Rabu, 01 Februari 2012

Biasnya Manusiawi diJakartaku

Menjadi karyawan atau karyawati di Jakarta adalah pilihan hidup.Faktor yang lain mungkin kebetulan ataukeberuntungan. Bukanlah sebabnya orang bekerja di Jakarta yang akan kita bahas,namun kenyataan pola hidup orang yang bekerjadi Jakarta.

Si Fulan sebut saja, berkisah tentnag kehidupan sehari-hari antara iadanswaminya. Jika swaminya bilang pulang sore maka itu berarti Pk.22.00 WIB Jika bilang malam makapukul 01.00WIB.Apasih profesi swami si Fulan? ternyata tak jauh dari profesi teman -temanku sendiri yakni seorang bankir.

Beberapa waktu lalu ada pula tamu yang bertandang kekantor kami,awalnya mereka berdua swami istri berkonsultasi tentang apa itu wakaf,apa itudinardan berujung pada curhatan mereka tentang kegalauan dalam rumha tangga mereka. Sang swami dahulu bekerja di Singapura yang sudah tertata sistem kerja dan pola hidup yang lebih teratur daripada di Jakarta.

Seperti di Canada misalnya. Orang bekerja cukup sampai pukul 17.00 WIB saja setelah itu pemerintah juga melarang lembur,dengan kondisi jalanan yang tidak macet maka para karyawan maupun karyawati bisa pulang kerumah untuk bekumpul dengnan keluarga tercinta.

Salah satu ironi yang saya alami terkait denganteman-teman kost saya dahulu, mereka mengartikan profesional itu dengan banyak kerjaan, lembur, pulang malam dan sebagainya. sangat sedih mendengar itu semua sebenarnya. Mereka sangat herankenapa saya tidakpernahlembur danlain-lain? dengancara disindir sana-sini pula. Namun selain kasihan saya juga sedih karena mereka bangga bisa kerja lembur, bisa pulang malam-malam dengan dalih itu profesionalisme.

Jakarta dengan sistem yang ada dengan kemacetan yang ada menjadi kota yang fatherless (karena para ayah pulang malam dan anak- anaknya telah tertidur ketika sang ayah pulang). Hidup itu tak hanya cukup untuk dihabiskan untuk bekerja, ada untuk dirikita, keluarga jika sudah berkeluarga dan untuk  Alloh misalnya untuk berzikir khusus , hidup yang manusiawi itu bukanlah hidup yang workaholic.

hidup yang manusiawi itu seimbang antara kita sebagai individu, untuk keluarga dan untukNYA.Profesional itu bagian dari bekerja yang manusiawi, dan bekerjaitu salah satu bagian hidup saja bukan hidup sama dengan bekerja. Kita bukanlah robot karena kita punyajiwa itu yang membedakan kita dengan robot.

Bisakah kita hidup manusiawidi Jakarta? Jika anda adalah pemimpin buatlah agar kitabisasaling memanusiakan manusia,jika andamasih bawahanbelummempunyai wewenang maka jadilsahorsng dengsnjiwayang merdeka akan menjadimanusiayang utuh biarlah tean - teman mencibir karenatak pernah lembur,tidak pernah kerja sampai malam. Jika pekerjaan tekah selesai sore hati maka kenapa musti sampai malam.

Namun doakan teman-teman kita untuk terbuka mata hatinya bahwa hidup seperti itu tidak manusiawi tidak seperti fitrah sebagai manusia lagi. Dan smoga mereka berhenti memperlakukan diri mereka seperti robot, kitadoakan agar memanusiakan dirinya sendiri, menyayangi dirinya sendiri. Amiin.Wollohualambishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...