Sabtu, 07 Februari 2015

Sekilas Tentang Hijab

Beberapa hari lalu, seperti biasa dalam rutinitasku sebagai fundraiser di PKPU berkunjung ke salah satu donatur, donatur kami ini adalah seorang dosen di UNSOED. Setelah selesai urusan berdonasi (baca pekerjaan) ternyata turunlah hujan lebat. Saya yang berkendaraan sepeda motor tentu saja menunggu terlebih dahulu untuk beberapa saat hingga hujan reda. Donatur ini menyampaiakan akan mengadakan riset tentang Hijab, tentu hal ini beliau sampaikan mungkin karena saya berhijab." Wah topik yang masih hangat untuk dibicarakan untuk saat ini", sahut saya.

Well...berawal dari film hijab besutan Sutradara Hanung Bramantyo yang akhirnya menuai kritikan pedas dari banyak kalangan dan yang terheboh adalah kicauan Hanum Salsabila Rais puteri Amin Rais penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa. Sayang Hanum sapaan akrabnya menghapus kicauan tersebut. Jika tidak pasti tambah seru dunia persilat lidahan di negeri ini, hehehe....Kenapa? pasalnya Hanum memberikan tuduhan Liberal untuk Hanung. Pertanyaan selanjutnya yang ada dalam benak saya adalah seperti apa sih Hanum berhijab?  Hanum, berhijab standart saja, bahkan tidak menutup dada , tapi ternyata berani mengatakan bahwa Hanung Bramantyio itu Liberal. Yup...karena memang dalam 99 Cahaya di Langit Eropa disebutkan bahwa berhijabnya Hanum adalah untuk membedakan antara muslimah dan non muslimah so hijab sebagai identitas muslimah. Jadi liberal dan tidak liberal itu bukan pada lebar atau tidaknya hijab yang dipakai ya? tapi pada pemikiran. Bener gak guys?kata cak lontong, mikir!!!

Lantas sebenarnya di Muhammadiyah itu ada gak sih guidence atau kaidah- kaidah syar'i mengenakan hijab itu seperti apa? kenapa Muhammadiyah? karena Hanum adalah puteri mantan orang nomor satu di Muhammadiyah. Lantas bagaimana dengan NU, jika dibandingkan dengan ormas sekaliber Muhammadiyah maka muncullah NU," spontan saja saya mah...", lihatlah bagaimana Bu Shinta Nuriyah dan mbak Yenni Wahid berhijab? Berbeda lagi kan? Pertanyaan selanjutnya sebenarnya bagaimana sih hijab menurut kajian di NU? Kenapa Kajian? Ujungnya adalah disitu menurut saya. 

Teringat saya dulu saat awal - awal training ZEDP 1 di Dompet Dhuafa, saya ngekost berbarengan dengan teman - teman sesama peserta training. Yang sekamar dengan saya mantan ketua keputian ROHIS UNPAD yang dari Tarbiyah. Di depan kamar saya, ada teteh yang mantan ketua keputrian ROHIS UNPAD juga dari Hizbut Tahrir dalam satu angkatan. Kalau dengan teman sekamar saya tentu saat itu hampir mirip lah gaya berpakaian dan berhijabnya. Hehehehe...lha wong sama-sama tarbiyah.Kalau sama teteh itu beda sedikit. Teteh selalu memakai gamis jika diluar rumah. Teteh juga menerangkan kepada saya bagaimana dalam kajian di Hizbut Tahrir tentang pakaian. Memang harus panjang tanpa jahitan. Teteh mengaji di Hizbut Tahrir sejak SMA.Maka untuk seragam putih abu-abunya juga disambung seperti gamis, bukan two piecies rok dan kemeja. Kalau mau jelasnya ya baca bukunya ustadz Felix siauw saja yang berwarna pink sejujurnya saya lupa judulnya hehehe...Jadi tahu kan klo ustadz Felix itu Hizbut Tahrir, Jadi kajian beliau tentang Hijab ya seperti itu. Pakaiannya Hizbut Tahrir. Kalau di Tarbiyah ya boleh saja pakai rok, pakai t-sirt, pake kemeja bagi muslimahnya. So yang membedakan adalah ngajinya dia dimana, fiqh yang diajarkan seperti apa?kan gitu.

  
Lantas saya menambahkan dalam sharing kemarin, bagaimana dengan yang bercadar? ya karena ngajinya di salafi atau wahabi, maka hijabnya plus cadar seperti itu. Namun donatur saya ini menambahkan," ternyata gak cuma wahabi dan salafi yang memakai cadar ada juga yang memakai cadar tetapi bukan dari salafi dan wahabi,"tambah beliau. Mungkin saja....Itu tadi yang istilahnya hijab yang bersumber dari kajian - kajian fiqh nya tarbiyah, Hizabut tahrir, Salafi dan Wahabi. Lantas bagaimana dengan tarekot atau yang sufi - sufi? Bagi mereka yang kajiannya tarekat justru yang penting tampil sederhana saja, maka malah jika mengenakan yang panjang-panjang itu tergolong sombong. Tuh, sudah lain lagi kan model hijabnya. Kalau parameternya sederhana, itu kan relatif ya...jadi pelajarannya, jangan suka melihat seorang muslimah itu hanya karena hijabnya sepanjang apa? hanya karena dia sudah berkaos kaki atau belum? Bukan gak mungkin yang ngajinya sufi - sufi atau tarekat ini penampilannya biasa saja mungkin hijabnya tidak menutup dada, tidak mengenakan kaos kaki tapi sudah pada level ma'rifat. Who knows? Berkhusnudzonlah dengan sesama muslimah.


Lantas menyoroti hijabvista dengan maraknya fashion on line dan para designer yang telah mengharumkan nama bangsa di kancah dunia fashion international cie...cie...lebay deh...Beragam menurut saya. Saya pernah bertemu Restu Anggraeni dan Fika dari Hijabbers Community ( HC) Pusat. Mereka adalah Humas HC pada waktu itu, sekitar tahun 2011an. Saya bertemu untuk urusan kerjasama dengan TWI Dompet Dhuafa. Dari cerita Etu dan Fika, mereka juga punya divisi kerohanian yang membeck up kajian bagi para designer HC yang dipegang oleh Fitri Aulia dan Gaida Tsuraya putri Aa Gym. Sekarang sudah mulai terlihat perubahan design dari Gaida Tsuraya , dulu saya amati tidak menutup dada hijabnya, sekarang sudah menutup dada. Nah kalau Fitri Aulia memang dari awal sudah Syar'i nad Stylist sesuai taglinenya. Denger dari teman Fitri liqo di Tarbiyah. Maka baju- baju hasil design Fitri  Aulia yaseperti itu.

Seru sebenarnya menguliti hijab. Bagus juga untuk diteliti.good luck risetnya.....Bagi para akademisi bagus untuk meneliti yang banyak masahahnya seperti ini, isu - isu yang pop itu menarik. Bagi umat juga akan mermanfaat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...