Selasa, 30 September 2014

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Ini kali pertama kalinya membaca novelnya Tere Liye, ternyata ringan sekali novel itu, dan berhasil kulalap dalam waktu beberapa jam saja. Well....berkisah tentang seorang anak kecil yang beranjak remaja bersama keluarga kecilnya yang terdiri dari seorang adek dan Ibu. Namanya Tania. Tania hidup sebagai pengamen di bus kota bersama adek semata wayangnya, tinggal dirumah kardus, tidak bersekolah. Hingga suatu ketika muncullah malaikat dalam keluarga itu yang menyelamatkan perekonomian mereka dan akhirnya menjadi keluarga. Namanya Danar, pria berumur duapuluhlimaan dan bekerja pada salah satu perusahaan swasta asing ternama di Jakarta.

Berawal dengan dibelikan sepatu, hingga disekolahkan hingga Tania sekolah menengah hingga kuliah di Singapura dengan beasiswa. Seiring perjalanan waktu, Tania beranjak dewasa dan menyukai Danar. Namun cinta Tania tak sampai lantaran Danar menikah dengan perempuan lain yaitu Ratna. Danar juga menyukai Tania, hanya dalam pernikahan Danar dan Ratna sudah ada janin bayi berusia empat bulan, itu berarti Ratna akan melahirkan anak Danar, buah pernikahannya. Alhasil Tania memutuskan untuk hijrah ke Singapur dan menetap disana tak akan pernah kembali. Itu saja, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, akhirnya ikhlas saja meskipun harus menangis berdarah-darah karena cintanya tidak kesampaian, karena memang keikhlasan itu yang akan menyelamatkan semuanya. Cinta itu tak harus dituruti untuk bersama jika dilihat kemaslahatannya lebih banyak, dalam hal ini nasib Ratna dan calon anaknya.

Hidup tentu akan ditimpa ujian, begitu juga cinta akan menemui aralnya. Ikhlas saja seperti daun yang jatuh, dan angin adalah gambaran ujian yang menghunjam, bagaikan angin yang akhirnya menjatuhkan daun. pasrah, ikhlas. Menariknya novel ringan ini lantaran pemilihan kaliamat yang indah dan setting setiap peristiwa dilukiskan dengan indah, tentang perkampungan rumah kardus, suasana saat mengamen di bus kota.....sepertinya seru juga neh novel jika dibuat film. Ringan dan ada makna yang tersirat. 

Rabu, 24 September 2014

Wajah Politik Kita Saat Ini (Lanjutan)

Mengapa politisi itu harus idealis? dan menurut saya itu syarat pertama seorang politisi. Misalnya kasus RUU PILKADA, bisa dibayangkan jika Prabowo memenangi pilpres, mungkin tidak perlu ada RUU PILKADA Tdk langsung seperti saat ini yang belum ketok palu. Bayangkan idealisme demokrasi kita secara langsung telah dicederai oleh keingginal koalisi parpol yang haus kekuasaan. Dengan pilkada tak langsung maka koalisi Merah Putih akan menguasai sedekitnya 30 jabatan kepala daerah menurut survey salah satu lembaga televisi swasta nasional kita. Lihatlah, bahwa kekuasaan sudah mengalahkan idealisme berdemokrasi. Maka penting untuk digarisbawahi bahwa syarat menjadi politisi pertama adalah idealisme.

Mengapa pula menggunakan voteraising bukan marketing? Alasannya biayanya murah untuk voteraising. Calon pemimpin daerah atau presiden atau anggota dewan tidak perlu mencari utangan terlebih dahulu atau menyiapkan dana yang besar dalam pencalonannya. Ini bagus, lantaran nanti politisi tersebut jika sudah menjabat tidak perlu mengembalikan apa yang sudah disupport oleh para sponsornya atau siapa yang telah meminjaminya uang untuk modal nyaleg atau modal menjadi pemimpin di daerah atau presiden. Dengan penggantian strategy marketing ke voteraising digharapkan wajah politik di negeri ini perlahan mulai berubah. Selain strategy voteraising yang pasti juga komitmen  pemberantasan  korupsi juga harus ditegakkan pada semua lini, baik di executive , legeslatif maupun yudikatif.

Jika wajah Politik sudah baik, maka akan banyak generasi mendatang yang berbondong-bondong masuk dunia politik.Orang tua mereka, kakak mereka akan mengizinkan dan mendorong keluarganya yang aktifis untuk terjun ke partai politik. Bukan hanya itu jika menjadi aktifis partai politik sudah menjadi kebanggan maka tak pelak menjadi aktifis politik adalah pilihan banyak aktifis. Tidak seperti saat ini. Orang pada level menengah keatas melihat bahwa aktifis partai adalah identik dengan koruptor identik dengan hal-hal yang tidak indah atau image yang tidak bagus. Hanya para aktifis partai yang tidak mau melihat dunia luar sana, atau masyarakat umum yang memang sudak muak dengan para politisi kita dan partai. Seperti itulah,, hendaknya para politisi dan aktifis partai sadar bahwa kondisi mereka saat ini bukanlah posisi yang prestisius untuk dipilih oleh masyarakat, sebagai wadah yang tepat untuk berkiprah turut serta membangun negeri ini. PR siapa tentu PR para politisi kita tentunya.

Wajah Politik Kita Saat Ini


Kemarin sepulang kerja menyalakan TV. Ada 3 saluran TV swasta nasional yang menayangkan pembacaan vonis terkait mas AU dalam kasus Hambalang. Biasanya saya malas menyimak sidang-sidang seperti itu, cukup tahu hasilnya saja berapa tahun penjara titik. Namun kemarin saya terkesima dan ikut menikmati suguhan berita politik yang menyangkut salah satu politisi kita yang mantan aktifis HMI itu. Dalam perguliran kronologi kejadian memang motifnya adalah ingin menjadi presiden RI. Memang kursi RI 1 memang jabatan paling prestisius bagi para politisi, jabatan selanjutnya yang juga prestisius adalah pembantu R1 1 yakni menteri.

Untuk menjadi presiden mas AU mengambil jalan menjadi ketua partai Demokrat, dan banyak ketua partai yang ingin menjadi presiden. Which is jalan menjadi presiden adalah menjadi ketua partai terlebih dahulu. Demikian juga untuk menjadi seorang menteri, para politisi harus menjadi petinggi partai terlebih dahulu. Model politik transaksional yang dilakukan mas AU mungkin juga lazim dilakukan oleh para politisi lain, hanya saja mas AU secara politik dikasuskan yang konon oleh RI 1 saat ini (disampaikan oleh pengacara beliau Adnan Buyung Nasution) dan juga di kicauan twitter mas AU beberapa waktu lalu. 

Kalu dicermati saat ini ada jalan lain jikqa ingin menjadi Presiden atau menteri. Lihat saja Jokowi, tidak perlu menjadi ketua partai terlebih dahulu. Jokowi memulai karir kepemimpinannya dari menjadi bupati kemudian mkenjadi gubernur dan bisa menjadi presiden. Saat ini juga banyak bupati atau walikota yang berprestasi baik dan diliput media massa. Sebut saja Ridwan kamil, Srimaharini,Bima Aria, menurut saya mereka lebih aman melalui jalan dalam berkaririr menjadi pemimpin negara dengan diawali menjadi bupati terlebih dahulu. Untuk kursi menteri,bisa mencontoh Anis Baswedan. Lihat saja besok pasti diberi jabatan oleh Jokowi dalam kabinetnya, bahkan sekarang sudah santer akan menduduki posisi menteri pendidikan atau menteri sekretaris negara. 

Pak Anis Baswedan bahkan bukan aktivis partai. Beliau aktivis pendidikan dengan gerakan mengajarnya menginspirasi negeri ini. Hanya beberapa bulan saja menjelang pemilihan presiden beliau ikut aktif mendukunung Jokowi dan untungnya Jokowi menang maka masuklah pak Anis sebagai salah satu anggota tim transisi. Lebih enak bukan jalan pak Jokowi dan jalanya pak Anis Baswedan? tidak terlalu sikut sana sikut sini dorong atas injak bawah, korupsi sana korupsi sini yang ujung-ujungnya masuk buih.Sebenarnya Pak Mahfud MD juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan pak Anis Baswedan hanya saja Prabowo tidak jadi terpilih maka pak Mahfud MD tidak mendapatkan posisi. Pak Mahfud MD juga jeli dalam pengambilan keputusan beliau untuk berhenti menjadi ketua makkamah konstitusi beberapa waktu lalu. Beliau tahu karirnya akan dirusak oleh orang lain tentu saja caranya mungkin mirip-mirip kasusnya mas AU, dicari-cari kesalahannya dan berakhir masuk buih. 

