Kamis, 03 November 2011

Amil harus berpihak kepada mustahik dan nadzir wakaf harus berpihak kepada maukuf alaih


Berawal dari cerita yang dituturkan oleh staff baru kami di kantor. Pengalamanya interview pada salah satu lembaga amil zakat nasional ternama untuk menjadi fundraiser. Dalam interview tersebut dipaparkan system MLM untuk penggalangan dana zakat. Yang ditawarkan adalah iming – iming target sebuah merk mobil baru dan hal-hal materialistic sebagai target pendapatan sang fundraiser. Bahkan hingga menyebutkan xxxxmilyader……

Sontak membuat saya beristighfar mendengarkan cerita tersebut. Sungguh ironis gerakan zakat yang idealnya penuh nilai dilandasi dengan niatan tulus ikhlas tanpa meninggalkan nilai – nilai profesionalisme tentu saja namun bukan nilai – nilai materialistik seperti cara marketing yang dilakukan oleh multilevel marketing.
Bisa dibayangkan jika amil zakat berkendaraan pribadi mer-c atau alphard pada masa ini dan ditengah kemiskinan yang akut di negeri ini. Apakah pantas? Profesi amil adalah pilihan. Sarat akan nilai dan itulah alasan teman – teman saya memilih profesi amil di LAZ Dompet dhuafa. Amil zakat tidak boleh dugem di club – club malam, amil zakat musti siap untuk bermobil pribadi cukup maksimal dengan kijang innova saja. Itu merupakan kontrak mati bagi profesi amil selama negeri ini masih miskin.

Alasan kenapa amil zakat musti berpihak kepada mustahik adalah bahwa amil adalah bagian yang mendapatkan bagian dari dua belas setengah persen dari dana zakat yang diperoleh. Bagian yang lain adalah mustahik (yang berhak menerima zakat). Bisa dibayangkan amil yang sangat dekat dengan mustahik, bahkan bagi fundraiser zakat mustahik sering kali menjadi bahan untuk dijadikan “alat dagangan” bagi sang fundraiser dalam mencapai target. Apa ini tidak sama saja dengan menjual kemiskinan mustahik yang ketika mencapai target akan diberikan bonus atau passive income dari downline fundraiser kaki – kaki dibawahnya. Dimana hati dan keberpihakan amil itu?

Itu salah satu potret kelam dunia  fundraiser zakat di negeri ini. Bagaimanakah dengan nadzir wakaf kedepan? Jawabanya seratus persen sama persis. Meskipun kelak  nadzir wakaf dapat menghasilkan surplus wakaf produktifnya sangat luar biasa, namun dalam kehidupan sehari – hari tetap wajib berperilaku bersahaja. Kenapa demikian? Jelas jawabnya adalah masalah keberpihakan. Nadzir wakaf sudah sewajarnya berpihak kepada yang berhak menerima surplus wakaf (maukuf alaih). Selama kemiskinan dinegeri ini masih ada maka tak sepatutnya nadzir dan amil bergaya hidup mewah (tidak bersahaja).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...