya kelak mas Rama menikah dengan mba Isye. Ketika restu calon mertua belum bisa dikantongi maka lakukan pendekatan dengan orang yang bisa dipercaya oleh mamahnya mbak Isye. Yakni omnya mba Isye. Melalui omnya mbak Isye mas Rama minta tolong agar omnya mba Isye berbicara kepada mamahnya mba Isye, alhamdulillah dikabulkan. Bahkan saat ini mamahnya mba Isye sering mengobrol dan curhat kepada mas Rama....seperti itulah berkah....Berkah didapat bukan tanpa approach/ pendekatan, namun diupayakan yakni dengan cara yang benar...

Saat ini mba Isye masih ngantor seperti biasa dan Mas Ramam mengajar di LP3I sebagai salah satu dosen disana selain mengisi training dan motivasi diseluruh penjuru tanah air dan diluar negeri. Jika mba Isye libur maka mba Isye yang bertugas menjadi asisten sang motivator, mba Isye akan sibuk membagikan cd-cd training, mengambil foto dan menshoot acara training, mengatur lampu/ pencahayaan, semua bisa dilakukannya sendiri dan tentu saja istri yang sedang berprofesi menjadi asisten swami memotivasi/ menginspirasi negeri ini dan di manca negara.  Kebetulan ahad kemrin mas Rama mengisi ceramah motivasi di Fakultas kedokteran UNDIP sehingga kami sempat bersilaturrahim dan tentu saja sharing tentang banyak hal dan wejangan bagi saya untuk terus opetimis dalm menjalani hidup. Enjoy menikmati hidup, tidak perlu ngoyo...sering-seringlah tersenyum....punya target oke, kalau belum tercapai evaluasi, sudah dievaluasi kok belum goal juga targetnya ya gak mengapa, serahkan saja sama Alloh SWT. Why ? Karena apapun kejadian yang menimpa diri kita itu yang terbaik buat kita yang telah Alloh berikan. So kita akan selalu bisa mensyukuri hal apapun dalam hidup ini..."Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan....." dan senantiasalah kita bisa berkata" Greatful for Small Things". Terima kasih sharingnya dan silaturrahimmnya mbak Isye dan mas Rama...Wollohualam Biishowab....


Rabu, 10 Juli 2013

Jiwa Pengabdian (Bagian I )


Jiwa Pengabdian itu akan menumbuhkan cinta. Umar bin Aziz aziz menyatakan bahwa jika kita menahan tidak makan yang enak-enak maka barokahnya luas. Contoh yang lain adalah sosok perempuan yang barokah, yaitu Siti Khodijah. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan barokah disini? Barokah disini adalah bisa menarik rahmad yang banyak. Kenapa pula Khodijah contohnya. Ya karena Khodijah itu optimal. Beliau seorang saudagar handal, seorang istri luar biasa pensupport dakwah Nabi. Jika cinta itu ditanamkan pada diri masing-masing pribadi, maka akan kentara bagaimana seseorang itu mencintai sesuatu berdasarkan hukum Alloh. Misalnya seorang perempuan yang bekerja, maka ia tahu bahwa hukum bekerja bagi perempuan adalah mubah / boleh. Dan harus mengingat hal-hal lain yang menjadi kewajibannya (yang hukumnya wajib) misal menjadi istri sholehah dll. 

Jika cinta itu laksana bata maka jika satu bata dipasang karena suka. Jika cinta itu diupayakan cinta itu hadir karena kebaikan maka akan menimbulkan kekuatan dari yang lain. Maka sebaiknya kita senantiasa ware dan punya perilaku suka mengecek apakah jika kita sedang mengambil hal yang mubah apakah akan berdampak pada optomalnya yang wajib atau apakah dalam jangka panjang dalm bentuk kebiasaan itu akan baik jika kita mbil atu justru memperburuk dalam implementasi yang hukumnya wajib.  Selain kebiasaan juga bisa kita bersama cermati misalnya dalm perjalanan alur keuangan.Apakah benar dengan wanita bekerja, misalnya ia telah berkeuarga benar-benar mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarganya. Hal ini dijadikan bahan evaluasi lantaran biasanya perempuan bekerja karena ada yang menggunakan alasa keuangan yang belum cukup dalam keluarga. Apa sebenarnya justru akan menimbulkan kebutuhan yang bertambah banyak jika itu harus terpebuhi. Bahkan dalam hal ini ada ajaran yang disebut dengan "Ghil" yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak barokah.

 Hal yang lain misalnya saat perempuan bekerja dalm perjalanan dinas. Harus juga menginggat aturan Alloh yang menyatakan bahwa jika pergi lebih dari tiga hari dalam bersilaturrahim misalnya menginap ditempat lain itu tidak diperkenankan. Jika dalam bekerja sebaiknya jika sudah menikah maka ditemani mahramnya. Ingat bahwa bekerja bagi wanita adalh hukumnya mubah saja.Bagaimana agar kita mencintai kebaikan. Tentu saja diawali dengan pertanyaan bagaimana agar kita bisa menhadirkan cinta. Yang pertama yakni dengan banyak mengingat ? berkonsentrasi. Sehingga kita akan tahu tentang kebaikan-kebaikan, memikirkan pelaksanaan-pelaksaan akan kebaikan tadi, mencari/ memetik hikmah dari kebaikan atau mencari cara yang tepat pada setiap urusan dan suasana yang berbeda. Langkah yang kedua yakni membuat inspirasi. Jika kita mempunyai inspirasi tokoh maka kita akan senang untuk mencari tahu apa yang ia / tokoh tersebut lakukan dan meneladaninya.

Bagaimana agar kita ini menjadi seseorang yang banyak barokahnya? Caranya adalah dengan mengerjakan banyak hal dan banyak membaca al qur'an. Bahkan ucapan bu dyah yang sering terngiang-ngiang di benak saya adalah : "tidak ada pengangguran yang oenuh barokah!" maka jika ingat ucapan bu dyah bahwa kita ingin sekali menjadi hamba yang barokah, kuncinya adalh lakukan sesuatu / do something. Jangan berpangku tangan/ nganggur. Misalnya dengan merapikan rumah atau kamar, melakukan hal-hal kecil untuk menyenagkan sesama jika misalnya kita sedang tidak sibuk dalam hal pekerjaan atau amanah dakwah. Maka bersemangatlah dalm hal mengerjakan sesuatu agar bisa mendapatkan brokah dalam bahasa jawa sering saya dengar dengan istilah "Ngalap Berkah". 

Cara mendapatkan berkah yang kedua adalah dengan membaca al qur'an. Dengan membaca Al qur'an Alloh sudah menjadikan akan memberikan hikmah dalm setiap huruf yang kita baca. Bayangkan satu huruf satu hikmah. Maka bisa dibayangkan jika kita bisa bertilawah dalam sehari satu juz, berapa hikmah yang bisa kita dapatkan. Maka jika kita diuji dengan ujian-ujian hidup yang masih sama perlu kita cek bahwa bisa jadi karena kita kurang bertilawah / membaca Al qur'an. Bagaimana logikanya? Dengan membaca Al qur'an satu juz sehari yang sering dianjurkan para ustadzah maka diharapkan kita bisa menyerap hikmah dari bacaan al qur'an kita (sesui janji Alloh SWT bahwa dalam setiap huruf Al qur'an yang kita baca termaktub satu hikmah) maka jika kita diberi ujian/ cobaan hidup agar kita dapat mengurai hikah dibalik kejadian baik itu ujian maupun musibah, kita akan lebih mudah bahkan dimudahkan oleh Alloh dalm menuai hikmah dibalik ujian atau musibah hidup. Dengan demikian maka kita akan segera dan tepan memberika solusi atas ujian tau musibah bagi kita, Berawal dari bisanya kita menuai hikmah dari kejadian yang bersasal dari kumpulan hikmah dari buah kita membaca al qur'an. Subhanalloh....