Untung pak Mahfud MD segera mengundurkan diri dan akhirnya selamat, aman sentausa. Tadi malam pak Mahfud MD menyebutkan siapa yang akan melakukan kegiatan merusak nama baik beliau pada saat itu, akhirnya ternyata satu nama yang sedang seru dibahas kasus pemerasan terhadap BUMN di negeri ini....ah politik seperti ini ya rupanya saat ini. Lantas apa mas AU tidak bersalah hingga mengajak sumpah mubahalah kepada para hakim dan jaksa? ya tetap saja salah menurut saya dan akhirnya 8 tahun penjara adalah kelanjutan hidup mas AU. Lha beliau itu kan masuknya melalui pintu politik dan diakhiri karir politiknya ya melalui pintu politik oleh temannya sendiri itu boleh dalam aturan main kehidupan. Kalau tidak bersalah ya pasti tidak terkena kasus hambalang, kalau bersalah ya pasti kena. Gampanya yang gak salah saja bisa kena apalagi salah ya pasti kena dan tidak selamat. 

Perenungannya adalah, tidak mudah menjadi politisi bersih di negeri ini untuk saat ini. Seorang aktifis muslim dari HMI seperti mas AU saja bisa kena kasus korupsi. Mungkin politisi yang lain juga melakukan apa yang dilakukan oleh mas AU hanya saja mereka terlepas dari aksi politik lawan politiknya. Hanya saja membedakan mana yang benar dan mana yang salah dalam sistemcarut marut dan politik yang mahal dinegeri ini dimana suap menyuap sudah biasa hingga sudah tidak bisa lagi otak sehat membedakan. Sejujurnya dalam hati nurani pasti tahu kalau menyuap, korupsi itu tidak benar tapi hausnya kekuasaan misalnya obsesi ingin menjadi presiden, menteri atau anggota dewan maka menafikan apa kata hatinya dan masuklah para politisi tersebut dalam pusaran sistem korup yang ada saat ini.  
 
Kasus mas AU ini akan menjadi cambuk bagi para aktifis di kampus maupun para politisi yang berasal dari aktifis saat di kampus. Ini memberikan dampak yang buruk bagi wajah perpolitikan kita. Lihat siapa saat ini yang mau menjadi aktifis di kampus. adek-adek kita di kampus. Orang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah yang mau jadi aktifis. Jarang anaknya orang kaya raya yang mau menjadi aktifis, segelintir saja. Setelah itu jika para aktifis kampus itu sudah lulus dan ingin terjun di dunia politik mereka takut akan bernasib seperti mas AU, masuk buih. Akhirnya gak mau masuk partai. Partai akan banyak diisi para artis,itu sungguh tidak baik untuk re generasi kepemimpinan.

Sementara itu jika ingin menjadi presiden haruslah orang kaya, ya sekaliber Aburizal bakri, atau Prabowo yang punya modal hingga 2 T rilyun untuk bisa jadi presiden. Sungguh memang Jokowi saat ini membuka mata kita semua bahwa tidak harus menjadi konglomerat terlebih dahulu ketika ingin menjadi presiden. Mahalnya biaya kampanye politik adalah masalah. Gaya kampanye politikt baik untuk pilpres,pilgub maupun pencalonan sebagai wakil rakyat di DPR masih menggunakan gaya marketing perusahaan-perusahaan besar dengan high budget high impact, harusnya strategy itu diubah dengan model voteraising (dipopulerkan oleh Arifin Purwakananta) dengan basis strategy lembaga sosial ketika berfundraising yakni low budget high impact.

Selain strategy vouteraising, yang perlu dilakukan oleh partai adalah membentuk kaderisasi model management trainee seperti pdi perusahaan-perusahaan, kemarin Demokrat telah melakukan konvensi untuk memilih calon presiden versi partai tersebut.itu bagus dan perlu dicontoh oleh partai lain. Yang penting adalah bagaimana agar para aktivis kampus tertarik masuk dunia pilitik. Ini belum digarap oleh para politisi. Bagaimana memikirkan generasi mendatang pengganti mereka. Bisa dibayangkan jika semua partai mempunyai klas khusus bagi calon pemimpin masa depan partainya, pasti para aktifis kampus yang sudah lulus akan berbondong-bondong mengikuti kelas tersebut. Itu akan menarik. Dan mempunyai politisi yang idealis akan mempunyai banyak peluang di negeri ini. Politisi yang idealis dalam tafsiran saya adalah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai hati nurani itu yang utama sedangkan kekuasaan itu nomer dua. Idealisme dahulu yang utama.

