Minggu, 17 Februari 2013

Rectoverso


Maraknya Novel yang difilmkan akhir-akhir ini sudah menjadi trend. Menjadi menarik lantaran sebagai penikmat novelnya penasaran menjadi sepeti apa versi layar lebarnya. Adalah Dee penulis kumpulan cerita  Rectoverso. Membaca karya-karya Dee yang sarat hal filosofis buat saya sangat menarik. Termasuk dalam Rectoverso. Rectoverso bukanlah Novel, ini merupakan kumpulan cerita-cerita pendek yang dilengkapi dengan cd berisi lagu-lagu. Akhir-akhir ini ditiru oleh para motivator muslimah seperti Oki Setiana Dewi dalam Hijab I’m in love dan Febrianti Almeera dalam Be Great Muslimah.  Jika Dee menulis novel atau kumpulan cerita beserta lagu maka kedua motivator muslimah tadi menulis buku motivasi dan lagu. Mungkin juga Mas Ippho Santosa meniru gaya Dee dengan menyertakan cd lagu beliau dalam salah satu buku motivasinya. Intinya, saat ini sedang in menulis buku dan mengarang lagu.

Menilik layar lebar Rectoverso dengan membandingkan ansih dengan kumpulan ceritanya tentu tidaklah fair, bukunya tentu lebih kaya. Namun menurut saya para sutradara muda dan pemula sebut saja Olga lydia, Chatty Sharen, Happy salma, Marcella zalianty dan Rachel Maryam berhasil memvisualisasikan buku Dee. Bagus!. Bertaburan artis-artis berbakat negeri ini seperti Lukman sardi yang berhasil memerankan sosok abang, nampak mewakili artis senior widyawati dan banyak lagi artis papan atas disana. Hingga sebenarnya film tersebut menarik lantaran sutradaranya atau banyaknya artis-artis papan atas yang memerankannya. Tentu bias, lantaran saya juga minim pengetahuan tentang pembuatan film dari sisi lighting dan teknik-teknik perfilman yang lain yang itu menjadi kriteria untuk menilai sang sutradara apakah bagus atau tidak karyanya.

Paling saya suka adalah kelompok diskusi FIRASAT. Dimana dalam kelompok tersebut membahas tentang bagaimana memaknai bahasa alam yang pada awal mulanya menyatu dengan diri manusia. Sebelum manusia mampu menciptakan bahasa tentu saja. Dalam bagian cerita yang lain tentang para backpecker yang berdiskusi kecil disebutkan tentang Low of attraction dan teori cheos.  Dari benang merah kedua bagian cerita tentang kelompok FIRASAT dan Beckpecker maka ajarannya kembali kepada alam. Ajaran siapa ini ? Menurut saya ini merupakan ajaran agama Budha.

Tidak buruk, baik dan menenangkan. Hanya sebagai seorang muslim perlu berhati-hati mengkritisi apa itu firasat? Bagaimana firasat dalam terminologi tradisi Islam?. Dalam club FIRASAT nampak ada salah satu anggota yang berhijab, ini menggambarkan bahwa ajaran itu universal, memang benar. Seperti yoga saja. Berlatih Yoga juga menenangkan. Dan yoga berasal dari tradisi umat budha. Yoga yang saat ini masuk dalam bagian kebugaran tubuh tidak menjadi masalah pula bagi umat yang lain yang memilih yoga sebagai sarana olah kebugarannya.