Apabila kita tidak berkonsentrasi maka Alloh tidak akan memberikan kemudahan. Untuk itu kita dianjurkan untuk berkonsentrasi dalam hal kebaikan. Misalnya sosok Nabi Ibrahim, yang sederhana dan sabar. Adalh contoh yang layak kita teladani karena kecintaannya kepada kebaikan. Jika ia mencintai kebaikan maka ALLOHpun akanmencintai hambaNYA yang mencintai kebaikan. Jika kita sudah dicintai oleh Alloh maka kita akan dijadikan/ dibuat menjadi senang beramal (dalam salah satu hadits qudsi). Bahkan Alloh akan memujinya dan akan menjadikannya meninggal dalm keadaan ia melakukan amal yang dipujinya. Subhanalloh. Adapun agar kita bisa bermal/ melaukan amal maka yang dibutuhkan adalh jiwa. Kenapa demikian? karena Alloh tidak menilai dari nominal yang kita punya melainkan dari jiwa kita. Jika jiwa kita termasuk dalam kategori jiwa pengorbanan maka Allohpun akan bangga dan kagum akan diri kita dan derajat terakhir yakni keridhoaan Alloh yang sangat kita idam-idamkan pun akan bisa kita raih. 

Sayangnya kita ini terlalu berkonsentrasi pada siri kita sendiri. Dalamjiwa pengorbanan, makna cinta adalah kekuatan untuk memberi kebaikan, bahkan selalu ada cara untuk berbuat kebaikan. Kenapa demikian? karena Alloh memberikan jalan untuk itu. Salah satu ciri jika Alloh sudah ridho dengan jiwa pengorbanan kita adalah kita diijinkan untuk menjadi inspirasi bagi orang lain. Dalam berbagai hal atau sedikit hal telah menginspirasi orang lain. Yuk jadikan Alloh SWT ridho dengan diri kita. Caranya tumbuhkan jiwa pengabdian dalm jiwa kit





Minggu, 07 Juli 2013

Bahagia itu Pilihan

Berdamai dengan diri sendiri itu bukan perkara mudah. Kerap kali ego mendera kita untuk terus menerus melanjutkan apa yang dirasakan oleh hati. Spesifiknya tentang cinta. Cinta datang dan pergi suka-suka dia, hanya Cinta dan Tuhan yang tahu kapan dia akan hadir menyapa kita dan kapan ia akan pergi. Kok seperti bajaj di Jakarta ya, kapan dia akan belok maka hanya tukang bajaj dan Tuhan yang tahu, karena tidak pernah ada cerita tukang bajaj kirim tanda kepada pemakai jalan yang lain kalau dia mau belok, tahu-tahu dah.ngeloyor ajah tuh bajaj....Begitulah karakter cinta. Maka ikhlaskan saja jika cinta datang menyapa, begitu juga jika ia akan pergi. Gampang ya nulisnya, padahal ngejalaninnya susah bener, ngabisin berliter-liter air mata kalau tetesannya ditampung dalam sebuah bejana. Aih....dramatis amat.

Well... buat kamu yang pernah ditinggalkan oleh Cinta oleh hal-hal yang bukan keinginan kita, maka rasanya itu sakit, some times hingga tak terperi, bahkan bagi mereka yang labil bisa hingga menciderai diri sendiri bahkan bunuh diri. Bagi kita yang mempunyai pegangan agama yang kuat pasti tidak akan terkecoh oleh ulah si cinta, kita bisa merasakan getaranya sambil sesekali tersenyum untuk menertawakan diri kita sendiri, kadang juga bisa menangis lantaran kok didatangi si cinta dan masih tak berdaya dengan keadaan yang ada. Hingga bertanya kepada yang maha memberi cinta : "kenapa diberi ujian cinta lagi? apakah yang kemarin-kemarin itu saya belum lulus juga akan ujianMU yang namanya cinta?". Sebagai insan biasa yang penuh alpha tentu wajib bagi kita untuk berintrospeksi jika masih diberi ujian hidup yang sama, misalnya dalam hal ini tentang cinta. 

Tentang rasa ditinggalkan oleh cinta dan meninggalkan cinta itu sama. Sakit. Hanya saja hidup itu akan terus berjalan, kelak ada waktu yang akan menyembuhkannya. Namun ditinggalkan oleh cinta, proses penyembuhannya butuh waktu lebih lama daripada meninggalkan cinta. Kenapa? yup karena hatinya belum siap untuk ditinggalkan. Hal ini berbeda dengan meninggalkan cinta. Bahkan dirinya sendiri yang berniat meninggalkan, maka ia akan selangkah lebih maju untuk menggapai hal yang akan dituju kedepannya. Apa itu? tentu saja bahagia (happy). Karena ingin happy maka sang pencinta akan berusaha mendifinisikan model bahagia yang ia targetkan selanjutnya, tentu berbeda dan valuable dibandingkan kebahagiaan yang mungkin ia bayangkan dapat diraih bahkan pernah dirasakan saat bersama cintanya. Maka manusia itu tumbuh dan itu wajar adanya. Bahkan mungkin itu fitrah.

