Beberapa hari lalu membuka-buka foto saat berlibur ke rumahmu bersama-teman-teman kuliah, ada dua foto yang kuhapus. Entah knapa tiba-tiba kangen melihat kenangan bersama Nunsky panggilan sayang kami untuk sahabatku Nunung. Hari senin kmaren Dekndut mengirimkan sms untukku, menanyakan kabar, memberikan cerita kebahagiaan tentang teman-teman saat kuliah di UNDIP. Bunga sudah punya baby namanya Bianka dan Bunga akhirnya memilih mengikuti swami ke Ternate. Trus undangan Yudain akan ngunduh mantu di Semarang nanti malam. Yudain sudah menikah seminggu lalu di Surabaya. Itu kabar bahagianya. Sedangkan kabar sedihnya adalah Nunsky sudah dipanggil Yang Maha Kuasa seminggu lalu which is tanggal 16 Februari 2015 di salah satu rumah sakit di Sukabumi. Robbi betapa sedihnya saya, begitu cepat Nunsky di panggil olehNYA. Dalam usia 25 tahun lebih sebulan. Saya memang sedang diet Smartphone sehingga kurang update akan berita dari teman-teman siapapun itu. So harap dimaklumi ya akan keadaan ini, sedang menjalani diet Samrtpnone untuk mensukseskan program diet pikiran yang sedang saya jalani.
Setelah mendengar kejadian itu, tentu sholat ghoib yang bisa dilakukan, berdo'a agar Nunsky diberikan tempat terbaik disisiNYA dan keluarga haji Jabir diberikan kekuatan untuk menerima kejadian ini. Setelah meminta ijin Bunda (kakakku) akhirnya saya diizinkan untuk takziah ke Kudus, meskipun jasad Nunsky sudah dikuburkan. Berkereta Purwokerto - Semarang dan dijemput oleh teman-teman kuliah, Junsky, mbak Ane, Resa dan Wulan adek mbak Ane turut menemani saya ke Kudus. Bertemu ibunda Nunsky, berpelukan dan ibuknya Nunsky memohonkan maaf atas semua kesalahan Nunsky baik yang disengaja maupun tidak. Cium tangan ayah Nunsky haji Jabir, dan Haji Jabir langsung berseloroh, "sesek mbak Novi dada saya....." dan saya menjadi tidak banyak bisa berkata-kata, biasanya saya yang aktif bercerita ini itu menjadi banyak terdiam dan bersedih. Tapi Haji Jabir mengingatkan untuk bercerita yang senang-senang saja, untuk menghibur Ibuknya Nunsky. Iya Ibunda Nunsky masih berduka dan sering menangis sendirian karena selalu teringat Nunsky. Jika lihat baju-baju Nunsky Ibuk langsung menangis.
Well...pertama kali bertemu Nunsky saat tes masuk kuliah di MM, ternyata Nunsky duduk bersebelahan dengan saya. Maka hingga kuliahpun NIM kami berurutan, saya kemudian NIM Nunsky. Di kelas pertama kali dekat saat tugas kelompok pertama kali di kampus. Belum lama mengenalnya Nunsky sangat terbuka akan kondisi kesehatannya, tentu tentang penyakit yang ia derita sejak kecil yang secara medis belum ada obatnya hingga saat ini yakni Thalasemia. Aku ingat sekali, saat Nunsky menceritakan penyakit yang ia derita dan aku menyimaknya dengan seksama, dan mataku berkaca-kaca saat itu hampir menangis, mendengar penuturan Nunsky. Terbayang betapa kuatnya keluarga Nunsky diberikan amanah anak ini, bertahan dengan transfusi darah seumur hidup dan anak ini di depan mataku sama-sama menimba ilmu di bangku S2. Bukankah biasanya penderita Thalasemia dititipkan di penampungan dan cukup dijenguk sesekali oleh keluarganya, bahkan banyak yang tidak dianggap keluarga lagi oleh keluarganya lantaran menjadi aib bagi keluarga? Aku bersyukur sekali, Alloh SWT maha penulis skenario hidup dan maha sutradara kehidupan mengirimkan Nunsky dalam hidupku sebagai teman bahkan sahabat. Untuk bisa lebih memaknai hidup, mensyukuri hidup, memudahkan untuk meraih makna bahagia. Nunsky adalah guruku.
