Senin, 17 November 2025

Pangku.

 

       Pada hari kamis lalu tepatnya tanggal 6 Nopember saya sengaja meluangkan waktu untuk menonton film Pangku yang tayang di hari pertama. Film ini merupakan film pertama yang disutradarai oleh Reza Rahardian. Honestly saya sangat exited dengan film ini bahkan menunggu -nunggu kehadirannya di bioskop bukan hanya numpang lewat di FYP Tik Tok saya saja.  Sampai saat film ini tayang di bioskop tanah air, film ini sudah meraih empat penghargaan di Busan International film festival. Nampak pula berseliweran di Tik Tok saya para pemain pendukung dengan kostum mereka dan yang nampak mencuri perhatian  memang Fedi Nuril (pemeran Hadi)  yang datang pada perhelatan Busan International Film Festival  dengan make up eyeliner di seputar matanya yang sempat menjadi obrolan ringan yang seru di kalangan netizen. Kata Reza terkait hal ini… “ya karena dulunya Fedi Nuril adalah seorang anak band, mungkin dia mau mengexplore dirinya dengan eyeliner karena semangat dalam dirinya sebagai anak band dimasa lalu. “ Padahal malah ada pula di salah satu podcast disebutkan bahwa Fedi Nuril adalah sosok pemain duta poligami karna acting Fedi di beberpa film yang memerankan sosok seorang lelaki berpoligami seperti di film Ayat – Ayat Cinta dan Syurga yang Tak Dirindukan 1 dan 2.

     Film Pangku bercerita tentang sorang wanita bernama Sartika (ClarestaTaufan) yang berniat mencari pekerjaan untuk bertahan hidup. Latar belakang yang misterius memang tidak diceritakan, hanya diawali ketika Sartika menumpang sebuah truk bermuatan yang diturunkan oleh supir truknya di daerah Indramayu lantaran truknya macet dan ada seorang lelaki tua mengatakan bahwa  jika ada truk ditumpangi wanita, biasanya si wanita itu pembawa sial maka sebaiknya si wanita itu diturunkan saja. Eh benar, si supir truk mengikuti nasehat pak tua dan Sartika diturunkan.Kemudian Sartikamenyusurijalanan dan sampailah pada satu komplek lokalisasi dan ada disebelah komplek tersebut warung remang – remang. Di Warung itu biasanya disediakan kopi dan makanan ringan serta rokok. Adapun penyajian kopinya adalah unik dan khas. Yakni kopi diseduh oleh seorang wanita berpakaian seksi kemudian disajikan kepada pengunjung dengan cara duduk dipangkuan pengunjung sambil bergelayutan dan atau sambil mijitin penikmat warung kopi. Ada pula yang bisa langsung pesan bilik dibelakang warung untuk adegan tidak sekedar pijit memijit.

          Saat Sartika datang, dia kelelahan dan duduk dilincak kayu didepan warung kopi serta memesan teh.  Adalah simbok sebutannya si penjual kopi yang diperankan oleh Kristin Hakim yang dengan tingkat kecerdasan acting beliau yang diatas rata-rata pemain film tentu saja memerankan peran itu dengan sangat apik. Simbok menawarkan kepada Sartika untuk ikut di rumah gubuknya yang tidak jauh dari warung kopi itu, karena tidak ada pilihan lain maka Sartika ikut dengan Simbok pulang kerumah. Tawaran untuk menjadi tukang kopi di warung disampaikan simbok kepada Sartika. Namun Simbok tidak maksa, pelajaranya adalah di setiap titik dunia manapun meskipun itu hitam pasti ada tangan Alloh yang pengasih untuk hambaNya dalam kasus ini melalui tangan Simbok.  Simbok juga melihat kondisi Sartika pada saat itu sedang hamil besar sekitar delapan bulan. 

       Waktu demi waktu berlalu, Sartika sudah melahirkan seorang putra bernama Bayu (diperankan oleh Syakeel Fauzi). Simbok tidak tinggal sendirian di rumah, disitu ada Bapak, swami simbok yang juga sudah tua tapi terkena PHK dari pabrik plastik tempat beliau bekerja. Selama film berlangsung, Bapak tidak mengeluarkan suara sepertinya disengaja agar karakternya kuat dan terlihat unik. Bapak bekerja sebagai buruh tani jika ada pekerjaan namun jika tidak, Bapak menganggur. Pada suatu hari, Sartika pulang dari bekerja mengikuti Bapak menjadi buruh tani dengan membersihkanl sisa pohon padi di sawah setelah panen, membuka tempayan tempat beras ternyata sisa beras sangat sedikit dan sudah tidak punya persediaan beras lagi. Upah dari bekerja sebagai buruh tani cuma sedikit. Sartika merasa tidak enak hati kepada Simbok yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga dengan berjualan kopi. Maka Sartika  memaksakan dirinya untuk turut serta membantu Simbok berjualan kopi sebagai penjaja kopi pangku di warung Simbok.

