Rabu, 29 Mei 2013

Iron Man 3 dalam analisa Marketing 3.0



Menonton Iron Man 3 kali ini merupakan salah satu dampak "korban" hebohnya Twitterland di wallnya Bpk. Hermawan Kartajaya. Tentang analisa film Iron Man 3 dengan teori Marketing 3.0. So saya ikutan penasaran juga rupanya. Rupanya bab tentang Story That Move People. Dalam bab tersebut disebutkan bahwa Robert McKee, penulis skenario terkenal, meyakini adanya dua cara tertentu untuk meyakinkan orang. Pertama adalah dengan memasarkan ide anda pada sekumpulan fakta dan angka dan melibatkan orang dalam argumentasi yang intelek. Alternatifnya, menurut Mc Kee lebih efektif, adalah menulis kisah yang menarik di sekitar ide itu dan melibatkan emosi masyarakat. Ketika memperkenalkan produk baru Stave Jobs dari Apple selalu memilih rute kedua. Bahkan, kita bisa menganggapnya sebagai ahli storyteller dalam sejarah bisnis. Jobs selalu memulai dengan sebuah kisah. Setelah kisah itu disampaikan, Jobs kemudian akan mengungkapkan fitur-fitur dan sekumpulan fakta mengenai produknya.

Dari pengalaman Stave Jobs, nampak nyata bahwa cerita merupakan salah satu cara yang ampuh dalam mengajak manusia. Adapun kisah tentang merek (brand story), menurut Holt,memiliki paling tidak tiga komponen utama : Karakter, plot dan metafora. Sebuah merek memiliki karakter yang hebat ketika merek itu menjadi simbol sebuah pergerakan yang dialamatkan untuk menjawab permasalahan dan mentransformasi kehidupan banyak orang. Ini adalah teori inti dari Holt mengenai cultural branding. Sekali sebuah merek itu diidentifikasikan dengan suatu pergerakan budaya, merek itu menjadi apa yang disebut dengan cultural brand. Sebagai contoh The Body Shop adalah simbol dari aktivitas sosial. Dan Disney adalah simbol dari keluarga bahagia. Dengan kata lain, sebuah merek harus menjanjikan bisnis as unusual dan memberikan kepuasa kultural. 

Untuk membuat karakter yang relevan dengan kehidupan manusia, sebuah kisah yang baik membutuhkan plot. Dalam Made to Stick, Chip dan Dan Heath menawarkan tiga jenis plot cerita yang baik :challenge, connection dan creativity.  Cerita David and Goliath adalah contoh klasik plot challenge. Dalam plot jenis ini, sebuah merek berperan sebagai tokoh protagonis lemah yang berani menantang lawan yang lebih kuat atau rintangan yang lebih sulit. Merek itu, tentu saja akhirnya menang. Plot yang anda temukan di buku Chicken Soup adalah contoh dari plot connection. Dalam plot jenis ini, merek menjembatani kesenjangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari : isu rasial, usia, gender dan sebagainya. Merek media sosial seperti Facebook menggunakan plot connection untuk menyebarkan cerita mereka. Plot Creativity, sebaliknya, seperti dalam film Iron Man 3, dimana Tony Stark / Iron Man yang diperankan oleh Robert Downey,Jr. Selalu menemukan cara untuk memecahkan masalah dengan karakternya yang Genius, Billionaire, playboy and Philantropist. Robert Downey, Jr yang menjadi tokoh sentral dalam lakon di film The Avanger dapat memerankan karakter Iran Man 3 dalam dunia 3.0 dengan baik. Memang saat ini sosok hero yang dihadirkan oleh dunia perfilman juga sesuai dengan teori marketing 3.0 yakni philantropist.
 
Bahkan sosok Philantropistnya Iron Man, sudah sangat mendarah daging dan memasuki masa transformasi. Terlihat dalam percakapan dengan seorang anak kecil yang bernama Harley yang membantu Iron Man saat tersesat. Ada saat mereka berdua dapat membantu orang saat mereka temui, namun apa kata Iron Man, “Biasa saja jika kita membantu orang.” Kalimat itu mengajak untuk kita senantiasa mempunyai karakter membantu sesama, sebagai salah satu manifestasi Philantropi. Jika sudah sampai pada tahapan mengajak maka itulah transformasi. Masa setelah Philantropi.  Beberapa teman saya berkomentar dan merasa sosok Iron Man 3 sebagai sosok Hero kurang greget. Lantaran dibumbui dengan adegan-adegan lucu yang sebaiknya tidak perlu ditampilkan, misal saat baju-baju besi Iron Man berkumpul dan terpasang pada tubuh Tony Stark nampak terlihat, salah satu bagian penutup baju besinya nyangkut. Atau bagian ketika ternyata jam tangan Iron Man adalah bergambar Dora dalam serial film cartoon anak-anak. Dari seisi yang lain coba kita tengik film-film yang lain yang dibintangi oleh Robert Downey, Jr adalah Sharlock Home. Dalm film tersebut juga acap kali lucu. So menurut saya memang disengaja untuk memperkuat sosok Robert Downey, Jr memang sosok Hero dengan sedikit berbau funny. Itu cara memperkuat karakter agar berbeda/ berdeferensiasi dengan tokoh hero-hero yang lain.

Hal terakhir menurut Holt dalam brand Story adalah Metafora.  Untuk membantu anda, Gerald dan Lindsay Zaltman menawarkan sebuah proses untuk mengungkapakan dalamnya metafora. Metafora yang mendalam secara tidak sadar telah dikodekan dalam setiap manusia pada usia muda. Dengan menggunakan Zaltman Metaphor Elicitation Technique (ZMET), kita dapat menggunakan metafor itu untuk memahami bagaimana membangun kisah kita dan bagaimana konsumen akan merespon cerita itu. Tujuh Metafora Zaltman, yang mewakili 70% dari semua metafora, disebut Seven Giants. Metafora-Metafora tersebut adalah Balance, Tronsformation, Journey, Container, Connection, Resource dan Control. 


Karakter sangat penting dalam kisah ini. Karakter melambangkan bagaimana merek diterima oleh spirit manusia. Struktur dari sebuah plot menunjukkan bagaimana karakter-karakter tersebut mengarahkan karakter-karakter yang lain dalam sebuah jaringan manusia yang akan menuliskan kembali versi mereka akan kisah itu. Metafora adalah proses yang tidak disadari yang terjadi di dalam spirit manusia. Kisah dengan penambahan metafora yang kompatibel akan menemukan relevansinya dan diterima sebagai kebenaran oleh konsumen. Kisah yang menggerakkan manusia memiliki tiga komponen inti ini : Karkter, plot, dan metafora. Menciptakan misi yang ideal menjadi langkah yang tidak mudah bagi perusahaan. Langkah lainnya adalah menyebarkan melalui storytelling.


*Dikutip dari Marketing 3.0 By Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...