Senin, 19 Januari 2015

Hijab

Beberapa hari lalu saat liburan tahun baru, saya berkesempatan bersilaturahim ke keluarga mbak Dika teman ngajiku dulu di Semarang. Mbak Dika bertanya "mbak film Hijab itu sesat ya?"." waduh, belum nonton mbak....lagian juga belum tayang kayaknya lho...." jawabku saat itu. Benar film Hijab baru tayang tanggal 15 januari di bioskop-bioskop tanah air. Sebenarnya gak terlalu berminat nonton film ini. Saya pengen nonton Assalaamualaikum Beijing, tapi ternyata sudah telat tayang di Purwokerto. Alhasil nontonlah saya film besutan Hanung Bramantyo ini. 

Setelah nonton baru tahu seperti apa, dan baru bisa berkomentar tentu saja. Menurut saya lumayan agak lucu sih...film bergenre komedi ini. Menggambarkan fenomena berhijab dan fashion hijab on line yang menjamur bak kacang goreng di negeri ini. Saya sepakat dengan apa yang disebutkan oleh Muhammad Assad dalam salah satu selingan wawancara dalam film ini selain beliau ternyata juga ikutan mengiklan buku 99 hijab storiesnya  yakni : Berhijab adalah jalan. Maksudnya dengan berhijab muslimah bisa memulai belajar Islam. Adapun cerita hal ikhwal kenapa akhirnya berhidayah atau terbuka hatinya untuk berhijrah itu macam-macam cerita. Tapi saya sepakat bahwa sebaiknya berhijab itu disesuaikan dengan perilakunya. Kalau sudah kaffah hendaknya berhijab lebar juga itu bagus. 

Dengan begitu, kita tidak akan berhenti berproses dalam mengkaji Islam dan mendalaminya dan yang lebih penting adalah mengamalkannya. Amiin YRA, berdoa juga untuk diri sendiri. Menurut saya tidak sesat film ini. Namanya film itu netral, seperti seorang jurnalist. Adapun ketika kita menafsirkan film maka tergantung dengan tingkat pemahaman kita sendiri dalam memberikan frame terhadap film tersebut. Asyik malah menurutku. Dengan film ini kita bisa melihat ada beberapa gradasi Muslimah. Ada yang tidak berhijab ada yang bertsurban, ada yang berhijab stylis belum syar'i dan ada yang berhijab syar'i and stylist, bahkan ada juga yang berhijab syar'i yang tidak stylist maupun yang bercadar. Jadi bahan refleksi saja, yang mana sih kita wahai muslimah? 

Meskipun agak lebay ya...karena jarang kita temui jilbab besar / jilboob bisa berteman akrab dengan yang tidak berhijab bahkan mengenakan pakaian youkensi, tapi ini di-paradokskan dalam film ini. Kalo nonton film ini, jadi gak masuk akal ya kata pak ustadz "jika mau melihat iman seseorang maka lihatlah siapa temennya?" itu hadist apa bukan ya? jadi penasaran.  Tapi benar jika kata pak ustadz " berteman dengan penjual minyak wangi maka akan ketularan wanginya, berteman dengan pandai besi maka akan terkena jilatan apinya." Di film ini akhirnya yang tidak berhijab menjadi berhijab. 

View lainnya adalah strategy marketing bisnis hijab on line.  Caranya sudah dijelaskan sama mbak jilboob di film ini, yang diperankan oleh Saskia Mecha. Caranya mengoptimalkan jejaring sosial yakni facebook, instagram dan twitter serta blog. Serta personal branding sang Designer. Dilihat designer Mechanism (brand) fashion online mereka, menjadi pembicara tentang hijab di komunitas-komunitas, kalau boleh saya menambahkan bisa juga lho memberikan pelatihan menjahit bagi para dhuafa, silahkan hubungi PKPU heheh...jadi ikut ngiklan seperti JNE di film itu. 

Yang pasti kritik buat Hanung sang sutradara, gak usah narsis, pake tampil main gitar nemenin Andien nyanyi dan posternya nongol di barisan pendemo segala. Gak lucu! Yah...kasih score ya....7,5 deh untuk skala tertinggi sepuluh. Yang pasti saya jadi browsing lagu Andin, bagus tidak kalah dengan Reza penyanyi aslinya...dan nyebelin banget...why? aku nangis bombay denger lagu itu untuk pertama kalianya. Pokoknya nyebelin! "satu yang tak bisa lepas."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...