Sabtu, 05 Oktober 2013

Titian Muhibbah Hidup

Saya merasa sudah lama tidak mengisi blog ini. Rangkaian amal ibdah saat Ramadhan tentu saja lebih diutamakan sehingga mulai Ramadhan pula sepertinya saya tidak pernah lagi nge-blog. Kali ini saya pengen nulis apa saja tentang perjalanan hidup selama kurang lebih dua bulan terakhir ini. Well...teringat rencana pulang kampung saat pertengahan Ramadhan dan menjalani aktivitas  selama Ramadhan di kampung dan dirumah Bapak ternyata gagal karena rumah Bapak sedang diperbaiki. Finally, saya melewati Ramadhan yang khusyuk di Semarang. Alhamdulillah target ibadah Ramadhan kemarin banyak yang tercapai, bisa dikatakan 80% percapai, lega rasanya. Namun efektif tidaknya amalan kita saat Ramadhan dapat dilihat saat setelah Ramadhan. Saat ini bisa kita lihat, apakah amal ibadah kita lebih baik dari sebelum Ramadhan atau sebaliknya mengalami peningkatan. Tentu saja itu menjadi bahan evaluasi buat saya pribadi untuk senantiasa berusaha mencapai target amal ibadah (amalan yaoumi/ ibadah harian) saat ini. Tetap semangat!!!

Melewati Idul fitri di kampung halaman selama seminggu tentu menjadi kebiasaanku. Agenda utama nyekar di makam ummi dan Bapak. Serta silaturrahim ke tempat saudara tentu saja. Pertanyaan kapan menikah? mana calonnya? tentu tak pernah absen saat bertemu saudara - saudara, hingga saya pun hafal bagaimana menjawabnya, "ya mohon didoakan untuk segera menikah," sambil berusaha tersenyum. Begitulah kultur hidup di kampung. Menikah adalah masalah sangat pentring untuk dipertanyakan secara langsung kepada kita yang belum menikah dan dirasa sudah sangat cukup usia menikah. Saya menolak menggunakan kata telat menikah, Why? karena memang tidak ada istilah telat menikah, jika kita faham bahwa Alloh SWT yang mengatur semuanya. Bahkan saya menulis ini sambil mendengarkan lagunya Maher Zaein Insya Alloh agar senantiasa optimis bahwa Alloh SWT senantiasa menemani kita dalam hal apapun, termasuk dalam hal menikah. Berpikir bahwa anggap saja saudara-saudara kita perduli kepada kita ketika mereka menanyakan kapan kita akan menikah? itu menyederhanakan semuanya. Bahkan kita sendiri juga masih menanyakan pertanyaan yang sama sperti yang mereka pertanyakan kepada Alloh SWT. Jadi kapan menikahnya?

Bukan kenapa-kenapa, hal ini saya bahas. Saya sering berempati melihat teman-teman yang belum menikah kemudian sering sekali dibuat tidak enak hati dalam menyikapi pertanyaan itu. Apa lagi dalam kultur jawa dan di pedesaan atau kota yang bukan kategori kota besar. Bahkan sering ditambahi dengan statement menyalahkan orang tersebut misalnya dengan kaliamat "kamu sih terlalu pilih-pilih...atau bla-bla-bla..."Sepertinya hal-hal semacam itu tidak perlu dilakukan. kenapa ? karena itu melukai perasaan. Bukankah menjaga perasaan orang lain itu baik. Maka anjurannya kalau ada saudara yang belum menikah maka carikan itu adalah solusi yang baik. Tak perlu menghakimi satus seseorang. Atau jika tidak memberikan solusi ya didoakan saja agar segera dipertemukan dengan jodohnya. Pertanyaan-pertanyaan hal pribadi semacam kapan menikah? tentu saja lebih jarang ditemui di kota besar seperti Jakarta. Seperti saat ini saya di Jakarta, maka terbebaslah sudah dengan pertanyaan - pertanyaan itu. Jakarta menjadi kota yang humanis bagi para lajang yang belum menikah untuk terhindar dari pertanyaan-pertanyan yang saya contohkan diatas. 

Setelah di kampung halaman seminggu, maka rangkaian silaturrahm berlanjut ke Purwokerto tempat kakak saya tinggal. Menemani ponakan berlibur ke Purwokerto dan Yogyakarta. Zeni ponakanku duduk di semester tiga di salah satu universitas negeri di Yogyakarta dan Sari adek sepupuku yang juga mahasiswa semester tiga di salah satu perguruan tinggi di Purwokerto adah teman jalan dan liburanku di Purwokerto dan Yogyakarta. Dalam salah satu obrolanku dengan mereka tentang rencana persyaratan mengikuti UMPTN adalah masih virgin. Zeni dengan kelakarnya menyatakan "kalo seperti itu di sekolahku dulu sekitar 75% pasti tidak masuk itu..." Wow....berarti sudah sampai seperti itu free sex di kalangan pelajar SMU, perlu diketahui bahwa Zeni sekolah di salah satu SMA Negeri di kab Magelang. Bahkan itu kabupaten bukan kota besar. Pertanyaan selanjutnya lantas bagaimana persyaratan untuk yang laki-laki? apakah bisa laki-laki yang sudah tidak perjaka itu teridentifikasi? hehehe.... Seperti itulah gambaran pergaulan anak remaja zaman sekarang. Benar-benar melakukan perjalanan bersama sepupu dan ponakanku yang masih semester tiga di bangku kuliah menyajikan nuansa lain bentuk pergaulan para mahasiswa yang boleh saya bilang generasi alay. Wah para orang tua apakah tahu kondisi pergaulan putra-putrinya? sukakah putra/putri anda yang menginjak masa remaja bercerita kepada anda? Berceritalah sama mereka...biar tidak gugup melihat kondisi pergaulan zaman ini...hehehe sok tua aja ya saya? wkwkwkw.......

Selesai berlibur pulang sebentar di Semarang, dan melanjutkan hidupku di Jakarta. Again and again saya kembali lagi ke Jakarta.  Pertanyaan dalam benakku? kenapa selalu kembali ke kota ini lagi? Simple saja...banyak teman di Jakarta dan yang pasti akan banyak pintu rezeki yang terbuka buat saya. Yang ternyata mencari nafkah buat saya yang seorang perempuan adalah wajib. Yup kenapa wajib? karena saya sendiri butuh hidup. Diawali dengan aktifitas silaturrahim halal bihalal lebaran. Bersama teman-teman KA FOSSEI, KA FoSEI UNSOED, dan teman-teman lama dari TWI Dompet Dhuafa  tempat saya dulu pernah bekerja. Silaturrahim selalu menyenangkan buat saya.  Maka aktifitas silaturrahim adah kegiatan selingan saya diantara interview-interview di berbagai perusahaan yang saya lamar. Silaturrahim ke tempat Pak Dhe juga sudah saya lalui bersama Nurul sepupuku. Hidup bersama Nurul memang pengalaman hidup yang baru. Sepupuku ini paling dekat denganku diantara sepupuku yang lain. Kami terpaut setahun saja dalam usia. So seperti teman saja rasanya. Simple adalah hal yang saya tiru akhir-akhir ini dari Nurul. Terima kasih selalu menerimaku dengan terbuka dan kasih sehingga saya selalu mau berusaha untuk tegar dan kuat menghadapi ujian hidup.

Kalimat mau berusaha tegar dan kuat dalam menghadapi ujian hidup, kelihatanya dalem untuk diungkapkan. Yup lantaran beberapa bulan terakhir ini kadang saya merasa tidak perlu lagi tegar dan kuat. Bahkan pernah merasa pengen mati saja. Astaghfirullohaladzim.... .saya tentu sangat menyakiti perasaan kakak saya saat saya bilang sama kakak by phone "mbak Yas aku pengen mati saja..." dari handphoneku kudengar mbak Yas menangis. Saya manusia biasa. Saya rapuh amat sangatpun bisa terjadi. Bagaimana agar aku bersemangat hidup? Bagaimana agar aku mau melanjutkan hidupku lagi ? maka aku ciptakan kebiasan-kebiasanku dulu. Mungkin dengan begitu saat-saat saya bersemangat dalam hidup akan kembali lagi. Dan aku merasa butuh hidup lagi. Sungguh menyedihkan memang merasakan masa itu. Akan hadir orang-orang yang menurut saya enggak banget buat diingat. Bahkan jika melupakan adalah seperti menekan tombol dell diatas keyboards komputer maka itu sudah kulakukan. Saya manusia biasa. Bisa menangis, bisa merasakan pedih sekali bahkan pernah dua kali merasa pengen mati saja.

Masing-masing orang mempunyai jiwa, kepribadian, kecintaan, ukuran kebahagiaan yang berbeda-beda. Maka sejatinya yang bisa mengenal diri kita sendiri ya tentu diri kita bukan orang lain. Bagaimana mereka mau menolong kita, lha kenal kita saja tidak? Baik jika mereka mau menolong, hanya kadang bentuk pertolongannya malah menyakiti kita. Karena orang lain tidak mengenal pribadi kita yang mempunyai jiwa, kepribadian, ukuran kebahagiaan yang berbeda. Maka sebaiknya jika kita punya teman yang dirasakan oleh kita bisa lebih baik keadaannya dari saat yang ada. Perlu juga melihat cara / metode proses menuju perbaikan tersebut. Salah-salah fatal akibatnya. Dan jika kita tidak bisa memprediksikan dampak-dampak dari cara/ metode yang tidak tepat maka bisa jadi tidak memperbaiki kondisi melainkan memperparah suatu kondisi. Niat baik jika tidak diikuti cara yang baik juga hasilnya ternyata tidak baik. 

Rasa menyalahkan tentu tidak menyelesaikan masalah. Bahkan untuk mengingatnya saja hendaknya dicegah. Karena memang benar adanya apa yang pernah disampaiakn Mario Teguh sang Motivator. Setialah dengan orang-orang yang sealu mendukung kita, ingatlah saat kita jatuh terpuruk siapa yang sangat setia menemani kita maka mereka itulah sahabat-sahabat sejati kita. Teman dikala masa menyenangkan tentu banyak, tapi teman dikala sulit itu sedikit dan itulah teman sejati. Well...berusaha meminimalisir ingatan-ingatan negatif akan perilaku seseorang. Mulai tersenyum, dan ikhlas menjalani hidup. Apa saja bentuknya, hadapi...karena pasti Alloh SWT akan memberikan jalannya. Bahkan tinggal kita lewati, serahkan saja semua padaNYA. Tentang PR berat tentang rasa bukankah dulu sudah pernah juga melewati semuanya. Bukankah selalu bisa? Yakinlah bahka kali inipun sama hasilnya bisa melewati itu. Coz Alloh will always by your side. InsyaAlloh...




Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...