Setelah selesai Nunsky bercerita tentang penyakitnya, pasti Nunsky menunggu ada cerita apa denganku? finally, saya bercerita datar tentang apa yang saya alami. Nunsky tersenyum, ayolah mbak Nopi itu belum seberapa dari sakitku, itu bukan masalah, mbak Nopi harus semangat! Hari-hari bersama Nunsky tentu sangat banyak menorehkan memory saat perkuliahan. Masih teringat kuat celotehan Nunsky : "mbak mau makan apa kita hari ini?" aku biasa menjawab "gayamu lho Nung...mau makan apa? kalo orang kaya ya begitu, coba kalau orang miskin pasti ngomongnya gini : "apa ya yang bisa kita makan hari ini?" hehehe...Nunsky biasanya tertawa renyah...."ah mbak Nopi.... salah ya aku mbak?" abis itu ngeloyor cari makan, dan favoritnya Nunsky adalah WS.
Nunsky selalu mempunyai berita baru dalam hidupnya, heran juga...rame gitu, heboh gitu....hingga pernah Bogy temen kuliahku juga bilang begini :"mbak ono wae yo Nunung ki ceritane....pokoke ono wae....", dan saya mengiyakan dengan bahasa Semarangan "Hok o ig Bog....". Selain rame, Nunsky juga berpikirnya unik, menurutku. Tidak menggunakan pola pikir orang kebanyakan. Lebih sering out off the box kalau bahasa orang jaman sekarang. Setelah saya berkunjung kerumahnya untuk pertama kali dan bertemu Haji Jabir ya saya bilang : "pantes....lha wong sebehe we ngono..." (sebeh adalah sebutan ayah untuk logat Semarangan). Yang pasti buah itu tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. atau pepatah jawa bilang gini ;"Kacang ora adoh soko lanjarane." artinya anak itu tidak akan jauh perangainya dari siapa orang tuanya dan bagaimana orang tua itu membentuk karakter anaknya. Bahkan sering kita temui bahwa anak adalah duplikasi karakter orang tuanya.
Terakhir kali menelpon Nunsky adalah saat Nunsky menguploade foto tunangannya yang akan menikah rencananya bulan Juni tahun ini. Saya menanyakan perihal foto itu, apakah benar dan lain sebagainya, dan Nunski mengiyakan dan bercerita panjang lebar tentang perkenalannya hingga akhirnya mantap memilihnya sebagai calon swaminya itu. Good luck saya katakan demikian. Dan untuk kerjaan misalnya belum diijinkan keluar kota ya nurut saja sama orang tua karena kita semua tahu kondisi kesehatan Nunsky memang berbeda dengan orang pada umumnya. Hanya saja saya heran, kok bisa diijinkan Nunsky keluar kota ke Sukabumi menjadi dosen di salah satu Universitas disana? Biasanya tidak boleh jauh dari rumah, paling jauh Semarang, kalau jauh ya Jogjakarta, itu juga karena ada dek Heru adeknya disana, kalau tidak ada ya tidak diperbolehkan untuk jauh dari keluarga. Tapi memang takdir itu tidak bisa deelakkan. Nunsky akhirnya diperbolehkan menjadi dosen di Sukabumi dan sudah mengajar dua hari disana, dan itu berarti cita-citanya untuk menjadi dosen sudah tercapai. Kondisi tubuhnya droop, namun herannya HB darahnya 9 itu berarti tidak ada masalah dengan Thalasemianya, biasanya HB 6 saja Nunsky masih bertahan, ternyata diagnosanya adalah penyakit thypus. Sungguh mengagetkan!
Selamat jalan Nunsky, sungguh saya akan sangat merindukan hari-hari bersama Nunsky yang hanya tinggal kenangan. Nanti malam saya dan teman-teman akan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk menghadiri acara ngunduh mantu pernikahan Yudain, dan kamu tidak ada Nunsky diantara kami. Sungguh sedih, bahkan dulu kita ke MAJT, sholat, tilawah dan foto-foto di pelataran MAJT. Sekali lagi nanti kamu tidak ada. Hiks....yang pasti jika ingat Nunsky maka aku akan rajin donor darah ke PMI, mengingat banyak penderita thalasemia di negeri ini yang membutuhkan darah kita. Slamat jalan Nunsky......still menjadi guru kesyukuranku akan hidup.....love u....."Allohummaghfirlaha Warhamha Wangafiha Wa'fuanha....amiin"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar