Melewati masa penyesuaian materi
kuliah di MM UNDIP biasa disebut matrikulasi. Matrikulasi ditujukan untuk
pengayaan atau penjajakan baru terkait
ilmu management bagi mahasiswa
barunya. Hal yang tak lazim dilakukan oleh MM UNDIP mewajibkan mahasiswa yang
berkuliah s1 management untuk
mengikuti matrikulasi. Setahu saya di Universitas negeri yang lain tidak
diwajibkan mengikuti matrikulasi bagi mereka yang saat studi strata satunya
adalah management. Akhirnya saya yang
berkuliah managent saat dibangku
strata satupun mengikuti aturan tersebut. Alhamdulillah saat ini matrikulasi
telah saya dan teman-teman seangkatan (angkatan 42 – pagi ) saya jalani.
Dalam ilmu komunikasi, fase
mengevaluasi efektifitas komunikasi sangatlah penting. Begitu pula para dosen
yang bertanggung jawab menyampaikan pelajaran (mata kuliah) di depan kelas
sebagai communicator (penyampai
pesan) sebaiknya kita evaluasi. Sungguh menarik mengalami kuliah bersama para
dosen baru di UNDIP bagi saya. Mungkin bagi teman-teman yang menyelesaikan
strata satunya di Management UNDIP bukanlah hal yang baru, mereka sudah terbiasa
dan mungkin sudah paham dengan gaya komunikasi dari masing-masing dosen. Selain
gaya komunikasi tentu saja kesinkronan antara mata kuliah yang diajarkan dengan
apa yang disajikan dalam selabus matrikulasi (berwarna hijau) yang telah
dibagikan pada awal mengikuti kuliah matrikulasi.
Well......saya bisa tersenyum dan
kadang tertawa sendiri menilai bagaimana para dosen menyampaikan kuliah. Ada
yang membuat saya kagum tentu saja. Dedikasi
dan idealismenya dalam menjunjung tridarma perguruan tinggi yang
meliputi pengajaran di depan kelas, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sebut
saja Prof. Purbayu yang mengajar ekonomi mikro. Nampak ruh ke-profesorannya
hadir di depan kelas menurut saya. Pelajarannya memang tidak mudah, mahasiswa
akan diajak berhitung, menggambar kurva dan menganalisanya. Disitulah indahnya
ilmu ekonomi menurut saya. Contoh-contoh yang beliau berikan juga up too date dan menumbuhkan idealisme.
Menurut saya seorang dosen itu
harus idealis. Why? Karena beliau bukan Cuma pengajar namun pendidik. Dalam
mengajar tentu saja bukan perkara yang sulit lantaran materinya jelas di silabus.
Namun sisi mendidik itu yang perlu terus diasah bagi para dosen. Mendidik tentu
terkait dengan hal-hal normatif yang ideal. Dari hal-hal ideal tersebut maka
akan melahirkan idealisme. Misalnya yang disampaiakn oleh Prof. Purbayu tentang
menumbuhkan kecintaan terhadap negeri ini
dengan menceritakan pengabdian beliau dalam membina para petani di
Kudus. Maka saya menempatkan Prof Purbayu pada rangking pertama sebagai dosen
terbaik saat matrikulasi.
Seorang profesor biasanya memang
sudah sepuh, wajar karena biasanya senior. Bagaimana dengan dosen muda yang
diberi tugas memberikan mata kuliah pengantar management setiap hari Jum’at?
Yup.... Pak Erman Deny SE,MM. Gayanya mengajar mungkin bagi sebagian mahasiswa
membosankan dan gayanya bertutur kerap kali meloncat-loncat, sehingga sering
sekali beliau lupa apa yang sedang beliau ceritakan. Menghadapi orang-orang seperti ini kadang
memang merepotkan, tapi selama ini dalam pengamatan saya dan pengalaman saya
bertemu orang, biasanya orang-orang seperti Pak Erman ini sangat kreatif dan out of the box.
