Sabtu, 16 Februari 2013

The Power of Doa


Belum lama saya merasa lega dan bisa ikut senang akan perubahan seorang teman lama. Yup melihat teman lama kembali ke jalan yang benar menurut saya. Alhamdulillah Wa Syukurillah...salah satu doaku diijabah.Happy..... Sebagai seorang manusia biasa itu wajar mengambil sikap berseberangan dengan teman bahkan mungkin sahabat kita yang pada kenyataannya telah berubah. Saya pernah berteman dengannya meskipun tanpa berinteraksi langsung di dunia nyata. Kami berteman di dunia maya. Hingga saat saya kuliah S1 saya bertemu salah satu sahabatnya. Mereka bersahabat  saat di bangku SMU. Bahkan bersahabat karib. Namun di tengah perjalanan mereka tumbuh, teman dunia maya saya bertemu pola pemikiran baru. Yang mengandalkan pemikiran sendiri untuk menguak apa yang menjadi keresahan-keresahaannya. Mungkin juga menjadi bagian agen salah satu kelompok pemikir freemason.
 
Tindakan seorang sahabat adalah mengambil jarak untuk tidak bersahabat lagi dengannya. Itu yang diambil  untuk menyikapi perubahan teman dunia maya saya. Saya kemudian menyimpulkan, seperti itulah persahabatan laki-laki dengan laki-laki. Jika sudah tidak sepemikiran maka putuskan! Menurut saya sebuah ikatan itu adalah takdir. Bahkan ketika kita diberikan teman dengan perangai dan pemikiran yang berbeda dengan kita maka itulah takdir kita. Sikap terbaik kita adalah menerima, accepted. Kemudian melakukan hal apa yang membuat sahabat kita kembali ke jalan yang benar. Mengajak seorang pemikir agen freemason yang terkenal sok pinter tidaklah mudah. Sikap arogansi yang merupakan salah satu bagian dari penyakit hati sudah menutupinya. Sehingga mereka merasa dia yang paling tahu sehingga ia menjadi sombong. Satu tingkat diatas sombong adalah arogan. Pada kenyataannya agen-agen freemason itu memang dianugrahi otak yang cerdas namun mengidap penyakit hati jenis sombong atau setingkat diatasnya yang bernama arogan.

Berteman adalah salah satu jalan untuk “menanam”, tentu saja menanam kebaikan. Masih ada jalan bagi kita untuk menyelamatkan teman-teman kita dengan cara mereka berfikir seperti agen-agen freemason. Tentu saja tidak dengan ikut berdebat dengan mereka, karena pasti kalah. Maka yang dilakukan adalah berusaha memahaminya dan mendoakannya. Memahami merupakan langkah awal untuk bisa mengasihinya. Maka kita sebaiknya kasihan dengan mereka. Kasihan berasal dari kata dasar kasih, implementasinya adalah membantunya keluar dari cara salahnya menilai/memikirkan sesuatu yang menuhankan akalnya. Itulah wujud kasihan kita. Bisa dilakukan dengan memanjatkan doa untuk teman kita yang masih dijajah dengan pemikiran-pemikirannya sendiri ala agen freemason untuk kembali kepada jalan yang benar, jalan tauhid. Jangan putus asa, karena ada Alloh yang maha pemikir dan maha membolak – balikan hati seseorang. Subhanalloh, Alloh itu juga samii’un bashir.....kini saya bisa melihat teman dunia maya saya dahulu berbalasan komentar via FB dengan sahabat dimasa SMA pertanda mereka sudah akur kembali. Senang melihatnya.

Kadang saya malu sendiri, mungkin kebaikan-kebaikan kita saat ini berkat doa sahabat atau teman-teman kita yang sangat peduli dengan kita. Teman yang selalu memanjatkan doa kepada kita akan apapun hal yang menimpa kita. Sungguh betapa mulia hati teman-teman kita barang kali....apalagi jika mempunyai teman atau sahabat yang rajin sholat malam kemudian memanjatkan doanya untuk kebaikan kita, subhanalloh teman atau sehabat seperti itu sungguh luar biasa. Bahkan mengirimkan doa bisa dilakukan dimana saja, untuk siapapun di belahan bumi manapun. Suatu ketika saya pernah tertegun dan meneteskan air mata. Tatkala saya sedang diuji oleh Alloh SWT,dan saya menerima inbox massage via FB saya, dan mengatakan saya selalu mendoakanmu....sahabat saya jauh di Ireland. Kebersamaan yang dahulu sering dilakukan, bisa diganti dengan mengirimkan doa. Itu indah sekali. Bahkan jangan hanya bersahabat dalam interaksi sehari-hari seperti curhat saja, namun ditambah dengan mendoakan sahabat-sahabat kita yang sedang mendapatkan ujian atau musibah. 

Mengecek kembali list doa yang kita sering panjatkan adalah penting. Biasanya kita memanjatkan doa-doa untuk kedua orang tua kita, keluarga kita, dan tentu saja terkait diri kita. Menambahkan doa untuk sahabat-sahabat kita yang perlu kita “kasih”ani juga sangat mulia. Bahkan tanpa si penerima doa tahu bahwa kita mendoakannya itu super mulia. Mendengar sahabat atau teman kita lulus dari ujiannya yang menimbulkan “kasih”an nya kita kepadanya adalah “sesuatu “ rasanya lega dan bahagia.
Serasa kelegaan saya membuang satu daftar list dalam doaku terkait teman dengan identifikasi “kasih”an yang sedang mengidap penyakit hati dengan cara berfikirnya ala agen-agen freemason. 

Belum lama ini saya bertemu teman yang mempunyai takdir bersama-sama menjalani studi di MM UNDIP. Beberapa kali ngobrol, berduskusi dengannya , mulai mencoba alternatif tawaran tentang caranya menemukan kebenaran-kebenaran versinya. Saya coba tawarkan untuknya mendapatkan seorang guru. Bagaimana jika kamu berguru dengan Harun yahya? Jika jarak yang menjadi kendala, bisa melalui on line dengan Beliau. Ternyata dia tidak berkenan. Saya akan coba usahakan menemukan link ke Harun Yahya dari salah satu teman  saya. Ya sudah....saya memutuskan untuk mengambil langkah yang sama mulai memasukkannya dalam daftar list doa saya setelah sholat fardhu....agar teman saya ini diberikan jalan yang lurus.

 Baru tadi malam dia berseroloh, saya mau berguru dengan seseorang. Saya langsung bersemangat : sama Harun yahya? Teman saya tersenyum dan menyampaikan keinginanya untuk berguru kepada Sidharta Gautama. Mungkin saat ini adalah the power of Doa yang bisa saya lakukan untuk temanku yang saat ini saya “kasih”ani. Berharap kepada Alloh SWT agar teman saya ini kelak suatu saat nanti menemukan jalan yang benar / jalan tauhid tidak memperturutkan otak cerdasnya saja. Menurut Erwin Yap pakar kebudayaan Cina, hanya beda tipis antara genius dan gila. Semoga saya dapat merasakan “ sesuatu” kebahagiaan lagi melihat teman kita terbebas dari penyakit sombong akutnya. Wollohu alam bi showab......




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...