Bahagia (happines) dalam bahasa khas jawa lebih enak dengan istilah "tentrem" atau tentram. Jika kita tentram maka bagahiapun sudah tentu kita sudah raih. Maka saya lebih senang menyebutkan target diatas bahagia adalah ketentraman "tentrem" dalam istilah jawa. Bagaimana menemukan model "tentrem" yang baru yang akan kita raih dimasa mendatang. Tentu itu akan inheren/ sejajar dengan apa yang akan kita cita-citakan kedepan, terkait dimasa depan kita akan hidup seperti apa, bahkan dimasa tuanya akan berkehidupan seperti apa, maka dengan siapa nanti ia akan membangun cinta, syukur-syukur bisa jatuh cinta dengan sosok yang tepat dalam pasangan target untuk model "tentrem" dimasa mendatang.

Misalnya model target "tentrem" dimasa datang adalah terlaksananya visi hidup kita bahkan bisa bersanding dinamis dengan pasangan kita kelak (suami kita). Maka yang perlu dibenahi saat ini adalh selera. Karena bisa jadi kenapa diuji dengan hl cinta yang itu-itu saja, meskipun ujian cinta itu hadir dengan berbagai macam cerita kreatifitas sang pencipta / sang maha karya cinta, namun judulnya satu ujian cinta. Bisa jadi memang kita yang masih salah dalam berselera. Maka tak perlu malu untuk merubah selera kriteria pasangan hidup kita kelak, geratis ini kok gak mbayar. Disatu sisi dirasa berat hati atau enggan merubah selera, lantaran kata salah satu motivator yang sebentar lagi  (malam senin) mengisi di salah satu TV swasta tanah air, mengatakan kira-kira begini : "jika dalm hati kita terbersit keinginan, bahkan mungkin salah satunya dalambentuk selera maka mungkin itu cara Tuhan memberikan jalannya." Nah loh....ada dua sumber yang berbeda yang membahas tentang selera kita akan pasangan hidup kita.

Maka pilih saja mana yang menjadi jalan yang menentramkan kita bahkan ini jalan yang menuju "tentrem" tadi, gimana gak bingung tho, apa maksudku?. Jalan yang menentramkan menurutku yang bersumber dari ajaran agama. Cirinya, jalan itu semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan, dan cara itu membuat kita lebih baik di dalam hubungan dengan sesama (bermuamalah). Maka yakinlah bahwa kita itu seindah pasangan kita. Kita dan pasangan kita ibarat cermin maka itulah diri kita. Saat ini merasa selevel dengan cinta kita, namun tetap saja bersedih dan tidak happy. Maka mungkin pasangan kita saat ini berada pada level diatas kita. Level dalam hal apa? tentu saja dalam hal iman. Maka pasangan cinta saat ini, atau seseorang yang disinyalir sama level keimanannya saat ini bukanlah jodohnya? Mungkin iya. Semua diawali kata mungkin, karena tak tahu pasti level keimanan seseorang itu parameternya apa. 

Maka saya buat saja sendiri, barang kali jika dilihat dari kwalitas ibadahnya, samasama mengerjakan sholat wajib saja, sama-sama kadang masih menunda sholat wajibnya, sama-sama belum merutinkan sholat tahajud, sama-sama belum shoum sunnah. Apakah itu bisa? Wollohualam, hanya saja jika dengan persamaan level itu sudah happy alias menentramkan maka mungkin itulah jodohnya. Namun bila tidak jua, maka bisa jadi dia memang bukan jodohnya. Dan jodoh yang laksana kita bercermin itu sudah sangat indah level imannya. Bayangkan jika dia yang berada  pada level yang indah itu jodoh kita? Kenapa kita tak hendak mengejarnya jua. Misalnya kita bersegera melakukan amalan-amalan tambahan sunnah, misalnya kita bersegera sholat wajiab diawal waktu bahkan menunggu waktu sholat dan lain sebagainya yang akan segera menaikkan level iman kita, Why not ??? Bukankah itu proses yang menentrankan untuk meraih "tentrem". Isn't it?

