Sabtu, 27 April 2013

Ruang Rindu

Di daun yang ikut mengalir  lembut
Terbawa sungai ke ujung mata
Dan aku mulai takut terbawa cinta
 Menghirup rindu yang sesakkan dada

Jalanku hampa dan kusentuh dia
Terasa hangat oh di dalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi

Tak penah ku ragu dan slalu ku ingat
Kerlingan matamu dan senstuhan hangat
Ku saat itu takut mencari makna
Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada

Kau datang dan pergi oh begitu saja
Semua kutrima apa adanya
Mata terpejam dan hati bergumam
Di ruang rindu kita bertemu

(Lirik lagu Ruang Rindu oleh Letto.)

Terkadang kita bisa melewatkan momentum yang sebenarnya bermakna bagi hidup kita terkait dengan hati. Namun hal itu ternyata bisa juga terlewat oleh kita lantaran kita kurang peka membaca situasi. Kekurang pekaan kita membaca situasi bisa disebabkan oleh fokus pikiran kita yang sedang memikirkan hal lain dalam salah satu ruang dihati kita. Ibarat sebuah rumah, dalam hati kita itu tersekat ruang-ruang yang menjadi bagian keutuhan hati. Well...kali ini saatnya kita membahas salah satu ruang di dalam hati kita yakni ruang rindu.

Rindu kerap kali datang saat kita hening, sepi. Dalam suasana itu akan terlintas kenangan-kenangan masa lalu yang pernah terlintas dihati. Lintasan-lintasan ini tentu saja mempunyai kadar tersendiri dalam kedalamannya. Hati kita tanpa diajari sudah faham akan kedalaman masing-masing perlintasannya. Lintasan hati yang mendalam biasanya akan muncul dalam salah satu ruang di hati kita. Yup...di ruang rindu. Bahkan kita tidak bisa memilih bahwa ruang rindu itu harus kita isi dengan kenangan tertentu. Itu susah sekali. Kenangan itu hadir acap kali saat kita sedang rapuh. 

Rapuhnya seseorang itu relatif. Biasanya bagi seorang perempuan yang sedang sensitif misalnya saja karena faktor datangnya tamu tiap bulan, kerap kali dilanda rindu yang sangat mendalam pada salah satu ruang dihatinya. Terkadang kerinduan itu akan berbuah curhat kepada sahabatnya akan sosok yang dirindukan atau akan momentum yang berkesan dalam perlintasan hatinya. Terkadang kerinduan itu tak bisa muncul dalam kata-kata namun dalam bahasa tubuh yang lain misalnya mengalirnya tetesan air mata atau menangis.

Bagi laki-laki tentu saja lebih tegar dalam menyiasati runag rindu ini. Laki-laki memang diciptakan untuk lebih tegar dalam menghadapi rindu yang melintas di hatinya. Mungkin juga bagi anda yang merasa laki-laki dan kebetulan sedang membaca tulisan ini tersenyum sendiri, lantaran sama saja kok dengan yang perempuan jika hatinya merindu. Yup..masing-masing pribadi tentu berbeda dalam menyikapi hal rindu dihati. Yang pasti itu bukan hal yang mengandung unsur salah atau benar bagi seseorang, natural saja dan itu semua manusiawi.

Kehilangan momentum dalam diri seseorang terkait kenagan indah dalam hati yang terlintas bisa juga terjadi lantaran tidak siapnya seseorang mendapatkan perlintasan hati selanjutnya dalam tempo yang hampir bersamaan. Misalnya saja, seseorang yang baru saja kecewa oleh seseorang kemudian berada pada posisi sedih karena kehilangan dan ternyata dalam waktu yang bersamaan sepenarnya sudah dikirimkan perlintasan baru lagi yang sebenarnya sangat dalam namun orang tersebut melewatkan momentum itu lantaran tidak siap. Hal ini juga bisa berpotensi melahirkan runag rindu yang mendera dahsyat dimasa yang akan datang. 

Apa yang sebaiknya kita lakukan jika rindu mendera? Bagi saya pribadi bawa rindu itu dalam doa. Sampaikan kepadaNYA. curhatlah kepadaNYA. Tanyakan kenapa masih memunculkan momentum itu dalam ruang rindu dihati kita. Bukankah hanya Alloh SWT yang maha membolak balikkan hati hambaNYA? Ya muqollibal qulub.....yang maha membolak-balikkan hati .....dan lanjutkan dengan ikhlas akan apa yang Alloh SWT inginkan akan kita. Sebaiknya kita harus berlatih untuk senantiasa menjaga perlintasan hati kita untuk dzikrulloh saja, namun dalam kontek pergaulan dan kehidupan kita sehari-hari dalam pertemanan atau amanah bersama terkadang kita sulit mengelak dari adanya perlintasan hati tadi. Wollohualambishowab....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...