Rabu, 13 Maret 2013

Meaningfull....

Menjalankan kebiasaan hidup dengan hari-hari yang penuh kesibukan adalah menyenangkan. Tidak membuang waktu percuma dan merasa produktif. Berbahagialah bagi anda yang masih bisa melakukan hal-hal bermanfaat dan serius berfikir dan masih kuat. Sungguh luar biasa. Bagi saya saat ini lebih santai menjalani hidup. Dua minggu yang lalu, saya sempat tidak bisa menerima keadaan saya. Kenapa saya belum bisa seproduktif dulu. Bejibun dengan hal-hal yang serius. Bekerja, berdiskusi, berorganisasi semuanya serius....diwaktu senggang saja saya menghibur diri liburan, nonton, kuliner.

Hidup ini dijalani saja yang ikhlas. Jika memang bisanya dengan hal yang santai yang tidak serius merasa membuang waktu maka please rubah mindset itu. Tetaplah berbahagia dan bersyukur dengan keadaan yang ada. Memasak ternyata bisa menjadi salah satu alternatif membuang stress. Tiap pagi saya melihat ibu kost pulang dari rumah sakit untuk memasak. Ibu pasti penat berbulan-bulan menjaga Bapak yang masih terbaring di Rumah sakit. Hiburannya adalah memasak. Aku meniru Ibu kost. Berbelanja di pasar, bertemu nenek-nenek yang dengan bahagianya berjualan sayur-sayuran, tentu saya senang bisa membeli dagangannya. Bahagia itu tidak rumit, tidak susah. So Come On....Berbahagialah Nopik!

Selain bisa berbagi bahagia dengan para pedagang di pasar. Tentu saja ternyata kita juga bisa merasakan bagaimana rasanya membeli bawang yang mahal, menjadi kian berasa / meaningfull. Bahkan saya bisa ikut merasakan, bagaimana para ibu-ibu memanage penghasilan mereka bagi keluarga yang mungkin penghasilannya hanya Rp.10.000,00 per hari. Usut punya usut dari browsing berita. Dalam kompas.com diberitakan bahwa ada 392 kontainer  bawang yang perijinannya belum diurus di Pelabuhan. Ini ada masalah distribusi. Siapa mereka? Para pedagang Bawang.

Menjadi apapun memang harus punya behavior dan akhlak yang baik. Termasuk menjadi pedagang. Jika seperti ini dan diindikasikan ada kesengajaan maka akan merugikan orang lain. Lagi-lagi masyarakat kelas bawah yang terkena imbasnya.Ini baru kasus bawang. Yup beberapa waktu lalu kasus sapi. cara menganalisanya juga sama lantaran ini perkara bisnis. Ada kenaikan harga yang tak wajar pada daging sapi padahal harga Sapi hidup stabil, ada apa? berarti ada masalah di pedagang atau distribusinya. Dengan kasus bawang yang biasanya bisa dibeli Rp.15.000,00 per kg, saat ini menjadi Rp.44.000,00 per kg di pasar wonodri tempat kemarin saya belanja. Malah pemberitaan di media ada yang sudah menembus harga Rp.50.000,00 atau bahkan Rp.60.000,00. Tentu ada masalah apa? jawabanya telah saya sampaikan diatas. Pedagangnya payah.

Berbelanja dengan mengamati harga-harga yang ada di Hypermarket (Carrefour,Hypermart,atau Giant) juga menarik. Untuk perbandingan harga saja. Namun letakkanlah hati kita pada pasar tradisional. Bukankah kita tetap ingin melihat nenek-nenek tua tersenyum senang karena dagangan sayurannya terjual di pasar, bukankah kita juga ingin ekonomi rakyat tumbuh sehingga mereka mempunyai daya beli untuk melanjutkan hidup misalnya menyekolahkan putra-putri mereka. Memang benar bahwa Hypermarket bukanlah pasar. Namun monopoli distribusi. Semua produk yang dijual disana adalah langsung dari distributor inti sehingga harganya murah. Tapi jika masyarakat tidak berbondong-bondong kesana dan memilih ke pasar tradisional maka Hypermarket juga akan sepi.

Meaningfull dalam hidup, bisa juga kita lakukan dengan kegiatan-kegiatan sederhana, hanya pandailah kita menghubungkan otak rasional kita dengan hati kita sehingga kita menjadi lebih arif dalam bersikap, event itu hanyalah berbelanja. Saat ini sebagai mahasiswa mungkin belanjanya kita juga belum banyak, namun seiring berjalannya waktu dan kita tumbuh kebiasaan memaknai hidup akan menjadi karakter kita. Maka akan tumbuhlah seseorang yang bersikap hidup sederhana dan mengerti bahwa perbuatannya berdampak bagi sebagian manusia yang lain, jika kelak memang kita diijinkan oleh Tuhan berdampak bagi sesama. Wollohualam bi showab....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...