Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengikuti acara Lir-ilir yang
diadakan di Jogja Expo Center (JEC). Acara tersebut berupa festival kajian yang
diselingi dengan pementasan lagu -lagu religi yang disajikan pada panggung
utama. Selain festival kajian, Lir - ilir juga membuka kesempatan untuk pelaku usaha
kecil dan usaha menengah untuk membuka
teenan baik berupa teenan pakaian, buku - buku maupun makanan. Acara
berlangsung dua hari dan sebenarnya acara semacam ini sudah berlangsung selama
empat tahun berturut - turut hanya berbeda tema saja. Seperti tahun lalu,
panitia memberikan tema wang - sinawang untuk acara yang sama.
Saya berkesempatan hadir pada hari pertama dan hari kedua meskipun tidak
dalam keadaan full. Pada hari pertama saya mengiuti talk show yang disampaikan
oleh ustadz Shihabuddin Isykarima pimpinan pondok pesantren Isykarima Solo.
Beliau memaparkan bahwa kemerdekaan sesungguhnya adalah ketika kita bisa berdakwah
dengan membangun pesantren dengan area seluas-luasnya. Pesan beliau, jangan
sampai menjual tanah bahkan paradigmanya harus dibalik yakni harus membeli
tanah seluas -luasnya untuk dakwah, dalam hal ini membangun pesantren. kenapa
pesantren? ya karena dengan adanya pesantren dalam suatu wilayah akan membawa
pengaruh besar yanki peradaban dalam wilayah tersebut. Setelah sesi talk show
dengan ustadz Shihabudin Isykarima dilanjutkan dengan pementasan lagu -lagu
religi. Adapun lagu -lagu religi dibawakan oleh Ilham syahreza mantan voalis
nine ball band, Iklima yang merupaan artis lagu religi pendatang baru dan
ditutup oleh penampilan Opic tombo ati. Acara pada hari pertama selesai pada pukul
22.30 WIB.
Pada hari kedua Lir-Ilir saya berkesempatan
mengikuti sesi talk show bersama Bapak Anis Baswedan dengan dimoderatori oleh komika
Abdur Arsyad. Bapak Anis berbicara dengan mengusung tema ; " Jangan Lelah
Mencintai Indonesia."Tema ini diangkat karena melihat keresahan penggagas
acara terhadap kondisi anak -anak muda kita
yang terlihat kelelahan untuk mencintai Indonesia. Hingga nampak pada hastag
salah satu medsos tanah air hastag kabur aja dulu. Pada sesi ini Pak Anis
mengajak generasi muda yang hadir (yang tercatat sebesar 18.000 pengunjung)
supaya jangan lelah untuk mencintai Indonesia. karena banyak hal yang baik yang
dipunyai bangsa kita hanya saja pemerintahannya saja yang belum merepresentasikan
dirinya sebagai pemerintahan yang baik. Sifat - sifat baik yang dimiliki bangsa
kita diantaranya sifat dermawan, ramah, gotong - royong dll. Sifat baik tersebut
merupaan salah satu modal untuk menjadi bangsa besar dimasa mendatang.
Lir-Ilir memang diadakan untuk memperingati hari kemerdekaan RI,
sehingga tema - tema yang dihadirkan dalam sesi -sesi kkajian atau talk shownya
adalah tema- tema yang membangkitkan rasa nasionalisme serta kecintaan pada
negeri kita Indonesia.
Sesi terakhir Lir Ilir adalah sesi kajian bersama empat sekawan para
ustadz yang terdiri dari ustadz Salim A Fillah, Ustadz Abdul Somad, Habib
Muhammad bin Anis dan ustadz Luqmanul Haqim (Ayah Man). Keempat ustadz tersebut
membawakan tema masing – masing secara medley. Setiap ustadz kebagian jatah
waktu selama 20 menit kecuali ustadz Abdul Somad yang mendapat waktu satu
jam. Ke empatnya berbicara tentang kemerdekaan.
Diluar acara Lir ilir ini , saya ingin menyoroti gaya berdakwahnya
ustadz Salim Afillah yang sangat cantik. Ustadz Salim sebagai founder kegiatan
ini berusaha menyatukan empat ustadz
dari Sumatera, Kalimantan, Jawa Timur dan Yogyakarta. Beliau sering menyebut
dengan seruan dari empat penjuru untuk negeri. Keempat ustadz tersebut berbeda
latar belakang ada yang NU ada yang Tarbiyah dan lain sebagainya. Keempatnya
berkolaborasi dengan tidak meninggalkan keaslian (kegenuinan) mereka, mereka
tetap jadi diri mereka sendiri. Ustadz Abdul Somad memberikan kajian dengan
ditemani penampilan Jogja Hadroh clan
dimana hadroh merupakan kesenian yang biasa disajikan oleh kaum
Nahdhiyin namun mereka semua dan audiens juga sangat enjoy menikmatinya termasuk
saya.
Tak heran, ustadz Salim A. Fillah diberikan jalan yang mudah dalam
berdakwahnya….mulai dari menulis buku, berdakwah hingga manca negara, membuat
event besar dalam dakwah seperti Lir ilir ini. Setelah saya amati melalui
Instagram beliau (saya salah satu follower beliau), beliau memang menjalin
silaturrahim dengan semua aliran dakwah. Dengan para ustadz NU beliau dekat dan
takdziem. Tidak perlu berbaiat seperti yang dilakukan ustadz Hanan Attaki tapi
cukup diperlihatkan dengan bersilaturrahmi dengan para ustadz dari berbagai
aliran dakwah terlebih para kyai NU.Selain beberapa model dakwah diatas ustadz
salim juga membangun pesantren yakni pesantren Merapi Merbabu. Last but Not
Least sukses terus dakwahnya ustadz Salim dan ustazd – ustadz yang lain dan
biarlah kami jamaah menikmati kebersamaan para ustadz di negeri ini dengan
kerukunan dan kebersamaan.
Wollohualam bii showab……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar