Kamis, 09 Mei 2013

Cinta Diatas Cinta

Ikut bahagia yang saya rasakan saat ini. Bersilaturrahim ke rumah my beloved sister mbak Yas di Purwokerto. Ada gadis cilik yang tentu saja sudah pasti mengalihkan semua pandangan seisi rumah, dia bernama Hafshah Hafidzah. Baru berumur satu tahun, sedang belajar jalan dan berbicara. Saat ini dialah dunianya kakakku. Bahkan hidupnya adalah Hafshah.Melihat bahtera rumah tangga kakak yang kian hari terlihat kian dewasa cukup membuatku merasa penuh kesyukuran Alhamdulillah wa syukurillah. Kakakku tidak dengan berpacaran saat menikah dengan kakak iparku Pak Jumadi. Mereka bertaaruf dan terbilang cepat prosesnya. Jika ditanya saat awal pernikahan tentu saja cinta itu belum ada. Namun kakaku sudah menemukan alasan kenapa ia mau dinikahi kakak ipar saat itu tentu saja. Yang pasti karena niat yang kuat untuk beribadah, lantaran menikah juga merupakan ibadah. 

Sangat unik jika ingin mendifinisikan cinta. Banyak pakar cinta dan pujangga berbondong-bondong mengupasnya. Para musisi kerap kali memilih tema cinta dalam lagu-lagu mereka, bukan hanya itu banyak sekali film-film yang diciptakan dengan tema cinta bahkan dipastikan film action sekalipun pasti menambahkan sisi percintaan sebagai bumbunya. Sedemikian membiusnya cinta dilekatkan pada manusia. Hingga acara dari salah satu motivator ternama negeri inipun kerap kali membahas tentang cinta. Pernah saya menulis di wall fb saya kenapa Pak Mario Teguh sering membahas cinta, dengan gaya bahasa santai " Pak Mario Kok membahas cinta-cinta muluk sih..." Hingga pada salah satu tayangan MTGW nya beliau menjawab sindiran saya "Ya karena cinta itu penting, makanya dibahas...lha kok malah dibilang mbahas cinta-cinta melulu...".ngikik saya mendengar penyampaiannya di MTGW. Selanjutnya Pak Mario membuka kesempatan kepada para fber beliau yang akan menyampaikan ide yang lain tentang cinta jika memang pemikiran tentang cintanya tidak sama dengan beliau. Yup...Pak Mario benar-benar mau terbuka dengan pandangan akan cinta yang lain dari pandanganya, that's good!. Bagaimana gak mau begitu ya....setiap kali beliau memberikan MTGW nyata terlihat banyak jilbaber yang lebar menutup dada jilbabya. Pasti segmen audiens ini juga tidak bisa diabaikan.

Ranah tidak berpacaran sebelum menikah sebenarnya bukan hanya untuk para jilbaber yang jilbabnya lebar menutup dada lho....Ini merupakan aturan Islam dalam pergaulan dan dalam perjalanan akan menikah. Hanya saja hal belum lengkapnya ilmu tentang hal itu yang menjadikan kegamangan dalam melangkah. Setelah menikah, tentu saja sama perlakuan antara yang menikah dengan taaruf maupun yang telah berpacaran sebelum menikah. Sama-sama harus berjuang untuk meraih kebahagiaan dalam bahtera rumah tangganya. Kenapa demikian? karena kedua-duanya juga bisa terjadi perceraian. Bukan karena dengan jalan taaruf nih, sudah islami terus nanti seratus persen langgeng tanpa perceraian. Hal perceraian juga bisa dialami oleh swami isteri yang menikah dengan cara taaruf. Namun memang proporsi perceraiannya lebih sedikit kemungkinannya dibandingkan yang dengan berpacaran terlebih dahulu saat menikah. Bahkan sering ya kita mendengar cerita lama pacarannya lebih panjang dibandingkan lama pernikahannya.

 Beberapa waktu lalu juga ada teman yang ngecengin teman yang lain. Ternyata teman saya yang rajin ibadahnya hingga rajin pula mengikuti tahsin untuk memperbaiki bacaan alqur'annya kedapatan berstatus berpacaran dengan seorang perempuan selama empat tahun. Teman saya yang ngecengin itu kebetulan habis membaca bukunya Ustadz Felix siew yang "Sudah Putusin Aja". Kalau saya lebih arif mungkin dalam menyikapi kondisi itu. Kalau sudah pacaran empat tahun ya tidak usah diputusin ya silahkan dinikahin saja segera. Toh secara usia juga sudah cukup umur untuk menikah. Kisah yang lain tentang tema cinta yang sempat melintas dalam hari-hari lalu adalah kisah cinta ibu kost dengan Bapak kost. Bapak kost saat ini dalam keadaan koma dan ibu masih setia menemani Beliau. Bayangkan menemani swami yang koma selama empat bulan jalan lima bulan. Tentu itulah ujian cinta.

Cintanya ibu kost yang mendalam, hingga saat curhat dengan saya ibu lebih ikhlas yang meninggal saja jika dibandingkan dengan Bapak jika diambil oleh sang Maha Kuasa. Hingga sampai seperti itu dalamnya cinta. Maka hingga sat ini ibu masih belum ikhlas jika ditinggal Bapak menghadapNya. Hal yang sebenarnya patut menjadikan perenungan saya hingga dalam. Hingga seperti itukah cinta bisa menyihir para pencinta hingga rela melepaskan kematiannya jika dapat menggantikan kematian kekasihnya. Maka itu sama adanya dengan kisah cintanya Romeo and Juliet yang mau mati karena cinta. Dan orang-orang mengartikan itulah kekuatan cinta. Benarkah demikian? 

Kebtulan saya sedang membaca buku Mencari Pahlawan Indonesia karangan Anis Matta. Ada satu bahasan tentang cinta diatas cinta yang mengangkat figur Umar Bin Abdul Aziz dalam pengalaman batinnya terkait dengan cinta. Kira-kira seperti berikut kisahnya :
Umar bin Abdul Aziz sebenarnya adalah seorang ulama, bahkan seorang mujtahid. Namun ia besar di lingkungan istana Bani Ummayyah, hidup dengan gaya hidup mereka, bukan gaya hidup seorang ulama. Ia bahkan menjadi trendsetter di lingkungan keluarga kerajaan. Shalat jamaah kadang ditunda karena ia masih sedang menyisir rambutnya. 

Namun, begitu ia menjadi khalifah, tiba-tiba kesadran spiritualnya justru tumbuh mendadak pada detik inagurasinya. Ia pun bertaubat. Sejak itu, ia bertekad untuk berubah dan merubah dinasti Bani Umayyah "Aku takut pada neraka". Katanya menjelaskan perubahan itu kepada seorang ulama terbesar zamannya,pionir kodifikasi hadits, yang duduk di sampingnya, Al - Zuhri. Iamemulai perubahan besar itu dari dalm dirinya sendiri,istri, dan anak-anaknya, keluarga kerajaan, hingga seluruh rakyatnya. Kerja keras itu membuahkan hasil. Walupun hanya memerintah dalm waktu dua tahun lima bulan, tetapi ia berhasil menggelar keadilan, kemakmuran dan kejayaan serta nuansa kehidupan zaman khulafa'Rasyidin. Maka,ia pun digelari khalifah Rasyidin kelima. 

Akan tetapi, itu ada harganya. Fisiknya segera anjlok. Saat itulah istrinya datang membawa kejutan besar, menghadiahkan seorang gadis kepada swaminya untuk dinikahinya lagi. Ironis, karena Umar sudah mencintai dan sangat menginginkan gadis itu, juga sebaliknya. Namus istrinya Fatimah, tidak pernah mengizinkannya, atas nama cinta dan cemburu. Sekarang justru sang istrilah yang membawanya sebagai hadiah. Fatimah hanya ingin memberikan dukungan moril kepada swaminya. Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat  paling mengharu biru. Kenangan romantika sebelum saat perubahan bangkit kembali dan menyalakan api cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwanya. Namun, cinta ini hadir di jalan pertaubatannya, ketika cita-cita perubahannya belum selesai. Cinta dan cita bertemu dan bertarung,di sini, di pelatran hati Sang Khalifah, Sang pembaharu.

Apa yang salh kalau Umar menikahi gadis itu? Tidak ada! Tapi "Tidak ini tidak boleh terjadi." Kata Umar. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya masih harus kembali ke dunia perasaan semacam ini,"Kata Umar. Cinta yang terbelah dan tersublimasi diantara kesadaran psiko-spiritual, berujung dengan keagungan: Umar memenagkan cinta yang lain, karena memang ada cinta diatas cinta! Akhirnya, ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati disini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya dengan sendu, "Umar, dulu kamu pernah sangat mencintaiku. Tapi, kemanakah cinta itu sekarang?" Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya jauh lebih dalam!"

Well....itu sepenggak kisah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Memang beliau seorang khalifah namun perlu kita ketahui bahwa beliau juga manusia biasa seperti kita. Punya perasaan akan cinta seperti kita. Hal yang patut kita jadikan perenungan adalah ada hal yang lebih substantif yang ingin diraih atau value yang lain yang lebih penting ketika kita memilih untuk tidak memiliki seseorang bahkan dalm kondisi bahwa kita benar-benar mencintainya. Seperti kisah yang mendera ibu kost saat ini. Mengikhlaskan Bapak kost dalm kondisi terbaik menurut kehendak Alloh SWT adalh yang terbaik. Ikhlas atas ketentuanNYA itulah value yang bisa dibangun dibalik cintanya seorang istri kepada swaminya. Biarlah jika Bapak kost kembali kepadaNYA adalh itu sayangnya Alloh SWT kepada Bapak kost barang kali, maka ikhlaslah. Bahwa Ibu kost harus terus tegar menghadapi kehidupan selanjutnya adalah makna kepahlawan seoramng istri dan Ibu bagi putra-putranya adalah value lain yang ingin diraih ketika melepaskan cintanya. Bahkan cintanya tidak untuk wanita yang lain melainkan kembali kepada Yang Maha Kuasa. WollohualamBiShowab...

 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...