 


Minggu, 21 September 2014

Wakaf Wasiat Polis Asuransi

Mendekatkan wakaf dengan kebiasaan ekonomi para wakif merupakan salah satu cara fundraising wakaf yang efektif. Salah satunya wakaf wasiat polis asuransi. Wakaf wasiat polis asuransi bisa dilakukan oleh para wakif yang bergabung sebagai salah satu nasabah asuransi. Dengan wakaf wasiat polis asuransi para wakif merasa tidak berat dalam berwakaf karena wakif berwakaf setelah atau baru saja mendapatkan uang pertanggungan dari asuransinya. Bukan hanya itu, wakaf wasiat polis asuransi juga merupakan salah satu quantum wakaf. Mengapa demikian? ya karena dengan wakaf wasiat polis asuransi si wakif menyempurnakan wakaf. 

Misalnya seorang nasabah asuransi berniat mewakafkan uang sebesar Rp.25.000.000,00 dengan mencicilnya sebulan Rp.1.000.000,00 ternyata setelah setahun berasuransi si wakif meninggal dunia. Maka secara niat disisi Alloh SWT wakafnya sudah sampai Rp.25.000.000,00 namun secara sisi manusia belum tersampai. Baru mendapatkan Rp.12.000.000,00 maka posisi asuransi adalah penyempurna niat wakaf yang Rp.25.000.000,00. Jadi di sisi manusia niat wakaf si wakif terlampaui atau tercapai. Dengan wakaf wasiat polis asuransi akan menyempurnakan niat wakaf yang besar dengan uang yang kecil.

Wakaf wasiat polis asuransi PKPU dibagi menjadi tiga tipe. Yakni 10%,20% dan 50% dari uang pertanggungan. 105,20% dan 50% untuk wakif dan sisanya yang 90%,80% dan 50% untuk ahli waris. Uang pertanggungan akan diterima nanti ketika terjadi klaim, dan itu jangka panjang hingga usia 69 tahun untuk asuransi takaful. Wakaf wasiat polis asuransi adalah kerjasama antara wakaf center pkpu dengan agen-agen asuransi yang ada. Saat ini sudah dimulai dengan 10 agen takaful di Banjarnegara. kesepuluh agen tadi kami sebut dengan sahabat wakaf pkpu. Mereka adalah agen yang mempunyai komitmen untuk memperkenalkan wakaf wasiat polis asuransi kepada para nasabahnya. 

Nanti uang wakaf yang diperoleh dari uang pertanggungan akan kami investasikan pada sektor usaha produktif dan surplusnya untuk kaum dhuafa melalui program-program pkpu. Demikian sekilas tentang wakaf wasiat polis asuransi pkpu,semoga menambah khasanah wakaf tuai Indonesia kian marak, dan banyak yang bisa berwakaf dengan apa kebiasaan mereka salah satunya berasuransi. 

Kamis, 18 September 2014

Peggy sudah tidak pusiiiiing lagi.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengikuti sesi bersama Peggy Melati Sukma yang sering kita sebut Peggy dalam sebuah event di Islamic Book Fair di Purwokerto. Peggy yang sangat terkenal dulu dengan aksen pusiiiing itu kini ternyata sudah berubah menjadi seorang aktvis muslimah yang energik dan kontributif. Dalam event tersebut diadakan lelang karya-karya peggy sekaligus beramal untuk saudara-saudara kita di Palestina. Sungguh menyenangkan melihat kegiatan lelang hijab peggy dengan harga Rp.200.000, 00. Membeli hijab sekaligus bersedekah untuk Palestina. Selain hijab juga buku-buku karya peggy yang sudah berjumlah 3 buah buku dengan harga lelang Rp.150.000,00 dan Rp.100.000,00.

Dalam lelang tersebut alhamdulillah saya masih kebagian satu buku peggy yang menarik judulnya "kujemput engkau di sepertiga malam." Buku setebal empatratusan halaman yang berisi curahan perjalanan hijrah peggy menjadi aktivist muslimah yang menurut saya menuju kaffah, dengan hijab syar'inya dengan keshalihan ibadahnya, sholat tahajudnya di sepertiga malam, shoum sunnahnya. Saat datang ke Purwokerto kemarin, Peggy sedang berpuasa alyaoumul bit.subhanalloh...Sebenarnya apa yang terjadi dengan peggy hingga peggy mencapai kondisi seperti sekarang ini. Pengalaman dan pergulatan batin apa yang ia alami hingga bisa berhijrah menjadi sosok aktivis muslimah yang sholihah dan syar'i seperti itu.