Saya salut sama dosen ini,
wawasannya sangat luas, mulai dari cerita komik kopingho hingga sejarah
Majapahit mampu ia kuasai sebagai contoh-contoh kasus management. Bukan hanya itu cerita tentang musik mampu ia hadirkan
mulai dari Audio Slaves hingga genre-genre musik lain mampu ia ceritakan untuk
membangun trush mahasiswanya dan
menggambarkan dedikasi seorang dosen terhadap mahasiswanya hingga bermain band
bersama, mengajarkan les khusus bagi mahasiswanya yang tertinggal mata kuliah
tertentu. Hingga sampai seperti itu beliau lakukan. Contoh – contoh kasus management yang diberikan juga relevan
untuk mahasiswa s2. Misalnya tentang analisis bisnis kamera dengan adanya trend
berkamera digital. Maka saya menempatkan Pak Erman Deny pada rangking 2 pada
sesi matrikulasi kali ini. Kenapa rangking 2? Karena dari silabus matrikulasi
banyak yang kurang sesuai dengan apa yang beliau sampaikan.
Salah satu keunggulan dosen
terbaik ketiga sesi matrikulasi kali ini adalah kekuatannya memberikan
motivasi. Penyampaiannya lugas, khas Semarangan menurut saya.Beliau adalah
dosen komunikasi bisnis Bapak Harry Soesanto,MMR. Sayang beliau belum banyak
berbicara di depan kelas lantaran mahasiswa diberi tugas presentasi. Namun
sudah kelihatan ruh pengajar dan pendidik dalam diri beliau. Idealisme yang
beliau punya jelas dan tegas. Contohnya sikap beliau yang tidak mau ditawari
menjadi salah satu politikus dalam salah satu partai yang sedang naik daun saat
ini, itu hal simple namun bisa memberikan
gambaran tentang bersikap/ mempunyai idealisme.
Dosen yang tercatat “payah” dalam
sesi matrikulasi kali ini adalah dosen kewirausahaan. Saya heran, dosen
tersebut mempunyai usaha apa ya? Makanya nampak tidak hadir ruh kewirausahaan
dari kedua dosen kita tersebut. Payahnya lagi ada dosen yang gemar sekali
menceritakan putra-putrinya. Memang setiap anak itu pastilah menjadi kebanggaan
orang tuanya, namun hello.....ini
kuliah S2 Mami.....Setelah kuliah usai bukan pencerahan dan semangat untuk
berwirausaha yang tumbuh,namun komentar- komentar tidak ilmiah misalnya”
ckckckc....kasihan sekali ya nanti kalo jadi menantunya Mami.....harus pinter
masak,cantik dll....”Nah loh....
Ada juga dosen yang sering sekali
mengulang-ulang cerita, mulai dari persaingan mobil sejuta umat dan koran suara merdeka dan mobil dari India yang tidak berhasil
masuk ke negeri ini. Sampai berasa sedang dalam forum konsultasi pernikahan
dengan wejangan “jika laki-lakinya (swami) berpenghasilan Rp.3 juta dan
Perempuannya (Istri) berpenghasilan Rp.10 juta, maka mengalahlah si Laki-laki
(swami) untuk mengikuti istrinya dalam satu kota. Duh.....ini kuliah
kewirausahaan, malah yang ada di kepala mahasiswanya hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan kewirausahaan.
Tak tega rasanya menempatkan
dosen-dosen kewirausahaan dalam kategori dosen “payah”. Namun apa hendak dikata
memang demikian adanya. Maka dari itu, sebaiknya dari sekretariat memberikan
lembaran evaluasi bagi dosen pengajar yang
dibagikan kepada para mahasiswanya. Sehingga para dosen tersebut juga
mengadakan evaluasi/introspeksi terhadap profesi yang telah mereka geluti
bertahun-tahun. Jika sekretariat tidak
memberikan kuisioner evaluasi, maka kita nanti buatkan saja, kita evaluasi
masing-masing dosen dan kita serahkan kepada sekretariat. Hal ini bagus kita
lakukan agar sekretariat tidak asal-asalan dalam memilihkan dosen pengajar di
kelas kita. Idealnya di semua kelas. Namun lebih khusus di kelas kita. Bukannya
sayang, kita sudah membayar mahal, meluangkan waktu mengikuti kuliah eh...ketemunya dosen “payah” begitu. Semoga bermanfaat.
Mantap sekali , .
BalasHapusMister T.O.P you're the Best , . Ha ha
tapi Mister R-Man better than him , . ^^
#Manga-Anime Lover
hahaha junsky komentar ternyata...
BalasHapus