So ikhlaslah, untuk meninggalkan cintamu dan mengejar model ketentraman yang telah kau bangun sesuai dengan selera yang digariskan oleh sang Maha pemberi Cinta. Bahkan jika nanti tak bertemu cinta lagi, kau bisa membangun cinta dengan orang yang mempunyai modal yang disukai oleh sang maha pemberi cinta. Kenapa kau tak berselera dengan yang disukaiNYA? apakah kau masih salah dalam menentukan selera? Apa benar model ketentramanmu dimasa mendatang akan tak tergambarkan lantaran salah dalam memilih selera. Come on tinggalkanlah....katakan good bye untuknya...karena ada kebahagiannya yang hendak kau raih, kebahagiaan yang bisa engkau ciptakan sendiri yang dimulai dari saat ini engkau melangkah. Mulai dari yang kecil lagi : Perbaiki seleramu!. Bernafas leggaaa......"Wollohu'alam biishowab..."












Kamis, 04 Juli 2013

Refrain

Refrain adalah film yang kemarin kutonton. Honestly setelah sibuk bejibun dengan yang namanya jurnal-jurnal hingga mataku pedih lantaran tugas yang marathon itu....Alhamdulillah akhirnya longgar juga. Pas liat di rak buku ternyata tinggal sebuah buku Seth Godin yang agak berat, males deh....So cari buku baru n nonton Refrain. Keknya saya too old deh nonton film itu. Pasalnya itu film buat kalian yang masih ABG masa-masa SMU and awal-awal kuliah gitu deh....ah saya juga awal-awal kuliah kok ini...maap kuliah S2..hehehehe...

Well sebuah film drama romantis ala ABG Indonesia yang berhasil membuatku menangis terus menerus...(ups keceplosan), pasalnya itu film bohong banget bo!. Afghan yang memerankan Nata itu so sweet banget, ga ada cowok begitu deh, kalau cewek begitu itu banyak. Mungkin ekstrim juga kalo dibilang gak ada, oke saya ralat seribu satu, makanya saya mewek terus. Nata sahabatan dengan Niki (diperankan oleh Maudy Ayunda) sejak kecil. Mereka bertetanggaan karena mempunyai persamaan nasib ditinggal kedua orang tuanya dinas di Papua.

Finally,,,, Niki jatuh cinta dengan seorang kapten basket dari sekolah lain namanya Oliver. Nah...ternyata Nata suka sama Niki. Tapi Niki merasa sahabatan saja sama Nata. Akhirnya Nata still jombo. Hingga selesai kuliah musik di Austria, mereka bertemu lagi. dan JADIAN... gitu aja ceritanya...
Cuman kenapa saya nangis terus-terusan ya?...duh....heran juga saya (biarlah menjadi wahanaku untuk mengekspresikan diri :p). Yang pasti lagunya Afghan yang Refrain bagus, saya suka. Maudi Ayunda aku suka coz dia pinter, bayangkan aja dia sudah lulus menjadi salah satu mahasiswa di Harvard University, talented  dan bakal jadi bintang besar masa depan.

*Yang kusuka dari Nata : Ga pernah bohong dengan dirinya sendiri.


Selasa, 02 Juli 2013

Problem di Indonesia (Filantropi)

Dalam konteks yang luas, tidaklah berbeda dari masyarakat dan negara kapitalis, keadaan di Indonesia sebagaimana telah disinggung sebelumnya, menunjukkan kecenderungan yang sama. Filantropi didorong, dan dikembangkan, sebagai konsekwensi dari diadopsinya kapitalisme sebagai ideologi dan praksis bernegara dan bermasyarakat. Republik Indonesia merupakan negara fiskal sejak 'merdeka' secara politikpada tahun 1945,tetapi selama lebih dari 60 tahun 'merdeka' telah gagal memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dengan satu-dua indikator saja sudah terlihhat bahwa masyarakat di Indonesia saat ini masih menderita. Junlah orang miskin ada 40 juta bahkan jika indikator yang dipakai adalh pendapatan di bawah US$ 2 per hari, sebagaimana dipakai oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), angkanya mencapai 75 juta. Tingkat pengangguran (awal 2007) sekitar 11%, sekitar 11 juta orang.

