Rabu, 06 Februari 2013

Ambil Bagian Dalam Kebaikan

Banyak sekali kisah di negeri ini dua minggu terakhir. Mulai dari kisah penangkapan artis muda tanah air yang menggemparkan dunia televisi dan social media karena kasus NARKOBA, serta kasus yang menimpa salah satu partai Islam yang saat ini terlihat paling bersih diantara partai-partai yang lain. Sedih dan miris melihat apa yang terjadi di negeriku tercinta. Sungguh saya mencintai negeri ini. Namun diwaktu yang sama saya termasuk dalm yang kecewa dengan Partai Islam tersebut. Saya bukan kader teladan dalm partai tersebut, saya juga bukan aktivis pergerakan partai tersebut. Namun saya sering terpesona dengan beberapa ustadz dan ustadzahnya. Sebut saja ustadz Ihsan Tanjung, yang dulu sering dan hampir tiap hari saya mengikuti kajian tafsir fii dziilaalul qur'an di salah satu TV kabel yang ada di negeri ini. Memang saya juga tahu ustadz Ihsan Tanjung juga termasuk yang menjadi ustadz saja tidak berpolitik lagi. Dulu iya beliau berpolitik dan saat ini beliau memilih untuk mengambil bagian dalam tarbiyahnya saja.

Ustadzah Yoyoh Yuzroh salah satu ustadzah kebanggaan saya. Beliau telah dipanggil yang maha kuasa, saya merasa nyaman dan enak mendengarkan penuturan beliau, selalu ada ruhnya yang terpancar indah dari kemuliaan akhlaq budinya. Semoga beliauditempatkan disisiNYA ditempat yang terbaik, Allohumma Amiin. Dalam kajian tarbiyah yang saya ikuti, banyak positifnya. Selain mengevaluasi amalan yaumi juga meneguhkan semangat dakwah agar terus membara.Alhamdulillah itu berhasil. Hingga saat ini saya masih dalm kajian yang diasuh oleh salah satu ummahat namun saya absen dulu untuk aktifitas partai. Saya bukan pula elemen penting dalm partai itu. Namun saya juga tidak pernah menimbang apakah itu penting atau tidak. Why? karena dakwah adalah jalan saja. Ada yang memang serius memilih jalan dakwah dengan mengikuti dan aktif dalam partai namun masih banyak lahan dakwah yang lain selain partai.

Memilih profesi sebagai nadzir wakaf di Tabung Wakaf Indonesia - Dompet Dhuafa dan bekerja di Muamalat Institute merupakan jalan saya untuk berdakwah. Tak dipungkiri juga saya mendapatkan gaji dari pekerjaan saya, namun saya merasa itu adalh amanh dakwah, tidak hanya sekedar mendapatkan gaji, namun lebih dari sekedar itu. Memilih pekerjaan yang lain juga sbenarnya bisa lantaran saya lulusan fakultas ekonomi jurusan managemnt yang sangat berpeluang untuk bekerja pada sektor atau perusahaan-perusahaan swasta. IPK saya juga tidak jelek terbilang lumayan dan saya bukan termasuk mahasiswa yang bodoh dikampus.  Semua adalah pilihan. Pilihan untuk berdakwah (menyampaikan kebaikan). 

Selain bekerja, saya masih menyempatkan diri bersama teman- teman untuk merintis korps alumni FoSSEI tempat dimana saya pernah aktif saat menjadi mahasiswa. Alhamdulillah teman-teman sekarang sudah mengembangkan BMT TAWFIN di Jl. setia budi dan program diskusi yang diketuai oleh mas Alfi Wijaya dari UGM. Tetap semanga ya mas, menjadi perintis memang berat, dikritik teman kadang dicemooh, seperti itu jalan dakwah. Namun nanti jika KA FoSSEI kita besar pasti banyak yang ingin ikut bergabung. Itulah kenapa Alloh SWT menitipkan orang-orang pilihan untuk merintis barisan kebajikan di bumi Alloh. One more tetap semangat!

Semua itu sudah berlalu, saatnya saya menghadapi hidup dan berkarya terus di kotaku saat ini Semarang. Bertempat tinggal di Semarang saat ini, yup sebagai takdir. Menjalani kuliah S2 dan menikmati swasana dan gejolak zaman di Semarang. Tak seperti di Jakarta memang. Kearifan-kearifan lokal yang kurindukan yang menghilang selama saya di Jakarta kini dapat saya rasakan kembali. Salah satunya hubungan pertemanan yang guyup atau mengumpul antar teman masih sangat terasa. Ini berbeda kondisinya dengan di Jakarta, yang kadang teman satu kost saja ada yang tidak saling mengenal. Apalagi saling perduli, mengenal saja tidak. Kultur anak-anak organisasi juga sedikit berbeda. Rasa kepedulian masih tinggi di Semarang, ramah dan perduli. Hal-hal semacam ini yang perlu dipupuk di negeri ini ke-Indonesiaan yang sangat positif bagi kehidupan.

Kemarin saya menyempatkan diri bersilaturrahim dengan teman-teman baru yang catik-cantik dan ingin sholehah di komunitas Hijabers Semarang (HS). Sebenarnya saya sudah lama menyimak dan menunggu-nunggu pengumuman kapan diadakan kajian atau kegiatan selain kajian. Alhamdulillah setelah fakum beberapa bulan, hari ahad minggu lalu kajian dilaksanakan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Mulailah saya berinteraksi dengan ukhti-ukhti cantik, modis dan ingin sholihah. Saya merasa nyaman berada diantara mereka, yup smart-smart. 

Berawal dari pertemuan saya dulu waktu masih di Jakarta dengan Etu dan beberapa teman-teman dari Hijabers Community (Hc) Jakarta yang sedang menjajaki kerjasama event dengan lembaga tempat saya bekerja. Asyik dan saya nyaman berbincang-bincang dengan mereka. Mungkin di Semarang ini kuturnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak Hijabers community  (Hc)Jakarta.Ternyata Hs dan Hc untuk saat ini belum ada ikatan khusus secara keorganisasian meskipun silaturrahim internal diantara personel Hc Jakarta dan HS sudah terjalin. Menurut saya ini unik. Bagaimana mencitrakan Hs yang berbeda dengan Hc. Atau menyamakan HC dengan Hs.Tentu saja kekhasan khusus HS musti digali. Di Hs banyak ukhti-ukhti yang hijabnya sudah syar'i tidak semuanya murni style saja. Namun model-model ala Fitri aulia yang syar'i and Stylis sudah saya liahat beberapa. Namun masih beragam yang cukup hijab saja.

Sungguh sedih melihat banyak akhwat-akhwat yang merasa hijabnya sudah syar'i dengan panjangnya namun berperilaku menghujat para jilbaber yang dengan semangatnya berhijab. Dan mereka mencoba menghijabi pula dirinya dengan ikut dalam kajian-kajian untuk menambah pengetahuan tentang agama yang kemudian akan mereka amalkan. Itu adalah peluang dalam dakwah, itu merupakan sebuah energy besar menurut saya. Mereka itu smart hanya belum paham saja. Arus ini akan semakin membesar, seiring perkembangan zaman. Anak-anak hijabers itu sangat dinamik, dan perlu organisasi yang kuat untuk mengurus source SDM. Ini bagian dalam membangun peradaban. Kelak para hijabers ini akan menjadi ibu. Saya prediksikan mereka adalah ibu-ibu dari kalangan menengah. Mereka berpendidikan tinggi dan banyak yang saat ini dari keluarga berada dengan indikasi mereka membawa kendaraan pribadi.

Ini ladang amal baru, saatnya merintis organisasi yang bagus bagi para hijabers. Saya sangat yakin dengan teman-teman baru di Hijabers Semarang akan bisa mewujudkan organisasi dengan tata kelola yang bagus dan akan menjadi lokomotif besar bagi pembinaan calon ibu bagi status ekonomi menengah kedepan. Menurut Bapak Anis Baswedan Rektor Universitas paramadina dalam salah satu seminarnaya, beliau menyampaiakan ciri-ciri negara maju adalah gemuk/besar golongan ekonomi menengahnya. Indonesia akan dibawa kesana jika ingin maju. Mengerikan jika golongan keluarga menengah keatas dimasa depan tidak mendapatkan bekal. Mereka akan memasuki suatu masa mempunyai uang berlebih. Pemikiran rasional lantaran golongan ekonomi menengah lahir dari kaum yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Peran Ibu sebagai bendahara dalam keluarga menjadi vital, bisa dibayangkan jika para ibu dari golongan keluarga menengah keatas tidak mempunyai kebiasaan dan pegangan dalam berbelanja. Ini akan menjadi sasaran empuk bagi pasar produk. Dengan bekal perencanaan keuangan keluarga yang Islami misalnya, bisa menjadi bekal bagaimana nanti berperan sebagai bendahara keluarga yang islami. Dan banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyiapkan calon-calon ibu masa depan. Melihat peluang dalam dakwah juga perlu, agar dakwah itu up to date tidak menjenuhkan dan sesuai dengan tantangan zaman. 

Masih ada jalan yang lain untuk perbaikan negeri ini. Jangan pesimis itu benar. Harapan itu masih ada, juga benar. Mari menyiapkan pranata-pranata sosial yang ada di negeri ini, benahi apa yang bisa kita benahi. Ambil bagian apa yang bisa kita kerjakan, dan lakukan saja. Tidak harus menjadi terkenal atau bisa masuk di TV baru bisa berkontribusi. Menjadi orang biasa saja namun bermanfaat untuk sesama itu mulia sekali disisiNYA. Jika nanti semua siap maka gongnya baru politik. Jika sekarang politik banyak yang pesimis, termasuk saya, semoga ini hanya sock theraphy saja. Berharap ini takkan lama....yuk siapkan pranata kemajuan bangsa ini, jadilah bagian dalam peradaban, ambil bagian dalam kebaikan sebisa dan semampu kita. Dan ingat bahwa kita yang membutuhkan dakwah bukan dakwah yang butuh kita. Hal yang sangat mengena untuk selalu kita ulang-ulang adalah niat yang benar. Bahwa Niatkan kita untuk bermanfaat bagi sesama dengan jalan yang kita pilih sendiri-sendiri agar kita menjadi hambaNYA yang paling mulia disisiNYA. Amiin Ya Robb....."sebaik - baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (HR.Bukhori). Wollohu'alam Bii Showab......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...