Jumat, 01 Maret 2013

Konser Inspiratif

Konser Inspiratif merupakan salah satu model konser yang memadukan dua event yakni konser musik dan malam amal. Glenn Fredly tentu saja sudah tidak asing bagi penikmat musik jazz Indonesia, salah satu pengusung Jazz Indonesia ini kerap mengadakan konser amal di Fx Jakarta bersama musisi jazz Indonesia yang lain. Kemarin, tepatnya hari Kamis tanggal 28 Februari 2013 bertempat di ballroom Hotel Horison Semarang saya berkesempatan untuk menikmati konser sekaligus malam amal bagi mereka yang berkebutuhan khusus di Rumah Inspirasi. 

Rumah Inspirasi merupakan gagasan dari Bpk Ciptono, guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Semarang. Rumah Inspirasi menampung dan memfasilitasi anak-anak hingga remaja berkebutuhan khusus seperti tuna rungu, tuna daksa, penderita autis untuk berkembang sesuai bakat dan minatnya. Ada yang mempunyai bakat menghafal ratusan lagu, bernyanyi, make up, fashion disign, menghafal al qur'an dan masih banyak lagi bakat-bakat yang dilahirkan dari mereka anak-anak didik Pak Ciptono. Tujuannya adalah untuk menginspirasi masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia untuk tidak membedakan keberadaannya namun memberikan kesempatan kepada mereka dalam lini kehidupan kita sehari-hari. Selain untuk membangun paradigma tersebut, tentu saja anak-anak Bpk Ciptono ini akan mampu memberikan inspirasi bagi kita yang mempunyai kondisi fisik yang normal namun belumlah bisa berbuat sesuatu.

Pak Ciptono menggambarkan kondisi anak-anak beliau dengan perumpamaan yang sangat mudah. Sebagai contoh adalah analogi keadaan beliau. Pak Ciptono mempunyai cita-cita sebagai seorang dokter, dua kali beliau mendaftar di universitas jurusan kedokteran namun gagal, hingga akhirnya memutuskan untuk menggeluti bidang anak-anak berkebutuhan khusus dan mendedikasikan hidup beliau pada bidang tersebut. Seperti itulah hidup. Terkadang Alloh SWT tidak memberikan apa yang manusia inginkan. Begitu pula anak-anak berkebutuhan khusus, mereka adalah manusia yang menjalani hidup dengan ketentuan Alloh SWT yang tidak sesuai keinginan mereka. Itu sebabnya mereka tidak perlu dikasihani, melainkan diberi kesempatan saja.

Hal yang cukup menarik adalah model fundraising yang dilakukan oleh Bapak Ciptono.Untuk mewujudkan visi beliau menjadikan Semarang menjadi pusat inspirasi dunia adalah dengan membangun anjungan-anjungan seperti di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) namun berisikan rumah-rumah bagi anak-anak berkebutuhan khusus dalam satu area. Rencananya area inspirasi ini akan dibangun diatas tanah seluas 3 hektar. Saat ini yang dilakukan adalah melakukan fundraising dengan skema wakaf tanah per meter.  Pemilihan skema wakaf ternyata bukanlah kendala untuk tetap menggaet donatur yang beragama non muslim dan masyarakat bermata sipit yang kebanyakan mereka bukan muslim.

Hal yang unik dan menarik adalah dengan menggandeng artis-artis nasional. Seperti dalam konser kali ini, Hotel Horison dan beberapa sponsor mensupport malam Inspirasi dengan menghadirkan Glenn Fredly dan Seventeen.Kombinasi dua genre musik yang berbeda segmen penikmat musik masing-masing. Seventeen tentu saja ditujukan bagi mereka yang masih terbilang muda. Dan nampak Ivan sang vokalis Seventeen bermata sipit, ini merupakan magnet bagi para chines Semarang untuk datang dalam konser tersebut dan mewakili mereka karena sama-sama bermata sipit. Sementara Glenn Fredly dihadirkan untuk menyasar penikmat musik dengan usia diatas ABG. Harga tiket bervariasi mulai dari Rp.125.000,00 hingga Rp.400.000,00.Tentu saja tak hanya konser musik, namun ditambah dengan kegiatan amal.

