Jumat, 30 November 2012

Bisnis Syariah pada salah satu Bank

Hari ini sayamendengarkan presentasi dari salah satu bank yang CAR nya nomer dua di Indonesia setelah bank BCA. Bank pensiunan biasanya masyarakat Indonesia mengenalnya. Bukanlah bank yang sering muncul di TV dengan acara semarak dengan artis-artis papan atas dan undian - undian berhadiah memang, namun Bank pensiunan ini layak untuk diperhitungkan. Selidik punya selidik, ternyata saat ini bank tersebut bukanlah BUMN lagi. Saat ini bank pensiunan ini menjadi salah satu bagian dalam group besar Amerika yang salah satu produk -produknya familiar di pasaran nusantara. Sebut saja lenovo, burger king, debenhamas dan masih banyak merk produk dari group tersebut yang menjadi produk - produk pilihan masyarakat Indonesia.

Bank ini mulai membuka unit bisnis syariah. Saat ini yang beroperasi di Jawa barat, Jakarta dan Surabaya. Tahun depan direncanakan akan beroperasi di Semarang, NTB  yang saat ini masih dalam tahap izin di Bank Indonesia.Bisnis syariah bank ini dengan membidik segmen pra sejahtera. Strateginya dengan membuat sentra - sentra di masing - masing kecamatan. Masing - masing sentra terdiri dari manager sentra, wakil manager sentra , dan penyuluh. Mereka dicari dari lulusan mahasiswi - mahasiswi dari seluruh Indonesia, diutamakan yang berada di wilayah tempat operasi sentra itu. Kenapa mahasiswi? ya program ini dikhususkan kepada para lulusan mahasiswi yang akan dididik sebagai penyuluh bagi para ibu-ibu golongan pra sejahtera untuk didampingi dalam hal kemandirian berusaha.

Merinding dan berkaca-kaca mata saya tatkala saya menyaksikan slide-slide presentasi dipaparkan. Saat melihat ibu-ibu dari masyarakat prasejahtera yang mulai berusaha dan dibina oleh para pembina sentra dan team. Ada salah satu ibu yang berasal dari Jawa Barat yang dibina selama hampir dua tahun dan bisnisnya maju hingga produk-produknya bisa dieksport ke luar negeri dan si ibu tersebut sudah bisa mendaftar haji. Sungguh sangat mengharukan. 

Tidak hanya itu, semangat dari perjuangan dari pembina sentra dan team meskipun hujan, jalanan terjal di kampung - kampung, tak kan menyulutkan semangat mereka, untuk membina dan menemani para ibu dari masyarakat pra sejahtera dan tentu saja merekalah sebenarnya guru-guru kehidupan para pembina sentra dan team. Untuk mempermudah transportasi , para pembina sentra dan team difasilitasi dengan kendaraan bermotor. Untuk tempat tinggal, bank ini memfasilitasi dengan wisma dan diberikan pembantu untuk membantu kehidupan sehari- hari para pembina sentra dan team.

Sungguh mulia akan apa yang dilakukan bank pensiunan itu. Namun ini bisnis. Tetap saja akan ada hitungan keuntungan bagi si pihak bank. Memang saat ini hampir semua bank masuk pada segmen pasar micro lantaran tingkat resikonya rendah. Siapa sebenarnya yang sepatutnya mengemban misi pemberdayaan ibu-ibu dari masyarakat pra sejahtera ini? apakah betul itu bank? apakah benar jika bank itu adalah bank yang 70% lebih sahamnya dikuasai asing (Amerika). well...ini bahan perenungan kita bersama.

Institusi mana yang paling tepat melakukan pemberdayaan para ibu-ibu pra sejahtera di Indonesia? mari coba kita lihat contoh diluar negeri. Tentu saja kita akan teringat akan peraih nobel ekonomi Bpk Muhammad yunus dengan Grameen banknya. Nyaris sama dengan apa yang dilakukan bank pensiunan ini. Persamaan pada segmen pasar yakni para wanita dan pendampingannya. Mungkin yang berbeda investornya saja. Contoh yang lain yang lebih ideal adalah SYBIL atau social investment bank limieted yang diprakarsai oleh Prof. Manan dari Bangladesh. Konsep grameen bank adalah konsep riba dengan sama persis dengan bank konvensional yang ada, dikenakan biaya administrasi dan lain sebagainya. Sedangkan konsep SYBIL adalah dengan sistem syariah. Tanpa adanya kutipan biaya-biaya apapun. Sumber dana awal adalah dari wakaf uang (cash waqf).

Menurut pendapat saya, untuk pemberdayaan para ibu-ibu dari masyarakat pra sejahtera saat ini, selain dari kementrian sosial dengan program PNPM nya juga bisa dilakukan oleh bank pemerintah (BUMN)  bukan bank asing (bank yang mayoritas modalnya dari luar negeri). Selain itu lembaga wakaf yang mengolek wakaf uang bisa membuat program - program semacam SYBIL di Bangladesh. Dengan demikian kemiskinan di negeri ini segera terkurangi dan diharapkan teratasi dengan kemandirian bangsa sendiri tanpa campur tangan asing meskipun berbalut bisnis syariah, namun itu semua ujung-ujungnya bisnis sehingga tidak akan jauh dari namanya mencari untung. Ternyata seperti ini ya kenyataan negeri kita. Semuanya dikuasai asing. baik produk-produk yang kita pakai. Tidak hanya kaum elite saja yang memakai produk buatan luar negeri. Namun bangsa pra sejahtera kita juga sudah menjadi komoditi pasar bank-bank asing. Wollohualambi showab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...