Kamis, 21 Februari 2013

Kursus Bahasa Arab

Hampir tiap hari kita membuka dan membaca alqur'an namun setiap kali pula kita tercengang dan tak mengerti apa maksud atau arti lantunan al qur'an yang kita baca sendiri maupun yang kita dengarkan dari MP3. Hanya sesekali waktu biasanya tilawah ba'da shubuh kita menyempatkan untuk tadabbur al qur'an dengan artinya. Setelah itu tiada yang membekas. Betapa indahnya jika saya bisa mengartikan al qur'an yang berbahasa arab itu japanpun dan dimanapun.

Adalah mbak Dika teman baru saya yang mengajakku belajar bahasa arab. Dika sangat semangat mengkaji ilmu agama, ia kutemukan saat kami  bersama-sama dalam satu kajian tematik pekanan pada salah satu ustadzah di Semarang. Ternyata Dika adalah kakak kelasku di MM UNDIP, ia angkatan 41 dan saya angkatan 42. Well....buat saya, saya teringat saja teman lama saya di kantor dulu yang lulusan pesantren, ia bisa mengartikan bacaan-bacaan al qur'an tanpa melihat kamus atau terjemahan Al-qur'an. Terkadang teman lama saya ini juga berbicara dengan salah satu staff di kantor kami dulu dengan menggunakan bahasa arab. Yup keduanya adalah lulusan pesantren.

Metode yang digunakan kali ini adalah metode Al-Badru. Ini salah satu metode pembelajaran nahwu-shorrof. Ustadz Edy namanya yang mengajarkan metode ini. Ditanya pernah belajar nahwu-shorrof? dahiku mengernyit kembali mengingat masa kecilku usia SD. Saat sore hari saya mengikuti sekolah sore di Madrasah Diniyyah Al-Iman. Belajar Nahwu-Shorrof juga, namun saya sudah lupa. Metode yang digunakan juga berbeda.Lebih kepada materi pengertian-pengertian, yang saya ingat : Ma huwal Kharfujjar? (apakah itu huruf jaar?) Sedangkan dalam metode Al-Badru adalah paraktik langsung dengan kolom-kolom rapi yang tersedia. Menulis adalah latihan pertama. Peserta kursus diminta menulis lembaran-lembaran latihan untuk melatih dan memahami Tashrif Istilahi. Terkait di dalamnya fi'il madi, Fi'il Mudore,Masdar,Isim Fail,Isim Maf'ul,Fi'il Amar,dan Fi'il Nahyi.

Dalam perjalanan saya dan Dika mengobrol, nampak disana Dika pengen mengetahui seperti apa ekonomi syariah versi Pak Zaim Saidi (Mantan Direktur saya dahulu saat di TWI-Dompet Dhuafa yang sering kami panggil babeh).Berbicara ekonomi syariah yang ada pada umumnya saya menyebutnya comman yang dibawa oleh penggerak-penggeraknya seperti Bang Adi warman Kariem, Ustadz Syafi'i Antonio tentu saja tak akan lepas dari pembicaraan kami. Hanya saja rupanya Babeh harus membayar jasa marketing neh kepada saya lantaran saya merekomendasikan dua buah bukunya Heideger for Muslim dan Ilusi Demokrasi. Ah Babeh..hari ini saya bercerita sebagian slide-slidemu itu Beh....smoga bermafaat buat Dika. Amiin....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...