Dari analisisyang telah diuraikan letak persoalannya bukanlah pada ketidakmampuan dalam pelaksanaan berbangsa dan bernegara, tetapi berada dalam sistem yang kita pilih itu sendiri, yaitu kapitalisme. Tanpa "krismon"pun, pemiskinan massal akan terus-menerus sebagai bagian inherent darisistem ini. Bahkan negara yang terkenal sebagai walefare state, dimana negara fiskal berperan pokok dalm memeratakan kesejahteraan, sesungguhnya merupakan format sempurnaKapitalisme, untuk memastikan warga negaranya sebagai debitur ang ditransformasikan sebagai pembayar pajak secara progresif dan sangat tidal adil itu. Sperti telah dijelaskan sebelumnya, pengenaan pajak  dalam negara fiskal merupakan keniscayaan karena konsepsi utang publik, yang semakin lama semakin membengkak tak terkendali, karena riba.

Karena itu, pada tataran paling elementer, pencapaian kesejahteraan yang menjadi argumentasi Kapitalisme adalah semu belaka, bila siukur dengan beban riil yang ditanggung oleh warga negara dalam bentuk pemajakan, baik yang langsung (PBB),PPh,PPn, dan seterusnya) tapi lebih-lebih akibat pemajakan tidak langsung dalam bentuk depresiasi nilai tukar (purchasing power) dari sistem uang kertas dan bank sentral. Dolar AS misalnya, yang dianggap sebagai standar mata uang internasional telah kehilangan sekurangnya 95% nilainya dalm kurun 35 tahun terakhir. Mata uang rupiah, sebagai contoh lain, telah kehilangan sekitar 99% nilainya, dalam kurun 60an tahun sejak Indonesia 'merdeka".

Ketika kekuasaan kolonialisme secara Formal meninggalkan bangsa Indonesia ada dua hal yang meninggalkannya, melalui konstitusi republik baru ini, bank sentral dan uang kertas, pilar negara fiskal. Dan dengan itu, bangsa Indonesia mendapatkan warisan beban utang pemerintah Hindia Belanda, sebesar 4 miliar dolar AS, yang kelak 60 tahun kemudian telah beranak pinak tak terkendali karena sistem riba yang dikenakannya, menjadi sekitar 140-an miliar dolar AS. Bangsa AS, sebelum menganut sistem bank sentral, tidak memiliki utang publik. Sejak berdirinya federal reserved AS, suatu perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Citibank dan Chase Manhattan Bank, bangsa Amerika terus berutang kepada mereka. Sebelum konggres AS mengesahkan federal reserved  ini,1913, utang nasional AS pada federal reserved adalah 4 Tririun dolar AS (Mullins,1991). Utang inipun, tentu saja ditransformasikan kepada rakyat AS dalm bentuk penarikan pajak. 

Sementara itu di sisi lain tradisi masyarakat Indonesia dalam bersedekah, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai studi dalam satu dekade ini, makin berkembang (Bumualim et, al,2005;Prihatna dan kurniawati, 2005). Jumlah orang yang bersedekah dan nilai sedekahnya terus membesar. Lembaga-lembaga yang mengelola dan bergerak di bidang kedermawanan sosialpun semakin banyak. Tentu, segmen yang dikenal sebagai "filantropi perusahaan", pun dalam berbagai ragam bentuk Corporate social responsibility (CSR), juga semakin significan (Saidi,et,al 2002, Ibrahim,2005, Nursahid, 2006)

Dengan latar belakang dan perkembangan sosial kekinian kita harus secara tepat memberikan dukungan kepada upaya -upaya perubahan sosial yang signifikan, menuju kepada keadilan sosial. Pada saat yang sama, kita juga harus mendukung upaya-upaya menghentikan, atau setidaknya mengurangi, sumber-sumber ketidakadilan. Tanpa upayakedua ini, mobilisasi kedermawanan sosial, tidak akan memberikan dampak positif apapun. Bahkan, sebaliknya, melakukannya dengan format yang salah justru akan melestarikan sistem yang tidak adil tersebut. 

