Minggu, 25 Agustus 2013

Bisa Merasa Bukan Merasa Bisa

Dalam ber-muamalah (berhubungan dengan sesama manusia) dalam kehidupan ini kerap kali terjadi friksi dengan orang lain. Memang itu hal wajar, namun sebaiknya kita kenali dan lakukan perbaikan dalm berhubungan  dengan sesama manusia di muka bumi. Bisa saja dalam keluarga baik keluarga jauh maupun keluarga dekat / inti. Dengan teman maupun sahabat. Sangat penting memperhatikan efektifitas dalam berkomunikasi maupun dalam bertindak. Saya pribadi masih jauh dari sempurna dalam hal ini. Tapi besar hati saya ingin selalu memperbaiki yang masih kurang atau yang masih dikeluhkan oleh teman kita atau sahabat kita atau keluarga kita. Bukan untuk apa-apa agar hidup kita tentram karena bisa menanggulangi friksi atau menyelesaikan bentuk masalah dalam berhubungan dengan sesama manusia. Tentu saja dalam kerangka diri kita saja. 

Kenapa kerangka atau frame diri kita itu penting? yup karena yang terpenting bagi diri kita adalah cara pandang terhadap diri kita, akan kebaikan kita yang senantiasa kita upayakan untuk tumbuh menjadi lebih baik. Tentu saja jika ada orang lain yang berpersepsi tentang diri kita ya silahkan saja. Namun seberapa pentingkah persepsi mereka? bukankah kita sendiri yang memiliki hidup kita dan yang menjalani hidup kita? bukan mereka?. Terkadang tanpa disadari bertambahnya usia telah menjadikan karakter diri kita terbentuk, bahkan ada yang telah kokoh menjadi sosok figure yang kuat dalam karakter. Pada kondisi tertentu karakter seseorang yang tersusun dari sifat - sifat pembentuk karakter itu akan dengan mudah menelaah karakter orang lain. Bahkan sering sifat seseorang kita tolak dengan sadar atau terasa tidak enak dirasa pada salah satu sifat seseorang. Itu sistem imune karakter saya menamainya. Setiap pribadi pasti mempunyai sitem imune tersebut. Maka wajar terkadang ada salah satu teman kita yang ternyata tidak bisa dengan teman kita yang lain, atau salah satu saudara kita yang tidak bisa dengan saudara yang lain. Tidak bisa dalam hal apa? dalam menghadapi salah satu sifat atau beberapa sifat pembentuk karakter yang tertolak oleh sistem imune karakter kita.

Jika setiap manusia menyadari kondisi ini, maka sebenarnya hidup akan menjadi lebih simple dan akan memudahkan manusia untuk berbahagia.  Kenapa demikian? Lantaran kita tidak perlu ngoyo untuk bisa diterima sepenuhnya oleh teman kita, saudara kita atau siapapun itu dalam hubungan antar manusia. Natural saja prosesnya. Jika ada orang yang tidak bisa dengan kita ya tak masalah. Bahkan tidak semua orang harus menyukai diri kita. Rosululloh SAW saja ada yang tidak menyukainya apalagi diri kita yang hanya manusia biasa. Wajar saja menanggapi hal semacam itu. Sering kita melihat seseorang yang rasanya kok seperti dunia itu bakalan runtuh ketika tahu bahwa ada orang lain yang tidak menyukainya. Come on bukankah masih banyak orang lain yang menyukai kita? menyayangi kita? Nah...fokuslah pada mereka. Dan tetap bersikap santun kepada para pembenci/hatter itu. Kenapa demikian? karena hatter jika diperlakukan tidak santun maka akan ngelunjak bahkan bisa jadi mencelakai kita atau merugikan kita. Bahkan ketika hatter merugikan kita maka tetap kita harus memaafkan, meski itu sulit. Yang diingat adalah pelajarannya/ hikmah dari kejadian yang merugikan kita tapi silaturrahim tetap terus terjaga, tentu dengan tetap waspada, karena waspada adalah kunci pokok dalam mengambil hikmah dari kejadian yang merugikan kita yang dilakukan oleh hetter. 

Untuk mendeteksi secara cepat sistem imune karakter kita apakah sesuai dengan orang lain atau tidak dalam kontek bermuamalah tentu membutuhkan kepekaan hati. Kepekaan hati  dapat dilatih dengan "merasakan" sehingga bisa merasa adalah kata kunci untuk mendeteksi kecanggihan sistem imune karakter kita. Pangkalnya tentu dari hati. Jika dalam lagunya Opik "Tombo Ati " ada lima perkara  yang bisa membuat hati bersih. Yakni : yang pertama baca al qur'an dan maknanya, yang kedua mendirikan sholat malam,yang ketiga berkumpullah dengan orang shalih, yang keempat dzikir malam perpanjanglah dan yang terakhir adalah menjalankan puasa (mengosongkan perut). Itu adalah tips untuk merancang atau membuat fondasi bersihnya hati kita. Agar bisa merasa akan orang lain yang dikirimkan oleh Alloh SWT dilingkungan hidup  kita dalam bentuk muamalah.

Saya lebih suka menggunakan istilah mereka yang dikirimkan oleh Alloh SWT untuk menemani hidup kita bermuamalah. Kenapa demikian? karena saya mengimani bahwa segala sesuatu dimuka bumi ini tidak ada yang kebetulan. Semuanya sudah berda dalam aturan Alloh SWT, bahkan daun yang jatuh dari pohon saja sudah diatur olehNYA. Maka kesempatan yang diberikan oleh Alloh SWT terkait dengan siapa-siapa saja saudara kita, siapa saja teman kita, siapa saja sahabat kita adalah kiriman Alloh SWT yang secara lahir batien hendaknya kita terima terlebih dahulu accepted. Memang setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan maka jika jika ia yang dikirimkan Alloh untuk menemani kita sebagai partner bermuamalah diawal bertemu sudah terpatri dalam diri kita bahwa kita manusia biasa yang mempunyai kesalahan dan tidak pernah sempurna. Seperti dalam hadits nabi yang artinya " manusia itu tempatnya salah dan lupa." / "al insanu makhalul khotho' wa nisyan..." Jika kita menyadari sejak awal/ semula akan fitrah manusia itu maka kita akan mempunyai kelonggaran toleransi yang luas terhadap orang lain jika ia bersalah. Maka mudah bagi kita untuk memaafkan kesalahan seseorang dan kita mudah dikategorikan mempunyai sifat pemaaf dalam bangunan karakter diri kita. 

"Bisa merasa" juga akan mengimplementasikan sikap yang arif dan bijaksana dalam menyikapi sesuatu. Misalnya ada saudara jauh kita yang sepertinya kok tidak bisa dengan diri kita tapi ia bisa dan cocok dengan salah satu anaknya. Maka yang dilakukan adalah bisa merasakan hal itu. Setelah bisa merasakan langkah senjutnya cek knapa demikian? Mungkin karena terlalu cerewet/ bawel sehingga saudaranya "tidak bisa" dengannya. Berhenti juga untuk memaksakan diri bahwa harus "merasa bisa" dengan saudaranya itu, karena memang pada kenyataannya mungkin saat ini "tidak bisa". Maka sebaiknya tidak perlu marah atau ngotot untuk "bisa". Mungkin diwaktu mendatang "bisa" maka perbaiki diri untuk tidak bawel/cerewet. "Tidak bisa"nya dari pihak saudaranya juga bukan karena benci dan menghilangkan semua sifat-sifat baik pembangun karakter seseorang. Tentu saja misalnya kekurangannya bawel/ cerewet itu saja. Selebihnya sifat-sifat pembangun karakter yang lain adalah tetap baik. Jadi tidak bisa juga seseorang dinilai hanya dari salah satu sifat kekurangannya lantas dijustifikasi bahwa orang tersebut baik atau tidak. itu tidak fear. Maka "bisa merasa" dibutuhkan pula agar kita adil dalam menilai karakter seseorang akan sifat-sifat pembangun karakternya. 

Jika kita menemukan kesalahan orang lain di lingkungan sekitar kita, dan ternyata kita telah bisa mengambil hikmah maka cukuplah. Tidak perlu diumumkan kesemua orang yang berada disekitar kita akan kesalahan orang tersebut. Maka kenapa Alloh SWT kirimkan ia dalam hidup kita? mungkin untuk memberikan kita hikmah akah sesuatu hal bagi kita. Agar kita belajar dan menjadi semakin arif dan bijaksana dalam bersikap. Jika yang bersalah sudah diberikan peringatan ya sudah, itu cukup. Karena kita hidup dimuka bumi ini juga untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa. Bukan hanya itu, menutupi aib saudara kita sendriri itu juga sama dengan kita sedang menutupi aib kita sendiri kelak di yaumil akhir. Mudah-mudahan kita senantiasa dijauhkan dari membicarakan keburukan orang lain / ber-ghibah karena orang yang ber-gibah itu laksana memakan bangkai saudaranya sendiri. Naudzubillahi min dzalik...Semoga bermanfaat...Wollohualam Bii Showab....






Senin, 19 Agustus 2013

Tiga Misi Manusia

Manusia hidup bukan tanpa sebuah misi. Misi yang pertama ketika kita dihidupkan oleh Alloh SWT adalah Ibadah. Misi beribadah merupakan misi utama sebagai umat manusia. Ibnu Qoyyimseorang ulama menyatakan bahwa ibadah itu bisa dilakukan karena ibadah merupakan kilatan hati. Kilatan hati terkait erat dengan apa yang di dengar, apa yang dirasa dan apa yang dilihat. Ibadah juga bisa terjadi jika manusia pandai memelihara memorinya. Memori sangat berkaitan erat dengan gagasan. Maka apa yang di dengar, apa yang dilihat dan apa yang dirasa sangat berpengaruh terhadap perasaan kita. Maka anjurannya adalah kita harus pandai memilih ketiga hal tersebut diatas sehingga kita selalu bisa berprasangka baik (khusnudzon) kepada Alloh SWT. 

Faktor ketiga yang sangat mempengaruhi terjadinya/ seseorang melaksanakan ibadah adalh faktor gagasan. Seperti yang telah saya utarakan diatas, bahwa gagasan hadir ketika memori kita terjaga dengan baik dengan cara mendekati apa yang didengar, dilihat dan dirasakan adalah hal baik. Maka memilih lingkungan yang baik adalah penting. Apa yang membedakan orang yang melakukan ibadah sholat dengan yang tidak melaksanakan ibadah sholat laksana orang yang mandi dengan orang yang tidak mandi. Orang yang sholat diibaratkan dengan orang yang mandi sehari lima kali, maka bayangkan jika orang yang tidak mengerjakan sholat seperti orang yang tidak mandi sama sekali. Tentu saja yang mandi lebih segar dan berseri. Dibandingkan yang tidak pernah mandi.

Misi manusia hidup di dunia yang kedua adalah sebagai kholifah. Sebagai kholifah diatas bumi maka manusia mempunyai tugas untuk menunjukkan rahmatan lil alamiin (Rahmat bagi seluruh alam). Cara agar menjadi rahmat bagi seluruh alam adalah dengan menegakkan kebenaran. Seorang kholifah itu menegakkan kebenaran agar terwujud rahmatan lil alamiin. Kenapa demikian? karena dengan mengerti itu maka ia akan mendapatkan manfaat. Maka mengapa kita harus menjadi seorang guru? Karena seorang guru itu harus berbekal ilmu. Maka terkadang kita mempunyai cita-cita yang lain. Misalnya saja saya hanya ingin bermanfaat buat sesama saja. Namun lihatlah Rosululloh SAW, banyak hal yang beliau bisa lakukan, dan salah satunya menjadi seorang guru bagi umatnya. Maka umat Muhammad sudah selayaknya meniru beliau. 