Ternyata ujian orang hebat itu juga sehebat dirinya ya....ungkapku dalam hati. Seperti dalam Alquran Alloh sudah firmankan, bahwa Alloh SWT akan memberikan ujian sebatas kemampuan hambaNYA. Begitu juga Peggy yang memang sudah menjadi aktivis sosial hingga kancah internasional. Pada saat itu sudah berkecimpung di dunia sosial hanya belum syariah. Menurut saya sama-sama mulia hanya saja pelurusan pada niat menjadi kian tajam dan syahdu tatkala seseorang berimbang antara aktivitas ruhiyah dan aktivitas jasadiyahnya. Dulu peggy mengaku belumlah menggrakkan ruhiyahnya untuk dekat dengan Alloh.

Ujian hidup peggy hingga saat ini yang terberat dalam hidupnya adalah perceraian dengan swaminya dan penyakit yang di derita setelah perceraian. Diceritakan bahwa sakitnya peggy hingga Alloh mengambil wajah peggy dengan jerawat yang besar dan jerawat itu mengeluarkan darah dan nanah. Dalam kondisi sakit dan kehidupan swami isteri yang gonjang ganjing peggy kembali menemukan dirinya dalam saat-saat sunyi di sepertiga malam terakhir. Saat bisa curhat kepada Alloh. Namun peggy juga bertutur bahwa dahulu saat SMP juga suka bertahajud. Bahkan saat TK dan SD peggy bersekolah di sekolah Islam. Masa golden agenya diisi dngan kegiatan keislaman juga, seperti belajar mengaji dan lain sebagainya. Begitu pentingnya masa golden age bagi seseorang dalam pertumbuhan hidupnya. Seperti peggy saat rapuh dan hidup didera ujian dan berantakan dalam istilah peggy. Maka masa golden age itu kembali dalam benaknya.

Sholat tahajud dan perenungan saat di sepertiga malam adalah kuncinya. Subhanalloh begitu simbol diluar hijab syar'inya dan keshalihan ibadahnya menurut saya itu ideal. Hijabnya syar'i, rajin tahajud, rajin shoum, menjadi aktivist muslimah dengan # akhwat bergerak nya menurut saya is perfect. Hendaknya sosok seorang aktivis seperti itu. Kuat secara konsep dan tindakan, tapi tidak rapuh dalam amal ibadahnya. Terima kasih peggy,inspiratif dan ingin seperti peggy. Mampu menaklukkan dunia dengan menjadi aktivis sosial dan mampu sholihah dalam ibadah. Menjadi aktivis sosial kaliber internasional tentu tidak mudah. Memenangkan program-program kemanusiaan dan sosial skala internasional tentu memerlukan skill yang baik dan dedikasi. subhanalloh Peggy...dua jempol untukmu....


Kamis, 11 September 2014

Bank Wakaf

Saat ini saya sedang dalam proses pendekatan kepada teman-teman di BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dan ABSINDO (Asosiasi Bank Syariah Indonesia). Bersama mereka saya coba tawarkan bank wakaf. Idenya berawal dari kesuksesan SIBL (Social Investment Bank Limited) di Bangladesh yang diprakarsai oleh salah seorang yang menginspirasi saya profesor Manan. Disana profesor Manan melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad Yunus dengan Grameen Bank nya di India. Hanya bedanya Grameen Bank tidak menggunakan skema syari'ah sedangkan SIBL dengan menggunakan skema syari'ah. Adapun target yang diberdayakan adalah sama yakni para perempuan dan ibu rumah tangga.