Melihat strategy fundraising yang dilakukan Pak Ciptono saat ini, adalah personal branding.Hal tersebut terlihat dengan tampilnya Bapak untuk mendampingi anak-anaknya dan mencantumkan rekening atas nama pribadi beliau untuk menggalang dana. Hal ini bukan tidak baik untuk saat ini. Namun perlu kita belajar dari strategy ini sebelumnya yang telah mengimplementasikan personal branding. Sebut saja Aa Gym dengan manajemen qolbu dan daarut tauhidnya. Aa gym memisahkan lini bisnis dengan lini dakwah yang tidak berujung pada laba/nirlaba. Untuk jalan kedua-duanya mengandalkan personal branding Aa Gym sendiri. Di tengah perjalanan ternyata Aa Gym mengalami ujian dalm hidup beliau yang berdampak dengan persepsi/ opini masyarakat terhadap apa yang menimpa Aa Gym yakni terkait poligaminya Aa Gym.

Setelah kasus poligami Aa Gym mencuat, ternyata lini nirlaba Aa Gym dalam naungan Daarut thauhid mengalami penurunan pedapatan dan berkurangnya jamaah Aa Gym yang datang ke pengajian beliau. Bagaimana dengan lini management qolbu sebagai lini untung/laba/ bisnis Aa Gym? Untung saja pada lini ini sudah dibangun management  untuk masing-masing unit usaha Aa Gym, al hasil penurunan pendapatan tidak drastis dan pelan-pelan management masing- masing unit bekerja secara sistem untuk meningkatkan labanya. Nah hal ini perlu dicermati oleh Bapak Ciptono. Untuk saat ini masih baik jika Bapak Ciptono menggunakan personal branding beliau yang ternyata juga merupakan kepala sekolah di SLB Semarang. Namun membangun organisasi dan management yang baik bagi kelangsungan visi jangka panjang beliau yang ingin menginspirasi dunia, maka hukumnya wajib untuk menjadikan lembaganya tersebut mapan dalam management.

Terlepas dari menariknya acara amal, saya juga menikmati sekali konser Glenn Fredly. Glenn membawakan lagu-lagu lamanya seperti terserah, terpesona. Serta membawakan satu lagu baru yang baru sekali dinyanyikan di konser Glenn yang berjudul Renjangan. Renjangan merupakan satu judul lagu terbaru Glenn yang pertama kali dinyanyikan pada konser inspiratif kemarin, rencananya Glenn akan menyanyikan lagu tersebut nanti hari Minggu dalam perhelatan Java Jazz Festival di Jakarta. Selain Renjangan tentu saja Glenn menyanyikan salah satu soundtract film Rectoverso yang masih diburu penikmat film Indonesia di bioskop-bioskop saat ini "Malaikat Juga Tahu". Selain Glen Fredly, Seventeen juga tampil. Group band yang menyasar segmen anak-anak remaja dan mahasiswa ini sangat energik. Hanya saja saya memang bukan penggemarnya, alhasil saya juga tak mengenal lagu-lagunya. Namun saya pernah membaca biografi sepintas di salah satu harian terkait vokalis seventeen Si Ivan. Yup...talended dan pekerja keras. Maka saya juga tak heran, meskipun kemarin Ivan sedang kurang fit dalam kondisi batuk namun bisa menghadirkan penampilan yang memukau penonton.

Last But Not Least saat ini memang musti mengkombinasikan acara-acara konser musik dengan amal atau acara-acara yang positif lainnya. Sehingga tidak cuma tujuan untuk uang-uang saja bagi promotor namun juga value lain dari sebuah konser. Hal ini bagus ditiru untuk promotor-promotor konser artis baik kaliber artis dalam negeri maupun konser artis luar negeri. Menarik sekali tentu saja jika misalnya perhelatan Java Jazz Festifal juga mengadakan fundraising atau malam amal untuk  membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan, sehingga konser musik bukanlah ansih konser saja namun menambah value positif yang lain bagi penikmat musik/penonton juga bagi sesasama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...