Terkadang ketika kita diuji dalm hidup,. maka terkadang hidup itu terasa berat, maka tips  agar jika diuji tidak terasa berat adalh dengan menjaga wudhu. Biar konsentrasi  bahwa hidup itu untuk Alloh SWT. Kalau ujian berat maka ucapkanlah Subhanalloh WaalaillahaillallohuallohuAkbar. Meringankan beban ujian yang kedua dapat dilakukan dengan cara bersedekah karena dengan bersedekah itu akan mendapatkan/meringankan beban ujian. Tips yang ketiga adalah bersyukur. Memotivasi diri untuk menjadi guru agar senantiasa bersemangat untuk selalu menambah ilmu. Karena dengan kita berilmu maka pembicaraan kita adalh hal yang baik, sehingga hati kita juga akan mengikuti untuk menjadi baik.

Ada sebuah proses untuk menjadi sholeh dan sholihah yaitu keyakinan, tindakan, kebiasaan, karakter harus dijaga agar baik. Maka dikenal istilah syeh yaitu seseorang yang mempunyai tingkat ruhiyah yang bersih. Pada level dibawah syech adalh ustadz, adapun tahap untuk bisa menjadi ustadz adalah dengan mendapatkan ilmu, kemudian akan mendapatkan manfaat dan tahap terakhir adalah mengembangkan ilmu.  Orang dikatakan berilmu adalah mereka yang bisa menyampaikan hal baik dan membuat orang berbuat baik. Sekian, Smoga bermanfaat....Wollohualam Biishowab...


 


Sabtu, 03 Agustus 2013

Jiwa Pengabdian (Bagian 2)

Mencari hikmah hidup adalah ungkapan yang tepat dibandingkan dengan mencari misteri hidup. Maka mencari jalan hikmah akan kehidupan yang panjang itu dengan hasil akhir adalah jiwa besar.Pertanyaan selanjutnya adalah,apakah benar amalan kita itu sudah bernilai besar? Padahal penilaian akan amal kita itu lengkap sepaket dengan hati kita yang bersifat menyatu. Apakah yang dimaksud dengan jiwa pengabdian itu? Orang yang mempunyai jiwa pengabdian adalah orang yang berkonsentrasi kepada perintah. Adapun pangkal untuk menyempurnakan pekerjaan adalah cinta. Maka biasanya orang yang tidak punya cinta maka ia tidak bisa menyempurnakan pekerjaan. Jika cinta dihubungkan dengan dunia maka biasanya adalah nafsu. 

Adapun cinta (mahabbah) dalam tradisi Islam yang pertama adalah cinta kepada Alloh SWT, yang kedua cinta kepada Rosul dan yang terakhir adalah cinta kepada amal shaleh. Implementasi cinta kepada Alloh SWT adalah taatnya hamba kepada syariahNYA. Yaitu terkait dengan hukum Alloh SWT yang wajib,sunah dan mubah. Bahkan bisa melebihkan dari yang diajarkan. Misalnya perintahnya adalh sholat tepat waktu. Namun hambaNYA yang sadar akan syariatNYA akan menunggu waktu sholat. Maka sering kita lihat seseorang yang telah hadir lebih dulu ke masjid/mushola sebelum adanya Adzan tanda waktu sholat wajib. Maka ia akan menunggu waktu sholat. 