          Hari demi hari berlalu, tibalah seorang sopir ikan bernama Hadi (Fedi Nuril) yang dating untuk ngoi di warung kopi di tmat Bu Maya (Simbok). Hadi jatuh cinta kepada Sartika hingga mereka menikah. Bayu sbagai salah satu potret generasi fatherls (tidak punya Bapak) sangat bahagia menerimakehadiran Hadi. Mereka membeli rumah sederhana di pinggir pantai. Mereka nampak Bahagia. Hingga suatu hari datanglah seorang wanita bernama Anisa ke rumah mereka. Ternyata Anisa adalah isteri Hadi yang berkerjasebagai seorang TKW di Arab Saudi. Betapa hancur hati Sartika yang ada saat itu sedang hamil muda. Dia membawa tas besar dan mengajak Bayu pergi ke rumah Bu Maya (Simbok). Setelah bercerita tentang apa yang terjadi, maka Sartika memutuskan untuk tinggal bersama Bu Maya (Simbok).  Dan ia kembali menekuni profesi sebelum ia menikah yakti sebagai penjaja kopi di warung kopi pangku Bu Maya (Simbok). Singkat cerita Sartika hidup Bersama dua anaknya di kamung Bu Maya (Simbok) dan menempati rumah Bu Maya (Simbok) hingga film ini berakhir dengan Bayu lulus SMK kemudian berjualan mie ayam dengan gerobak yang dulu rnah dibuatkan oleh Hadi untuk Sartika. Adik Bayu sudah SMP brjnis kelamin perempuan dan simbok (Bu Maya) serta Bapak sudah tiada.

          Itulah sepenggal kisah hidup seorang wanita pinggiran yang berjuang untuk bertahan hidup dengan sgala daya dan upaya yang ia punya untuk kedua anaknya. Well…film ini bagus secara cinematografi, dan buat saya yang menyukai film jenis social seperti ini tentu sangat tersentuh. Beberapakali saya meneteskan air mata untuk Sartika. Untuk skala satu sampai Sepuluh saya beri nilai Sembilan untuk film ini. Reza Rahadian memang tidak ikut tampil, tapi si pembaca berita di televisi Simbok (Bu Maya) di warung kopi yang saat itu menyampaikan berita tentang BJ Habibi adalah suara Reza Rahardian. Tampil tipis - tipis.

Yuk tonton film karya anak bangsa, dukung film – film yang berkwalitas di negeri ini.

 

Rabu, 12 November 2025

Lir Ilir dan Kolaborasi Dakwah


        Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengikuti acara Lir-ilir yang diadakan di Jogja Expo Center (JEC). Acara tersebut berupa festival kajian yang diselingi dengan pementasan lagu -lagu religi yang disajikan pada panggung utama. Selain festival kajian, Lir - ilir juga membuka kesempatan untuk pelaku usaha kecil dan usaha  menengah untuk membuka teenan baik berupa teenan pakaian, buku - buku maupun makanan. Acara berlangsung dua hari dan sebenarnya acara semacam ini sudah berlangsung selama empat tahun berturut - turut hanya berbeda tema saja. Seperti tahun lalu, panitia memberikan tema wang - sinawang untuk acara yang sama. 

      Saya berkesempatan hadir pada hari pertama dan hari kedua meskipun tidak dalam keadaan full. Pada hari pertama saya mengiuti talk show yang disampaikan oleh ustadz Shihabuddin Isykarima pimpinan pondok pesantren Isykarima Solo. Beliau memaparkan bahwa kemerdekaan sesungguhnya adalah ketika kita bisa berdakwah dengan membangun pesantren dengan area seluas-luasnya. Pesan beliau, jangan sampai menjual tanah bahkan paradigmanya harus dibalik yakni harus membeli tanah seluas -luasnya untuk dakwah, dalam hal ini membangun pesantren. kenapa pesantren? ya karena dengan adanya pesantren dalam suatu wilayah akan membawa pengaruh besar yanki peradaban dalam wilayah tersebut. Setelah sesi talk show dengan ustadz Shihabudin Isykarima dilanjutkan dengan pementasan lagu -lagu religi. Adapun lagu -lagu religi dibawakan oleh Ilham syahreza mantan voalis nine ball band, Iklima yang merupaan artis lagu religi pendatang baru dan ditutup oleh penampilan Opic tombo ati. Acara pada hari pertama selesai pada pukul 22.30 WIB. 

