Kamis, 23 Oktober 2014

Gelombang ke-3 Indonesia

Gelombang ke-3 Indonesia adalah buku keempatustadz Anis Matta yang saya baca. Setelah buku Delapan Mata Air Kecemerlangan, Serial Cinta, Mencari pahlawan Indonesia dan buku ini Gelombang ke-3 Indonesia merupakan buku keempat. Membaca buku Gelombang ke-3 Indonesia mengingatkan saya akan buku marketing 3.0 dan New wave Marketingnya Hermawankartajaya.Jika buku Hermawankartajaya berisikan pendekatan strategy marketing pada era New Wave (Gelombang baru) maka buku Gelombang ke-3 Indonesia berisikan sejarah politik Indonesia. Ustadz Anis Matta membagi kedalam tiga masa. Yaitu masa sebelum menjadi Indonesia, menjadi negara Indonesia modern dan masa saat ini gelombang Indonesia ke-3.

Ustadz Anis Matta menulis buku ini juga karena terinspirasi tulisan Alvin Toffler dalam bukunya "The Third Wafe" tahun 1980 dan juga Samuel Huntington yang berjudul "Democratizazion in the late 20th century" yang bercerita tentang proses demokrasi di Amerika latin dan Asia Pasifik. Dalam gelombang ke-3 Indonesia pada bagian menjadi Indonesia saya tertarik ketika ustadz Anis Matta mengkronologikan tentang munculnya nasionalisme serta proses terbentuknya negara bangsa / nation state. Terbayang betapa alotnya dulu para pendiri bangsa merumuskan ideologi bangsa. Pergulatan ideologi antara sukarno dengan Muhammad Natsir. Sukarno berideologi nasionalis-sekuler dan Muhammad Natsir beridiologi nasionalis religius. Yang pasti keduanya nasionalis. 

Maka membicarakan nasionalisme menjadi kian menarik bagi saya. Nasionalisme Indonesia mempunyai dimensi keluar dan kedalam. Keluar dalam arti semangat untuk melawan penjajahan dan kedalam sebagai proses pembentukan identitas baru sebagai kelanjutan dari hadirnya kesadaran ruang atas teritori yang berawal dari terbentuknya Hindia Belanda.Nah,hal ini yang mendasari terbentuknya bangsa.Masa kedua adalah masa menjadi negara bangsa modern. Masa ini ditandai dengan lahirnya negara bangsa yang dimulai sejak sumpah pemuda hingga pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.Proklamasi merupakan puncak pendeklarasian sebagai negara bangsa. 

Setelah itu dinamika politik bergulir terus hingga masa reformasi 1998 yang mengubah wajah demokrasi Indonesia menjadi kian terbuka. Pada masa pemerintahan Bapak Soeharto sudah mulai muncul generasi santri kota dengan ditandai berdirinya ICMI. Bahkan dampak dari ICMI saya sendiri merasakan. ICMI mendirikan koran Republika, Harian umum Republika mendirikan Dompet Dhuafa dan saya salah satu lulusan Dompet Dhuafa. Banyak hal yang dihasilkan ICMI masa itu.Masa setelah menjadi negara bangsa modern adalah masa gelombang Indonesia ke-tiga. Masa sekarang adalah masa itu. 

Masa Gelombang ke-tiga Indonesia ditandai dengan pesatnya kemajuan teknology, smartphone adalah tandanya. Dunia dalam genggaman bahasa untuk masa sekarang. Pada masa ini berlaku "people conversation".Segala hal bisa didiskusikan dan di share di media sosial, termasuk hal tentang politik. Kita bisa melihat dan merasakan bahwa saat ini membicarakan politik tanah air sama ringannya dengan menceritakan pertandingan bola atau serial televisi yang sedang in. Gelombang ke-tiga Indonesia ini ditandai dengan munculnya masyarkat baru Indonesia. Yakni terciptanya kelas menengah baru yang dibentuk oleh orang berusia 45 tahun kebawah, yang berpendidikan tinggi,kesejahteraan semakin baik, terhubung (well connected) dengan internet. Untuk well connected dengan internet ini akan melahirkan generasi masyarakat yang disebut oleh ustadz Anis Matta dengan "native democrazy".

Proyeksi data BPS menunjukkan pada tahun 2014 angka usia produktif 15 th mencapai 65%.Penduduk berusia muda ini memiliki tingkat pendidikan dan penghasilan yang tinggi.Adapun masyarkat Indonesia yang terkoneksi dengan internet sejumlah 60 juta lebih,Nah, angka itu sama dengan hampir 25% penduduk Indonesia. Inilah "the new majority" kelompok mayoritas baru Indonesia sekarang. Munculnya native democrazy juga menarik untuk dicermati. Native democrazy adalah generasi yang sejak lahir hanya mengerti demokrasi. Pemilih pemula pada tahun 2014 adalah mereka yang lahir pada rentang tahun 1992 - 1997. Adapun gelombang ke-tiga Indonesia dimulai untuk generasi yang lahir sekitar tahun 1980an.

Saya termasuk generasi gelombang ketiga Indonesia. Tentu generasi kami berada dibawah generasinya ustadz Anis Matta. Alhamdulillah wasyukurillah. Kenapa demikian? ya, karena pada generasi ini adalah masa dimana generasinya mengharapkan  pemenuhan kebutuhan akan kesejahteraan, pengetahuan dan agama. Pada generasi ini akan tumbuh generasi yang memiliki penghasilan banyak untuk kesejahteraan, namun mereka tetap mempunyai waktu luang untuk keluarga, karena banyak diantara mereka yang merasakan ditinggalkan oleh orang tua mereka karena orang tua mereka sibuk bekerja atau karena orang tua mereka memilih menjadi single parent.

Tentu saja pendekatan politik untuk menghadapi masa ini akan lain dengan masa-masa sebelumnya. Kalau dalam marketing 3.0 dikatakan bahwa seorang marketer hanya perlu menjadi fasilitator saja untuk menghadapi konsumen, karena partisipasi konsumen sangat tinggi akan produk. Maka mungkin akan demikian adanya dengan politik. Pemerintah akan menjadi fasiliattor kehidupan saja. kenapa? karena masyarakat pada masa ini sudah mencapai predikat sebagai generasi terbaik zaman, sudah maju. Catatan terakhir adalah kita akan dan harus memindahkan obrolan politik menjadi suatu perubahan ranah peradaban. Pembicaraan kita adalah bagaimana menggulirkan peradaban baru yang entah apa namanya nanti dalam perguliran gelombang ke-tiga Indonesia. Gelombang ini baru saja dimulai. Masih panjang masa gelombang ke-tiga ini akan bergulir.

Buat saya, jadi teringat janji Alloh bahwa nanti akan datang masa kembalinya perdaban Islam Rahmatan lil alamiin entah dalam wajah apa. Bisa jadi namanya bukan Islam namun substansinya adalah tradisi tradisi dan pemikiran Islam yang dipakai. Sempat juga terpikir apakah masa gelombang ketiga ini akan lama seperti gelombang atau masa masa sebelumnya. Ataukah cepat.Tugas kita adalah turut serta m,embangun peradaban. Dengan mengambil bagian atau porsi apa dalam peradaban tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...