Rabu, 06 Maret 2013

Siapa Dosen Favoritmu ? (Matrikulasi)


Melewati masa penyesuaian materi kuliah di MM UNDIP biasa disebut matrikulasi. Matrikulasi ditujukan untuk pengayaan atau  penjajakan baru terkait ilmu management bagi mahasiswa barunya. Hal yang tak lazim dilakukan oleh MM UNDIP mewajibkan mahasiswa yang berkuliah s1 management untuk mengikuti matrikulasi. Setahu saya di Universitas negeri yang lain tidak diwajibkan mengikuti matrikulasi bagi mereka yang saat studi strata satunya adalah management. Akhirnya saya yang berkuliah managent saat dibangku strata satupun mengikuti aturan tersebut. Alhamdulillah saat ini matrikulasi telah saya dan teman-teman seangkatan (angkatan 42 – pagi ) saya jalani.

Dalam ilmu komunikasi, fase mengevaluasi efektifitas komunikasi sangatlah penting. Begitu pula para dosen yang bertanggung jawab menyampaikan pelajaran (mata kuliah) di depan kelas sebagai communicator (penyampai pesan) sebaiknya kita evaluasi. Sungguh menarik mengalami kuliah bersama para dosen baru di UNDIP bagi saya. Mungkin bagi teman-teman yang menyelesaikan strata satunya di Management UNDIP  bukanlah hal yang baru, mereka sudah terbiasa dan mungkin sudah paham dengan gaya komunikasi dari masing-masing dosen. Selain gaya komunikasi tentu saja kesinkronan antara mata kuliah yang diajarkan dengan apa yang disajikan dalam selabus matrikulasi (berwarna hijau) yang telah dibagikan pada awal mengikuti kuliah matrikulasi.

Well......saya bisa tersenyum dan kadang tertawa sendiri menilai bagaimana para dosen menyampaikan kuliah. Ada yang membuat saya kagum tentu saja. Dedikasi  dan idealismenya dalam menjunjung tridarma perguruan tinggi yang meliputi pengajaran di depan kelas, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sebut saja Prof. Purbayu yang mengajar ekonomi mikro. Nampak ruh ke-profesorannya hadir di depan kelas menurut saya. Pelajarannya memang tidak mudah, mahasiswa akan diajak berhitung, menggambar kurva dan menganalisanya. Disitulah indahnya ilmu ekonomi menurut saya. Contoh-contoh yang beliau berikan juga up too date dan menumbuhkan idealisme. 

Menurut saya seorang dosen itu harus idealis. Why? Karena beliau bukan Cuma pengajar namun pendidik. Dalam mengajar tentu saja bukan perkara yang sulit lantaran materinya jelas di silabus. Namun sisi mendidik itu yang perlu terus diasah bagi para dosen. Mendidik tentu terkait dengan hal-hal normatif yang ideal. Dari hal-hal ideal tersebut maka akan melahirkan idealisme. Misalnya yang disampaiakn oleh Prof. Purbayu tentang menumbuhkan kecintaan terhadap negeri ini  dengan menceritakan pengabdian beliau dalam membina para petani di Kudus. Maka saya menempatkan Prof Purbayu pada rangking pertama sebagai dosen terbaik saat matrikulasi.

Seorang profesor biasanya memang sudah sepuh, wajar karena biasanya senior. Bagaimana dengan dosen muda yang diberi tugas memberikan mata kuliah pengantar management setiap hari Jum’at? Yup.... Pak Erman Deny SE,MM. Gayanya mengajar mungkin bagi sebagian mahasiswa membosankan dan gayanya bertutur kerap kali meloncat-loncat, sehingga sering sekali beliau lupa apa yang sedang beliau ceritakan.  Menghadapi orang-orang seperti ini kadang memang merepotkan, tapi selama ini dalam pengamatan saya dan pengalaman saya bertemu orang, biasanya orang-orang seperti Pak Erman ini sangat kreatif dan out of the box

