Kamis, 13 Juli 2023

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap berjalan meskipun kita tidak berkecimpung di dalamnya. Bukan knapa-knapa, karena akan banyak generasi yang menggantikan kita ketika kita menyatakan stop dalam berdakwah. Namun, bagi aktifis dakwah yang mengerti atau paham akan kewajiban / tugas dakwah dalam hidupnya akan selalu riang gembira menyambut tugas dakwah yang ada di depannya. Dakwah terbaik adalah dakwah yang mampu memberikan dampak yang luas bagi umat atau masyarakat. Smakin luas target dakwah, maka dakwah itu semakin bagus.

Belum lama ini kita melihat bai'at ustadz Hanan Attaki yang berseliweran menjadi FYP di laman tiktok saya  Ustadz Hanan Attaki, seperti yang kita ketahui beberapa kali dicekal atau dilarang berceramah oleh Banser. Salah satunya yang saya tahu di Madura  Banser yang merupakan salah satu sayap organisasi terbesar di Indonesia yakni Nahdhatul Ulama (NU), menolak ceramah - ceramah yang menurut mereka dikatakan radikal. Pengertian radikal, menurut NU biasanya tertuju pada ustadz - ustadz yang notabene lulusan dari jazirah Arab kemudian pulang ke Indonesia dan berceramah baik melalui internet maupun tatap muka namun mereka tetap menggunakan simbol - simbol kearab-araban. Misalnya, celananya itsbal / cingkrang,wajahnya berjenggot dsb. Hingga pernah mantan ketua umum PBNU Kyai Said Agil Sirodj memberikan petuahnya khusus tentang hal ini. Kata beliau, silahkan belajar agama di Arab tapi pulang - pulang yang dibawa ilmunya bukan jenggotnya atau celana cingkrangnya/itsbalnya. Pandangan ini tentu diaminkan oleh para nahdhiyin (kaum NU). Terkait dengan ustadz Hanan Attaki yang perlu saya garis bawahi adalah terobosan beliau yang berani berbai'at dengan NU. Saat itu yang mewakili NU ada kyai Anwar Zahid dan salah satu aktifis muda terpelajar NU Nadhirsyah Husain. Ustadz Hanan Attaki menyampaikan tujuannya berbai'at dengan NU adalah untuk meluaskan segmentasi dakwahnya. Beliau dikenalkan dengan salah satu kyai NU dari istri beliau. Kemudian mengerucut untuk berbai'at dengan NU. Terobosan itu patut kita acungi jempol. Ustadz Hanan Attaki ingin berdakwah yang lebih luas segmennya. Bukan berganti segmen yang dari berdakwah untuk anak - anak muda milenial yang punya hobi bermain skeatboard saja, namun ustadz Hanan Attaki ingin dakwahnya punya jangkauan yang lebih luas yakni menyasar milenial NU atau minimal jika ingin masuk ke satu wilayah untuk memberikan ceramah dimana disitu mayoritas masyarakatnya nahdhiyin maka dipastikan ceramahnya tidak akan dibaikot. Menurut saya semoga ustadz Hanan Attaki tulus ingin tunduk dan tawadhu terhadap kyai- kyai NU dan menjalankan wejangan - wejangan yang disampaikan. Tidak hanya wejangan yang disampaikan oleh kyai Anwar Zaid saja namun tutur dari para kyai NU yang lain juga dilaksanakan sehingga beliau berbai'at itu bukan hanya sekedar simbol bergabungnya ustadz Hanan Attaki pada ajaran - ajaran NU namun juga dalam menjalankan Islamnya menurut tradisi orang NU. Dengan begitu saya menilai beliau tulus dalam berbai'at.

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...