Kesimpulan.

Filantropi adalah limpahan dari Kapitalisme. Peranutamanya memberikan legitimasi bagi berlangsungnya sistem ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir orang ini, sekaligus memberikan keuntungan ganda. Pertama, memberinya wajah manusiawi pada sistem yang memungkinkan penguasaan kekayaan pada segelintir orng ini dengan mengembalikan sebagian darinya kepada kaum papa. Kedua, memberikan peluang para pelakunya, para kapitalis cum Filantropis, untuk mendapatkan keuntungan finansial lebih besar lagi, melalui dua hal : 1) strategi pemasaran humanis yang oleh Nickel Eikenberry (2007) disebut sebagai consumption philantrophy atau oleh pakar pemasaran Philip Kotler sebagai "cause related marketing";(2)kemungkinan  mendapatkan pengurangan atau keringanan pembayaran pajak dari negara fiskal,tempatnya hidup.

Fenomena sosial baru yang kini dikenal sebagai CSR, sebagaimana disinggung di atas, meski tidak dipungkiri adanya motivasi pengembangan good citizenship, dimotivasi terutama selain karenaprofit seeking adalah karena kebijakan publik yang 'memaksa",tapi sekaligus mendukung filantropi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Public Research and Advocacy Center (2002) menunjukkan 37% perusahaan yang disurvei menyatakan akan menaikkan anggaran CSRnya bila mendapatkan pengurangan pajak.

Kapitalisme, dan karenanya Filantropi, merupakan praktik yang tidak ada dalm tradisi Islam. Islam memiliki model penciptaan dan pemerataan kekayaan yang unik, melalui muamalat, yang berfondasi pokok pada pencegahan penumpukan kekayaan pada segelintir orang, serta mekanisme pemerataannya yang terintegrasi di dalamnya, melalui bentuk kontrak-kontrak bisnis, serta pengelolaan infrastruktur sosial yang khas (wakaf dan zakat, dan sedekah lainnya). Lima pilar pokok muamalat, yang kini telah hilang dari masyarakat, dan memerlukan upaya restorasi adalah mata uang berbasis komoditi (dinar/dirham), penyelenggaraan pasar-pasar terbuka untuk umum, pengembangan unit-unit produksi otonom, gilda-gilda, serta promosi kaum pedagang kolektif melalui delegasi karavan dan kabilah. 

Restorasimuamalat akan menjadi model yang lebih tepat bagi masyarakat Indonesia dengan dibandingkan dengan filantropi. Restorasi muamalat tidak berarti kembali kepada kondisi dan situasi abad pertengahan, tetapimenempatkannya dalam konteks kekinian. Pasar terbuka tidak berarti mengembalikan pasar-pasar tradisional yang sumpek dan kumuh, tetapi pasar-pasar dengan sarana niaga yang memadai, pergudangan, perparkiran,sarana komunikasi modern,layaknya mall dan hypermarket. tetapi terbuka sebagai milik umum. Membangun kembali karavan tidak lalu menghidupkan kabilah-kabilah beronta, tetapi delegasi-delegasi pedagang, dengan kapal-kapal dagang, atau sekurangnya peti kemas bergerak, yang bisa berpindah dari satu pasar terbuka ke pasar terbuka lainnya. Dan pemakaian kembali dinar dirham akan dengan sangat nyaman bersanding teknologi modern untuk payment system mesin ATM,debit cards dan sejenisnya.

Restorasi muamalat merupakan pilihan yang seharusnya diambil kaum Muslimin, sekaligus sebagai langkah koreksi atas tindakan sementara kaum Muslimin yang lain, yang alih-alih memilih model orisinal yang dimiliki Islam. Muamalat justru mengislamisasi Kapitalisme. Islamisasi Kapitalisme dengan salah satu ujung rantingnya pada Filantropi Islam, hanya akan berujung pada pemapanan dan legitimasi Kapitalisme belaka.

*Diambil dari Jurnal Galang vol.2. No.3 Agustus 2007

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...