Saya salut sama dosen ini, wawasannya sangat luas, mulai dari cerita komik kopingho hingga sejarah Majapahit mampu ia kuasai sebagai contoh-contoh kasus management. Bukan hanya itu cerita tentang musik mampu ia hadirkan mulai dari Audio Slaves hingga genre-genre musik lain mampu ia ceritakan untuk membangun trush mahasiswanya dan menggambarkan dedikasi seorang dosen terhadap mahasiswanya hingga bermain band bersama, mengajarkan les khusus bagi mahasiswanya yang tertinggal mata kuliah tertentu. Hingga sampai seperti itu beliau lakukan. Contoh – contoh kasus management yang diberikan juga relevan untuk mahasiswa s2. Misalnya tentang analisis bisnis kamera dengan adanya trend berkamera digital. Maka saya menempatkan Pak Erman Deny pada rangking 2 pada sesi matrikulasi kali ini. Kenapa rangking 2? Karena dari silabus matrikulasi banyak yang kurang sesuai dengan apa yang beliau sampaikan.

Salah satu keunggulan dosen terbaik ketiga sesi matrikulasi kali ini adalah kekuatannya memberikan motivasi. Penyampaiannya lugas, khas Semarangan menurut saya.Beliau adalah dosen komunikasi bisnis Bapak Harry Soesanto,MMR. Sayang beliau belum banyak berbicara di depan kelas lantaran mahasiswa diberi tugas presentasi. Namun sudah kelihatan ruh pengajar dan pendidik dalam diri beliau. Idealisme yang beliau punya jelas dan tegas. Contohnya sikap beliau yang tidak mau ditawari menjadi salah satu politikus dalam salah satu partai yang sedang naik daun saat ini, itu hal simple namun bisa memberikan gambaran tentang bersikap/ mempunyai idealisme.

Dosen yang tercatat “payah” dalam sesi matrikulasi kali ini adalah dosen kewirausahaan. Saya heran, dosen tersebut mempunyai usaha apa ya? Makanya nampak tidak hadir ruh kewirausahaan dari kedua dosen kita tersebut. Payahnya lagi ada dosen yang gemar sekali menceritakan putra-putrinya. Memang setiap anak itu pastilah menjadi kebanggaan orang tuanya, namun hello.....ini kuliah S2 Mami.....Setelah kuliah usai bukan pencerahan dan semangat untuk berwirausaha yang tumbuh,namun komentar- komentar tidak ilmiah misalnya” ckckckc....kasihan sekali ya nanti kalo jadi menantunya Mami.....harus pinter masak,cantik dll....”Nah loh....

Ada juga dosen yang sering sekali mengulang-ulang cerita, mulai dari persaingan mobil   sejuta umat dan koran suara merdeka  dan mobil dari India yang tidak berhasil masuk ke negeri ini. Sampai berasa sedang dalam forum konsultasi pernikahan dengan wejangan “jika laki-lakinya (swami) berpenghasilan Rp.3 juta dan Perempuannya (Istri) berpenghasilan Rp.10 juta, maka mengalahlah si Laki-laki (swami) untuk mengikuti istrinya dalam satu kota. Duh.....ini kuliah kewirausahaan, malah yang ada di kepala mahasiswanya hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kewirausahaan. 

Tak tega rasanya menempatkan dosen-dosen kewirausahaan dalam kategori dosen “payah”. Namun apa hendak dikata memang demikian adanya. Maka dari itu, sebaiknya dari sekretariat memberikan lembaran evaluasi  bagi dosen pengajar yang dibagikan kepada para mahasiswanya. Sehingga para dosen tersebut juga mengadakan evaluasi/introspeksi terhadap profesi yang telah mereka geluti bertahun-tahun.  Jika sekretariat tidak memberikan kuisioner evaluasi, maka kita nanti buatkan saja, kita evaluasi masing-masing dosen dan kita serahkan kepada sekretariat. Hal ini bagus kita lakukan agar sekretariat tidak asal-asalan dalam memilihkan dosen pengajar di kelas kita. Idealnya di semua kelas. Namun lebih khusus di kelas kita. Bukannya sayang, kita sudah membayar mahal, meluangkan waktu mengikuti kuliah eh...ketemunya  dosen “payah” begitu. Semoga bermanfaat.

2 komentar:

  1. Mantap sekali , .

    Mister T.O.P you're the Best , . Ha ha


    tapi Mister R-Man better than him , . ^^


    #Manga-Anime Lover

    BalasHapus

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...