Saya mengartikan firasat adalah kepekaan hati kita dalam mengartikan apa keinginan Allah SWT atas diri kita. Kepekaan hati ini dapat dilatih, dengan membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati seperti, dengki, sombong,arogan dan lain sebagainya. Membersihkan penyakit hati bisa dengan taubatan nashuha dan berdzikir. Memperbanyak ibadah baik yang sunah maupun yang wajib akan memancarkan mata hati. Maka sangat mungkin bashiroh seseorang akan keluar. Orang-orang yang mempunyai bashiroh ini yang menurut saya firasatnya akan benar. Saya sepakat dengan kesimpulan mengenai firasat dalam film Rectoverso. Bahwa jika kita mempunyai bashiroh dan bisa berfirasat dengan benar maka kita juga tidak bisa menghindari kejadian-kejadian apa yang akan terjadi baik itu kejadian yang baik maupun kejadian yang menyedihkan. Itu akan melahirkan keimanan. Iman kepada takdir, baik itu takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Yang saat ini istilah takdir seringkali tidak femiliar diantara kalangan anak muda dan kaum-kaum profesional yang sedang semangat-semangatnya bekerja untuk mengejar karir. Menonton film rectoverso buat saya bukanlah final tapi sebagai pemantik gagasan untuk untuk merenung/berkontemplasi, dan musti ditambah value lain menurut pribadi saya yang mencoba memahami hidup dengan tradisi Islam. Sehingga tidak bisa menelan bulat-bulat apa yang disampaikan Dee dalam film tersebut.

Siapakah Dewi Lestari yang bernama pena Dee? Menurut saya pemikiran Dee mirip atau sebelas dua belas dengan Reza Gunawan (Pakar Holistik). Reza yang dulu rutin mengisi acara  di O channel (salah satu TV lokal Jakarta) setiap selasa pagi minggu kedua kalu tidak salah, sering sekali mengungkapkan konsep-konsep terapinya. Seperti sini kini, accepted dan lain sebagainya. Konsep accepted juga tergambar dalam Rectoverso saat musibah atau ujian melanda maka terima keadaan itu. Setelah jiwanya menerima baru bisa move up untuk memulai merehabnya. 

Begitu dekatnya pemikiran-pemikiran Dee dengan Reza. Hingga suatu ketika mereka dikabarkan menikah. Ketika buku Rectoverso terbit, Dee masih berstatus istri Marcel siahaan. Reza dan Dee adalah sahabat ternyata. Saya ingat betul saat Reza ditanya kenapa menikah dengan Dee? Apa karena saling mencintai? Reza menjawab “saya tidak tahu memberi nama apa hubungan antara saya dan Dewi, mungkin di sini bentuk yang tepat untuk menggambarkan hubungan saya dengan Dewi adalah pernikahan”. Saat itu Dewi nampak speachles....dalam hati saya berkata...”Dewi pengen dengar bahwa Reza mencintainya seperti para perempuan pada umumnya, namun ternyata Reza berkata lain. Nah loh.......”

 Marcel  Siahaan  termasuk dalam daftar penyanyi yang menyanyikan lagu firasat yang sebelumnya dalam cd Rectoverso dinyanyikan oleh Dee dan saat ini dalam layar lebar original soundtraxnya dinyanyikan oleh Raisa. Semuanya bagus tapi saya paling suka versi Raisa. Lagu yang lain curhat sahabat yang dinyanyikan oleh Acha Septriasa ditemani Toh Pati lumayan bagus, namun saya lebih suka dinyanyikan oleh penyanyi aslinya Dee. Lagu Malaikat juga tahu dinyanyikan ulang oleh Glen Friedly dengan versi piano, not too bad namanya juga Glen gitu loh.....namun saya sudah terbiasa mendengarkan versi aslinya jadi akan saya sediakan dua-duanya dalam playlist saya versi Glen dan Dee.

Saya memberi nilai film ini  delapan saja, ini sudah mendapatkan A. Namun ada kritik saya kepada para sutradara-sutradara di Indonesia. Kenapa juga musti narsis ikut tampil dalam filmnya? Meskipun hanya selintas menurut saya tidak perlu. Tugas sutradara itu di belakang layar, kalau mau didalam filmnya ya sebagai artis saja jangan sebagai sutradara. Tidak hanya kelima sutradara Rectoverso ini saja yang narsis masuk dalm film, namun beberapa film-film Indonesia yang pernah ada seperti Hanung Bramantio dalam Perahu Kertas serta dalam Habibi dan Ainun turut masuk narsis dalam film. Jika filmnya bagus nantinya juga penonton akan terpancing untuk cari tahu siapa sutradaranya, atau masyarakat juga akan aware dari peliputan para wartawan. Kalau toh tidak ada yang meliput juga sudah dibayar oleh produsernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...