Minggu, 11 November 2012

Islam itu bukan Jilbab lebar atau Jenggot.

Petang tadi tersentak saya akan satu buah sms tanpa adanya nama pengirim."Novi kamu udah tahu pengertian jilbab yang benar belum? karena aku lihat baju-bajumu masih ketat...sebagai pengemban dakwah harus saling mengingatkan...RR". Ada nama pengirimnya rupanya. Jleb...gak ada petir gak ada mendung tiba-tiba ada sms yang nadanya mohon maaf kurang sopan, tidak ada assalaamualaikum, tidak ada nanya kabar dan lain sebagainya. Ckckckc...ada apa ya?trus RR...mmm yah saya ingat, RR adalah teman SMU ku. tadi siang dia men-tag sebuah bacaan tentang pahlawan yang ia ambil dari websitenya salah satu ormas di negeri ini H*I.Lantas saya beri komentar kalau medianya H*I, sumbernya eramuslim ternyata tidak jadi masalah. Padahal  eramuslim ysng punya adalah salah satu kader partai P*S.Terlepas RR atau teman - temanya paham atau tidak siapa yang mempunyai eramuslim, saya liat mengenai hal ini buat mereka baik-baik saja. Lantas kenapa kader-kader dari masing - masing organisasi tersebut seringnya tidak nyambung dan sering tidak kompak dalam berbagai hal.

Well,ini salah satu fenomena yang terjadi diantara kedua kader dari masing-masing ormas dan parpol tersebut. Yang lebih mencengangkan adalah nada semangat memberi tausyiah dengan apa yang dilihat di foto.Misalnya tentang berpakain, memakai jilbab, hijab dan lain sebagainya. Seperti petang ini, saya mendapat satu sms seprotan yang menurut saya "aneh". Why? ya memandang manusia kenapa dari apa yang dilihat saja bahkan melalui media sosial. Lebih spesifiknya tentang berpakaian.saya jawab sms tersebut begini "kalau versi H*I sudah, dulu saya satu kostan sama mantan ketua keputrian H*I UNPAD,sudah dijelaskan." kemudian RR sms membalas "yang kamu pakai versi mana?"

Huh....ada nada intimidasi, saya menghela nafas dan berpositif thingking saja, RR mungkin saja ghirohnya sedang tinggi-tingginya, hal ini juga tidak boleh dimatikan begitu saja,meskipun lebih banyak kecewanya terhadap kelakuannya petang ini. Dirangkul adalah jimat andalan dalam silaturrahim, mulailah saya bertanya gimana kabarmu, sibuk apa sekarang, tinggal dimana. Itu adalah pertanyaan umum bagi teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu dan tidak sok tahu hanya dari melihat saja di media sosial, Menyedihkan.Sungguh manusia sekarang benar - benar sudah dihipnotis dengan namanya jejaring sosial, hingga sampai lupa bersopan - santun, bertata krama dan menghargai sebuah kehidupan sosial yang lebih tinggi, misalnya berinteraksi di dunia nyata atau ber-sms, menurut saya lebih interaktif dibandingkan say hi di wall komentar facebook.

Ternyata saat ini masih banyak akhwat yang memandang saudaranya yang lain dari penampilan jilbabnya saja.Come on...Islam itu bukanlah jilbab lebar, Islam itu bukanlah Jenggot.Islam itu jalan untuk kita bertemu dengan yang namanya kedamaian. Islam itu kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan apa yang ia lakukan.Jika bekerja di kantor professional maka itu Islam.Jika dengan yang lebih tua maka kita menghormati, Jika dengan yang lebih muda maka kita menyayangi.dan lain sebagainya....nilai - nilai Islam yang luas dan luhur. Lantas indahnya Islam hanya dilihat dari lebarnya jilbab dan panjangnya jenggot.Duh...menjadi akhwat kok seperti itu? Bagaimana bisa berkhusnudzon dan menyayangi orang - orang yang belum berjilbab. Mungkin saja yang belum berjilbab itu amalannya lebih banyak dihadapan Alloh lantaran ia rajin tahajud, rajin puasa, rajin berbuat baik untuk sesama. Kenapa merasa lebih baik? Tidak boleh merasa lebih baik dari yang lain. Tidak boleh mentang - mentang sudah berjilbab lebar terus seenaknya menegur muslimah yang lain yang ternyata belum berjilbab atau jilbabnya tidak selebar dia atau model pakaiannya tidak sama misalnya bukan gamis melainkan two pieces yang dalam ormas H*I tidak dibenarkan.

Melanjutkan sms RR yang bertanya Al-Quran dan As-sunnah dijadikan apa? saya jawab ya dijadikan pedoman hidup tentu saja. Hanya dalam al qur'an dan As-sunah itu perlu penafsiran. Nah penafsiran itu  yang mnyebabkan perbedaan dari masing - masing madzab. Kalau RR ngajinya H*I ya penafsiran akan Jilbab ya yang lebar yang bajunya gamis. Tentu kan lain dari yang ngajinya salafi ya memakai cadar bagi muslimahnya, berbeda juga dengan yang P*S tentu lebar namun boleh two pieces tidak harus gamis.Terkadang sekat-sekat penafsiran yang berbeda-beda ini yang menyebabkan friksi. Tentu saja friksi bagi mereka yang kurang openmind dengan harokah yang lain. Kalau banyak wawasan dan openmind maka hal seperti berjilbab atau berhijab bukanlah hal yang musti dipertentangkan lagi. Maka pergerakan akan maju sudah tidak mengurusi hal yang dilihat dipermukaan saja lebar atau tidaknya jilbab atau berjenggot atau tidaknya. Rapuhnya umat salah satunya karena faktor ini.

Saya jelaskan ke RR,saya muslimah biasa saja bukan pendakwah seperti yang ditudingkan RR. Sepertinya membuat beda atau jarak antara muslimah biasa saja dengan aktifis dakwah. Mungkin ini yang disebut shinta sahabatku dalam blognya katashinta "stunning". Bahwa menjadi perempuan yang berjilbab lebar saja sudah stunning ternyata bersikapnya kok ya merasa lebih dari yang lain. Come on ....biasa saja, Menjadi orang biasa itu lebih nikmat. Sebenarnya bukan biasa saja tapi menjadi diri sendiri. Jujur menjadi dirinya apa adanya, tanpa beban, tanpa merasa lebih baik lantaran dia aktifis dakwah. Itu lebih ringan....dan memang seperti itu biasanya saya. Menjalani akatifitas tanpa beban, karena pendakwah? bukan...karena saya suka melakukan hal-hal yang saya sukai. Sebutan sebagai aktifis sosial dulu sering disebut- sebut waktu saya bekerja di dompet dhuafa. Namun bukan karena tuntutan apapun, alasannya saya suka saja menjalankan pekerjaan saya. Terkadang memang kita tidak bisa menjelaskan tentang siapa kita, mereka membingkai sendiri siapa kita. Wollohu'alam bishowab.




1 komentar:

  1. Assalamu'alaykum

    Salam ta'aruf umm :).

    Begini umm... Tanggapan ana mngenainya.
    Memang, islam tdak skedar dilihat dri lbar jilbab dan jenggot. Namun keduanya mrupakan bagian yg dianjurkan islam krn mrupakan jenggot mrpkn sunnah dan berjilbab adalah kwajiban.
    Kriteria jilbab pun sdah dicantumkan dgn jelas dalam Al-Quran.
    Stidaknya, orang yg blajar berjilbab sesuai tuntunan syariat justru dg ianya akan mnjadi pembatas atas ucapan dan perbuatan yg tdak sejalan dg hakikat jilbab sendiri.
    Berjilbab lebar jga bkan bermakna dirinya merasa paling wah, paling baik... Sedikitpun tdak, melainkan dia adalah orang yg sdang blajar mnjadi baik.

    Berjilbab lebar jga bkan brmaaksud untuk mnutup aibnya mnutupi atas akhlaknya melainkan dia yg berjilbab lebar hanya salah satu bentuk kecintaan kepada Dia Tuhan Sang pencipta...(ALLAAH)

    mohon maaf jka ada slah kta

    Salam ukhuwah islamiyah

    BalasHapus

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...