         Pada hari kedua Lir-Ilir saya berkesempatan mengikuti sesi talk show bersama Bapak Anis Baswedan dengan dimoderatori oleh komika Abdur Arsyad. Bapak Anis berbicara dengan mengusung tema ; " Jangan Lelah Mencintai Indonesia."Tema ini diangkat karena melihat keresahan penggagas acara terhadap kondisi anak -anak  muda kita yang terlihat kelelahan untuk mencintai Indonesia. Hingga nampak pada hastag salah satu medsos tanah air hastag kabur aja dulu. Pada sesi ini Pak Anis mengajak generasi muda yang hadir (yang tercatat sebesar 18.000 pengunjung) supaya jangan lelah untuk mencintai Indonesia. karena banyak hal yang baik yang dipunyai bangsa kita hanya saja pemerintahannya saja yang belum merepresentasikan dirinya sebagai pemerintahan yang baik. Sifat - sifat baik yang dimiliki bangsa kita diantaranya sifat dermawan, ramah, gotong - royong dll. Sifat baik tersebut merupaan salah satu modal untuk menjadi bangsa besar dimasa mendatang. 

        Lir-Ilir memang diadakan untuk memperingati hari kemerdekaan RI, sehingga tema - tema yang dihadirkan dalam sesi -sesi kkajian atau talk shownya adalah tema- tema yang membangkitkan rasa nasionalisme serta kecintaan pada negeri kita Indonesia. 

 

     Sesi terakhir Lir Ilir adalah sesi kajian bersama empat sekawan para ustadz yang terdiri dari ustadz Salim A Fillah, Ustadz Abdul Somad, Habib Muhammad bin Anis dan ustadz Luqmanul Haqim (Ayah Man). Keempat ustadz tersebut membawakan tema masing – masing secara medley. Setiap ustadz kebagian jatah waktu selama 20 menit kecuali ustadz Abdul Somad yang mendapat waktu satu jam.  Ke empatnya berbicara tentang kemerdekaan.

 

        Diluar acara Lir ilir ini , saya ingin menyoroti gaya berdakwahnya ustadz Salim Afillah yang sangat cantik. Ustadz Salim sebagai founder kegiatan ini  berusaha menyatukan empat ustadz dari Sumatera, Kalimantan, Jawa Timur dan Yogyakarta. Beliau sering menyebut dengan seruan dari empat penjuru untuk negeri. Keempat ustadz tersebut berbeda latar belakang ada yang NU ada yang Tarbiyah dan lain sebagainya. Keempatnya berkolaborasi dengan tidak meninggalkan keaslian (kegenuinan) mereka, mereka tetap jadi diri mereka sendiri. Ustadz Abdul Somad memberikan kajian dengan ditemani penampilan Jogja Hadroh clan  dimana hadroh merupakan kesenian yang biasa disajikan oleh kaum Nahdhiyin namun mereka semua dan audiens juga sangat enjoy menikmatinya termasuk saya.

 

    Tak heran, ustadz Salim A. Fillah diberikan jalan yang mudah dalam berdakwahnya….mulai dari menulis buku, berdakwah hingga manca negara, membuat event besar dalam dakwah seperti Lir ilir ini. Setelah saya amati melalui Instagram beliau (saya salah satu follower beliau), beliau memang menjalin silaturrahim dengan semua aliran dakwah. Dengan para ustadz NU beliau dekat dan takdziem. Tidak perlu berbaiat seperti yang dilakukan ustadz Hanan Attaki tapi cukup diperlihatkan dengan bersilaturrahmi dengan para ustadz dari berbagai aliran dakwah terlebih para kyai NU.Selain beberapa model dakwah diatas ustadz salim juga membangun pesantren yakni pesantren Merapi Merbabu. Last but Not Least sukses terus dakwahnya ustadz Salim dan ustazd – ustadz yang lain dan biarlah kami jamaah menikmati kebersamaan para ustadz di negeri ini dengan kerukunan dan kebersamaan.

 

Wollohualam bii showab……

 

Pangku.

         Pada hari kamis lalu tepatnya tanggal 6 Nopember saya sengaja meluangkan waktu untuk menonton film Pangku yang tayang di hari perta...