Cinta kepada Rosul Alloh akan diimplimentasikan dengan menjalankan sunnah Rosul. Sunnah Rosul termaktub dalam hadits Nabi. Maka jika kita hendak mencintai Rosululloh sebaiknya memulainya dengan mengkaji hadist Nabi dan kemudian mengamalkannya, sebagai manifestasi kecintaan kita kepada Rosululloh SAW. Minimal kita dianjurkan untuk bersholawat keatas Nabi dan Rosul. Kecintaan yang ketiga adalh kepada amal shaleh. Perlu kita ketahui bahwa ciri dari meningkatnya iman kita adalh dengan mengetahui meningkatnya amal kita. Maka jika kita akan membalik logika tersebut, bisa kita mengupayakan kenaikan tingkat keimanan kita dengan meningkatkan malan ibadah kita, yang wajib tentu saja harus maka tambah dengan amal ibadah sunnah. 

Jika Alloh SWT mencintai hambaNYA,maka salh satu cirinya adalah Alloh SWT akan menyibukkan hambaNYA dengan amal shaleh bahkan kelak bisa dimatikan oleh Alloh SWT saat bersama Alloh SWT. Contoh dalm menyempurnakan amal adalah menjaga waktu sholat. Sholat itu seperti mandi dalm hidup. Wajah kita menjadi berseri-seri. Adapun agar kita bisa beramal shalih, maka terlebih dahulu kita harus mengerti ilmunya terlebih dahulu. Setelah mengerti ilmunya, tentu saja dilanjutkan dengan mengamalkannya. Dalam mengamalkannya diupayakan dan bahkan diharuskan harus sistematis, terus menerus dan saling terkait satu sama lain. 

 Bagaimana jika cinta kepada ketiga diatas tidak muncul kepada diri kita? Maka dapat dipastikan jiwa pengabdian hilang dalam diri kita. Apa sih yang dapt menghilangkan jiwa pengabdian dalam diri kita? Jawabnya ternyata adalah cinta dunia (hubbuddunia). Maka kunci agar kita senantiasa mempunyai jiwa pengabdian dan dicintai orang adalh dengan cara zuhud (sederhana)  dan tidak" kepinginan"menginginkan barang orang lain. Maka sebenarnya jika kita tidak mempunyai jiwa pengabdian yang bisa dilakukan adalah introspeksi diri. Mungkin karena kecintaan kita sudah keluar dari koridor kecintaan yang seharusnya kita utamakan, yakni cinta kepada Alloh SWT, Rosululloh dan Amal Shalih. Semoga bermanfaat. Wollohualambiishowaab...




Kamis, 01 Agustus 2013

Belajar dari Ibu Wiryaningsih

Berikut ini adalah ringkasan materi seminar keluarga beberapa bulan lalu bersama Ibu Wiryaningsih. Di kalangan para akhwat aktifis dakwah Ibu Wiryaningsih pasti sudah sangat femiliar. Dalam buku karangan Izzatul Jannah yang berjudul "10 bersaudara bintang Al-Qur'an" maka Ibu Wiryaningsih adalah ummi pencetak 10 bersaudara bintang Al qur'an itu. Seperti apa seminar keluarga yang dibawakan oleh Ibu Wiryaningsih, silahkan simak tulisan saya sebagai berikut (berasa akan membuat kultwitt saja ini bahasanya, maklum saya termasuk  salah satu korban twitter).

Setiap anak dilahirkan dengan kondisi fitrah/bersih/suci. Dalam tarbiyatul aulad Fitrah anak-anak terlahir dalam keadaan Islam, disebutkan bahwa "Alastu biirobbikum qolu balaa Syahidna." Bahwa sesungguhnya setiap bayi yang lahir di buka bumi ini membawa seperangkat muslim. Maka jika anak tumbuh menjadi yahudi, nasrani atau majusi bahkan keyakinan/agama yang lain maka sebenarnya itu bukan fitrahnya manusia itu dilahirkan, maka yang menjadikan manusia bukan muslim karena faktor lain misalnya orang tua, lingkungan dan lain sebagainya. Maka sering kita mendengarkan para penceramah agama/ ustadz/ustadzah sering memulai ceramahnya dengan raya syukur atas nikmat Iman, Islam kepada kita, yup karena tidak semua manusia diberikan nikmat Iman, Islam seperti kita. Maka kesyukuran sudah selayaknya senantiasa kita haturkan kepada Alloh SWT atas nikmat Iman dan Islam yang masih dan senantiasa melekat pada diri kita, InsyaAlloh hingga kelak maut memisahkan jiwa dan jasad kita, Amiin Ya Robbal Alamiin.

Bagaimana jika seorang anak berbeda keyakinan/ agama dengan orang tuanya? Misalnya saja orang tuanya muslim. Jika terjadi kondisi seperti ini maka doa yang dipanjatkan oleh anak kepada orang tuanya tidak akan pernah sampai. Sungguh sangat penting bagi kedua orang tua untuk bisa membentengi putra-putrinya agar senantiasa menjaga fitrahnya sebagai seorang muslim. Kenapa demikian? Lantaran disebutkan dalam sebuah Hadits Nabi yang menyinggung tentang doa anak yang sholeh kepada orang tuannya adalah salah satu amal jariyyah (amalan yang pahalanya tidak terputus meskipun seseorang tersebut sudah meninggal), kira-kira bunyi hadistnya sebagai berikut : " Jika anak adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu :Sedekah jariyyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan kedua orang tuanya, HR Buhkori). Maka pentingnya mendidik putra-putri agar senantiasa menjadi muslim dan islami adalah untuk meraih "waladun sholihun yad'ullah" atau anak sholih yang mendoakan kedua orang tuanya. Maka hal ini dijadikan frame atau way of life / minhajjul hayyah dalam parenting islami.

Kenapa doa anak shalih yang dijadikan pijakan utama dalm membangun frame parenting Islami ?  Karena dalam tradisi Islam mengenal "kehidupan setelah kematian". Seperti yang disampaiakan oleh kholifah Ali Bin Abi Tholib bahwa Dalam kehidupan setelah kematian nanti ada ruh yang bisa meraskan sakit atau tidak sakitnya perbuatan kita di dunia. Maka posisi orang-orang yang mahsan yakni orang yang berkwalitas dalam mencari bekal menuju kehidupan setelah kematian adalah yang paling beruntung, seperti mencetak kader anak-anak yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya adalah salah satu cara membangun manusia dalam kategori mahsan (berkwalitas). Definisi mahsan tentu berbeda dengan akhsan yang bermakna sebanyak-banyaknya. Karena bisa jadi banyak namun tak berkwalitas, maka target yang akan diraih adalah mahsan / berkwalitas.

Bagi orang yang beriman mengimani bahwa jasad adalh pemenjara ruh. Ketika ruh itu keluar dari jasad maka ia menjadi jiwa yang merdeka (tak banyak melakukan maksiat). Jadi antara ruh dan jasad itu ibarat ruh itu rajanya dan jasad itu tentaranya. Lantas dimana tempat bersemayamnya iman? Ternyata iman itu adanya dihati, Begitu juga cinta, tempatnya sama dengan iman yaitu di hati. Maka tak heran cinta itu tak memakai logika lantaran letaknya cinta itu di hati bukan di otak. Rosululloh mengajarkan kita untuk mengisi hati kita dengan cinta. Implementasinya adalh jika hati kita sudah diisi dengan iman kepada Alloh SWT maka akan menggerakkan jasad, Maka tak heran jika kitab-kitab Alloh SWT selalu diawali dengan pembahasan tentang ikhlas atau perkara terkait dengan hati. 

Maka jika kita melihat saat ini sebanyak tiga ribu  bayi yang digugurkan oleh ibunya, ada yang dibunuh oleh ibunya baik karena aborsi akibat pergaulan bebas atau karena tidak menginginkan mempunyai anak lagi  dapat dipastikan ibu tersebut mempunyai masalh dengan hatinya yakni tentang cinta yang bersemayam dihatinya. Bagimana agar kita kelak bisa menjadi perempuan yang mempunyai hati yang penuh iman dan cinta kepada anak-anaknya? Yang bisa dilakukan adalah, yang pertama menata diri. Hal yang paling mendasar dalm menata diri adalh terkait dengan penguatan aqidah kita. Aqidah erat kaitannya dengan keimanan kita terkait dengan keesaan Alloh / tauhid dan juga bagaimana memanage hati kita dari berbagai penyakit hati seperti suudzon, iri, dengki dan lain sebagainya. 

Yang kedua adalah memaksimalkan waktu. Perlu kita ingat bahwa setiap detik itu bermanfaat, maka cek apakah kita termasuk yang masih suka membuang waktu kita untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau tidak. Maka ukuran agar waktu kita itu tidak terbuang sia-sia adalah apakah waktu yang kita gunakan sudah bisa menghasilkan iman dan amal sholih. Adapun untuk parameter pilar sosial adalah "tawa shoubil haq watawa shoubis shobr." atau saling menasehati dalam kebenaran dan salaing menasehati dalam kesabaran. Sehingga bisa kita cek apakah waktu yang kita keluarkan dalm hidup ini dalm ranah/ dimensi sosial sudah mengacu pada frame mengingatkan kepada hal yang benar dan tentang kesabaran atau bukan terkait dengan kedua hal itu.

Perlu kita perhatikan fenomena berubahnya sifat para perempuan yang baik, sabar sebelum menikah dan sebelum mempunyai anak-nank yang akhirnya banyak yang terjebak dan berubah menjadi seseorang yang pandai bernyanyi dihadapan anak-anaknya, dan bisa menjadi panglima perang mengatur semuanya dan juga menjadi mempunyai kebiasaaan suka menunjuk-nunjuk dihadapn anak-anaknya. Waspadalah kita tidak boleh berubah dalam mengontrol kesabaran kita yang telah bersemayam dalam diri kita. Cara yang musti dilakukan dalam mendidik anak-anak tentu saja dengan melihat tahapan usia anak. Seorang Ibu jangan melewatkan tahapan usia Golden age anak-anaknya, yaitu  usia antara 0-14 tahun atau dalam tradisi Islam lebih common pada usia 0-7 tahun, dimana anak usia 7 tahun jika ia tidak melaksanakn sholat 5 waktu boleh dipukul. Caranya adalah senantiasa menjadikan rumahnya syuga bukan neraka, sehingga anak-anak betah dirumah dan nyaman bersama kedua orang tuanya. Maka tak perlu mencari kenyamanan diluar rumah. Adapun salah satu ciri anak-anak yang usianya berkah adalah anak-anak yang mempunyai kebaikan yang melampaui usia biologisnya. Maka jika ingin mendeteksi apakah kelak anak-anak kita termasuk yang berkatagori berkah usianya parameter ini bisa diterapkan. 

Sebagai ketua kewanitaan Salimah, Ibu Wiryaningsih juga consern kepada nasib para TKW kita diluar negeri. Beliau tidak setuju pemerintah memberikan izin mengirimkan TKW kita keluar negeri. Terlebih untuk para TKW ke negara Arab. Memang tidak semua tuan mereka di negara Arab tidak baik, tapi lebih kepada seorang ibu yang meninggalkan anak-anak dan swaminya. Tentu saja itu tidak sesuai dengan tradisi Islam. Langkah ketiga dalam mempersiapkan menjadi ibu yang baik adalh mulai hari ini walaupun sedikit. Bagi yang belum mempunyai anak, atau bahkan yang belum mempunyai swami, tanamkan dalm hati kita masing-masing nanti saat mengasuh anak pikirannya harus sampai kepada akhirat. Anak-anak kita adalah calon pemimpin untuk tiga puluh tahun mendatang, ini adalah salah satu cara yang terus ditanamkan dalam hati sehingga bersemangat dalam mendidik anak-anak. 

Sebenarnya sering terlupakan, sebenarnya siapa nanti yang akan ditanya oleh Alloh SWT tentang pendidikan anak-anak? Ternyata kelak di akhirat yang akan ditanya adalah sang ayah bukan Ibu. Kisah tentang keluarga Imron dalam Al - qur'an surat Ali imron adalah jawabannya. Disana terdapat kisah antara ayah dan anak dalam keluarga Ali imron. Ayah / Bapak adalah "Masulun 'An Roiyati". Maka sejak saat ini bagi yang belum menikah, tanamkan dalam hati untuk memilih swami yang mempunyai visi yang kuat , mempunyai idiologi untuk bisa mengumpulkan istri dan anak-anaknya kelak di syurgaNYA. Semoga bermanfaat, Wollohuala Bii Showab...






Kepower.

Di masa internet yang telah mengglobal seperti ini, dapat dipastikan kita mempunyai avatar di jejaring social media. Bahkan bisa jadi jumlah warga negara Indonesia di berbagai social media yang ada bisa jadi dua atau tiga kali lipat jumlah penduduk Indonesia. Bagaimana mungkin? Tentu sangat mungkin, lantaran satu orang bisa jadi mempunyai lebih dari satu atau bahkan lebih dari dua avatar di beberapa jejaring social media. Bahkan beberapa hari lalu salah satu direktur jejaring social Path menyebutkan bahwa penduduk Indonesia adalah menempati urutan ketiga pengguna jejaring social Path. Belum lagi yang sudah umum yaitu facebook dan twitter.

Bagi para hacker social media tentu perkembangan berbagai macam jejaring social media dan perkembangan teknologi dari berbagai penyedia teknologi processor seperti Android, Blackberry tentu merupakan salah satu tantangan yang sangat menarik untuk mereka  dipelajari. Tidak mengapa ketika pelajaran itu mereka gunakan untuk diri mereka pribadi. Namun namya juga hacker pasti ya digunakan untuk meng-e hack akun orang lain. Bagaimana sih rasanya jika akun facebook anda di hacker orang? atau black berry massanger anda dihacker orang lain? Rasanya gemes ya pingin marah. Tapi apa yang bisa kita lakukan jika kita juga tidak tahu siapa yang menghecker jejaring social media tersebut.

Well...sebenarnya saya merasa facebook saya ada yang menghecker. Tidak terlalu buruk perilakunya tentang hal apa yang ia lakukan terhadap facebook saya. Makanya mungkin lebih tepatnya saya beri nama kepower saja (kepower sebutan bagi mereka yang kepo/ bahasa anak-anak sekarang bagi mereka yang sok merasa pengen tahu tentang sesuatu/ diri kita). Model heckernya begini, saya tidakpernah merasa menyukai halaman facebooknya Marwan Batubara ketua IRESS, Hermawan Eriadi, dan yang terakhir adalah Mustafa Kamal. Untuk yang terakhir saya hapus lantaran saya tidak begitu faham siapa beliau yang saya tahu ya beliau salah satu anggota dewan dari PKS. Selain bentuk like / menyukai adalah bentuk bermain game. Saya tidak pernah bermain game dengan facebook. So ketika ada informasi saya menyukai game ini, game itu saya pastikan itu bukan saya yang bermain game, saat itu hacker yang memakai akun saya yang sedang bermain game.

Wollohualam apa motif kepower itu, yang pasti saya tidak pernah mau peduli selama anda tidak berbuat aneh-aneh yang merugikan akun saya, dalam artian berbuat sesuatu yang bukan karakter saya atau jauh dari kebiasaan saya. Silahkan saja. Saya juga tidak akan ambil pusing, kamu itu siapa, apa motifnya. Terserah saja. Males mikirnya mendingan buat mikir yang lain yang lebih bermanfaat buat saya. Anda juga punya pengalaman seperti saya? punya kepower yang setia nge-po-in diri anda? Selamat! anda tidak sendirian. 


Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...