Bank Wakaf ini nantinya akan bergerak di lingkungan Barlingmascakep (Banjarnegara,Purbalingga,Banyumas,Cilacap dan Kebumen). Keahlian yang dimiliki bank syariah akan diberdayakan dalam program ini. Terkait hal-hal yang biasa dilakukan oleh bank syariah misalnya analisis 5c, bauran nasabah,analisis resiko dan lain sebagainya nantinya akan dilakukan seperti bisa. Yang membedakan adalah sumber modalnya. Jika biasanya dari pemegang saham, dalam bank wakaf modalnya berasal dari wakaf yang dikumpulkan dari para wakif (orang yang berwakaf).Adapun pihak nasabah yang nanti digulirkan dananya dari bank wakaf tidak perlu tahu dari mana sumber modalnya. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan sikap buruk nasabah untuk tidak membayar kepada bank. Ini bagus karena dilakukan oleh bihak bank. Jika program ini dilakukan oleh lembaga wakaf kemungkinan besar dananya tidak kembali lantaran nasabah tahu dan mempunyai kecenderungan untuk btidak mengembalikannya ketika tahu bahwa sumber dananya adalah dana wakaf yang notabene merupakan dana sosial.

Peran wakaf PKPU adalah sebagai nadzir wakaf. Wakaf PKPU akan menyediakan semua marketingtool berupa mini benner, brosur dan sertifikat wakaf. Kemudian marketingtool akan dibagikan oleh custumer service pada masing-masing bank syariah dan custumer service akan menerangkan tentang wakaf produktif kepada para nasabah. Besar harapan para nasabah berminat untuk berwakaf uang/wakaf tunai/wakaf produktif. Adapun keuntungan bank syariah adalah mampu menciptakan modal usaha selain dari para pemegang saham. Manfaat yang lain tentu saja turut serta mensyiarkan wakaf tunai/uang/produktif sebagai salah satu pilar dalam ekonomi syariah. Keuntungan bagi nadzir adalah tersyiarkannya wakaf tunai/uang/produktif kepada masyarakat serta akan ada imbal bagi hasil tertentu sesuai kesepakatan antara pihak bank syariah dengan nadzir wakaf PKPU. 

Somoga program bank wakaf ini dapat berjalan tanpa ada aral melintang, semoga Alloh SWT memudahkan ikhtiar kami. Semoga dengan program bank wakaf ini kian menambah khasanah perkembangan dunia wakaf dan menambah masyarakat yang disejahterakan oleh wakaf. Amiin Ya Robbal Alamiin. 


Selasa, 09 September 2014

Barokalloh....

Hari ahad kemarin, tepatnya tanggal 7 september 2014 sepupu saya Nurul laelani melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihannya yang bernama Rusmany.Alhamdulillah wa syukurillah Nurul sepupuku akhirnya memilih jalan yang disukai Alloh dalam melaksanakan pernikahannya. Sebelumnya bertaaruf dan kemudian menikah tanpa pacaran. Begitulah Alloh membolak-balikkan hati seseorang. Dan menurutku Nurul termasuk yang diberi hidayah oleh Alloh untuk menjalankan perintah Alloh menggenapkan separuh diennya dengan cara yang disukai Alloh yakni bertaaruf. 

Proses yang syar'i sering dilupakan oleh orang kebanyakan ketika akan menikah. Biasanya orang hanya melihat hasil akhirnya saja, siapa menikah dengan siapa. Padahal menilik dengan cara apa ia menikah apakah melalui taaruf atau cara yang lain yang tidak syar'i bukanlah masalah. Menjaga kebrkahan pernikahan memang harus diawali dengan cara yang benar dan disukai Alloh, tentu dengan jalan taaruf bukan pacaran. Karena tidak ada pacaran dalam Islam, yang ada pacaran setelah menikah. 

Nurul berhijrah, memakai hijab kira-kira baru setahunan ini. Masih teringat saat saya diminta menemaninya mencari rok untuk bawahan di salah satu mall di depok. Bahkan akhirnya nurul jarang mengenakan rok karena kesehariannya harus mengendarai motor dan sempat terjatuh. Memang tidak semua wanita terlatih menggunakan rok dan naik motor. Saya dan teman-teman kerja saya memakai rok dalam kesehariannya tetapi juga biasa mengendarai motor, semua adalah kebiasaan dan niat yang kuat untuk lebih mengindahkan apa yang disukai Alloh, termasuk berpakaiannya seorang wanita yang tidak menyerupai laki-laki yakni menggunakan rok salah satunya. 

Last but Not Least baarokallohulaka wabaarokaalaika wajama'a bainakuma fii khoirin buat Nurul sepupuku dan Rusmany swaminya. Istiqomah terus ya Rus untuk belajar Islam dan mengamalkannya, semoga bisa menjadi pemacu juga bagi saya untuk segera mengikuti jejak Nurul yakni menikah, amiin.

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...