Kemarin, tepatnya hari selasa
tanggal 19 Februari 2013 saya berkesempatan bersilaturrahim kepada teman-teman
LAZISMU Semarang. Berawal dari lamaran saya untuk menjadi freelancer pada lembaga tersebut yang telah saya kirimkan beberapa
minggu yang lalu. Kenapa LAZISMU yang saya pilih? Simple saja, terkait lokasi kantor. LAZISMU Semarang berkantor di
Jl Wonodri depan Rumah Sakit Rumani yang berjarak tak jauh dari kostan saya
berada. Membayangkan menempuh bangku
kuliah dengan ditambah mengabdikan diri
pada lembaga sosial dimana saya pernah mempunyai ilmu dan berkecimpung di
dalamnya, mungkin akan sangat menarik dan semoga bermanfaat.
Pertemuan diawali dengan
perkenalan dengan Mas Muhtarom ketua harian LAZISMU Semarang. Menceritakan
kondisi yang ada di LAZISMU Semarang yang jangan pernah membayangkan seperti
Dompet Dhuafa tempat dahulu saya pernah bekerja. Kecil sekali memang, Rp.200 juta
per tahun adalah pendapatannya. Padahal ini kota besar, kota Provinsi Semarang.
Melihat megahnya kantor pusat wilayah Muhammadiyah dan rumah sakit RUMANI rasanya
tak percaya dengan kondisi ini. Yup...ada yang perlu dibenahi secara management, lantaran basis massa
Muhammadiyah sepertinya juga besar.
Setelah bercerita panjang lebar
dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00
WIB dengan diselingi istirahat sholat ashar, rasanya cukup untuk memulai
melihat identifikasi permasalahan yang ada. Selain terkait management yang musti dibangun juga mengenai paradigma profesional
yang masih bias perlakuannya bagi LAZISMU Semarang. Membangun lembaga yang
profesional syaratnya adalah well fee. Bagaimana
jika karyawan tidak diberikan gaji yang memadai? Tentu saja mereka tidak akan
tenang dalam bekerja lantaran kebutuhannya belum tercukupi. Bahkan mungkin
sekali karyawan akan mencari tambahan penghasilan yang akan membuyarkan fokus
pekerjaan utamanya. Hal ini penting diperhatikan untuk membangun lembaga LAZ
menuju profesional.
Hal kedua untuk membangun
profesionalisme tentu saja membuat rencana strategis yang belum pernah dibuat.
Terkait pengembangan lembaga satu tahun hingga lima tahun kedepan. Setelah
Rencana strategi rampung, maka presentasikan kepada jajaran pengurus
Muhammadiyah. Hal ini penting untuk diketahui terlebih dahulu sejauh mana
komitmen para pengurus dalam mendukung LAZISMU Semarang. Bukan hanya itu
pemetaan pengurus siapa yang mendukung dan siapa yang tidak atau kurang
mendukung LAZISMU layak untuk dikaji. Ini penting lantaran LAZISMU berada dalam
naungan Muhammadiyah.
Audiensi dengan pengurus diharapkan
lancar, agenda selanjutnya dalah recruitmen
karyawan baru.Tentu saja yang sesuai kaidah HRD Right man on the right place. Tahap selanjutanya adalah
training-training dan up grade
karyawan. Baik dari level ketua hingga staff-staffnya. Ini akan menjadi jalan
panjang dalam sejarah training mereka, lantaran lembaga ini masih belum
terjamah management LAZ, mereka otodidak meskipun pernah juga mengadakan anjang
sana di LAZISMU Kendal yang telah mencapai pendapatan hingga Rp.2 Milyar selama
setahun. Bismillah....jalan ini jalanNYA, bahkan profesi yang disebutkan di
dalam al qur’an adalah amil zakat. Maka akan dimudahkan olehNYA jika kita
hambaNYA bersungguh-sungguh. Amiin.
Rasa sedih sebenarnya yang saya
rasakan ketika melangkahkan kaki keluar kantor LAZISMU Semarang. Lembaga Muhammadiyah
yang besar yang aset-aset wakafnya luar biasa besar, ternyata belumlah berpihak
nyata dan melihat lembaga LAZISMU nya untuk diberikan perhatian lebih dalam
mensejahterakan ummat. Kenapa masih jauh meletakkan fondasi profesionalisme
bagi lembaga-lembaga seperti ini? Bahkan mempunyai mimpi untuk membuat lembaga
itu profesional juga tak tergapai. Ada apa? Pemahaman tentang profesionalisme
yang dalam Islam merupakan pengejawantahan
dari itqon ternyata gagal dibahasakan
oleh lembaga sebesar ini. Menyedihkan.
Itqon berasal dari bahasa arab yang
secara sederhana diartikan dengan rapi dan profesional.
Secara praktis, setidaknya
ada empat hal penting yang membuat sebuah pekerjaan bisa dikatakan sebagai
pekerjaan yang Itqon : Melakukan pekerjaan tanpa caat, Disiplin mentaati
rambu-rambu dan tuntutan pekerjaan yang sedang dijalani, Melakukan pekerjaan
pada waktu yang seharusnya (tidak menunda-menunda), Selalu berpikir untuk bisa
mengembangkan pekerjaan itu, hingga tidak berjalan di tempat.
Dalam Hadits Rosul
disebutkan : ‘sesungguhnya Alloh menyukai sesuatu pekerjaan bila kalian
melakukan pekerjaan dengan rapi.” (HR.Abul Ya’la dan dishahihkan oleh Iman Al’albani).
Tradisi Islam saat ini dikenal hanya
ritual saja bagi sebagian umatnya. Bahwa Jika berbicara Islam maka urusannya
adalah datang ke Masjid, membaca Alqur’an dan lain sebagainya yang berbau
ritual saja. Tradisi Islam belum mengakar dalam lini kehidupan sehari-hari
termasuk dalam pekerjaan. Hingga budaya itqon
saja masih asing di kalangan penggerak organisasi Islam.
Tugas kita bagi yang
menemukan kondisi ini. Tentu saja dengan bersedih saja tak akan menyelesaikan
masalah ini. Do something, untuk
teman-teman LAZISMU Semarang kita akan bertemu pada sesi-sesi training yang
dalam bayangan saya akan panjang. Mulai dari membangun organisasi hingga skill karyawan...,, Well...
I choose it. Yuk terus semangat “menanam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar