Kamis, 04 April 2013

Madre

Berawal dari tweetter Dee sapaan Dewi Lestari pengarang novelet Madre kemarin pagi. Sepertinya Dee ingin sekali meluruskan bahwa yang sangat memegang teguh untuk membesarkan Tan De Bekker adalah Mey bukan Tansen. itulah yang membuat saya ingin segera menonton film Madre yang merupakan novelet dari Dee. Well....surprise sebenarnya ketika saya baca resume film ini dan saya tahu Madre merupakan garapan Mizan Production. Biasanya film-film karya mizan banyak berbau sosial misalnya film Emak Ingin Naik Haji dan  Rumah Tanpa Jendela. 

Penasaran juga, knapa Pak Haidar Bachir (pemilik Mizan) mau memfilmkan novelet ini. Ekspektasi saya sangat tinggi terhadap kedalaman film ini. Mungkin karena pengaruh Pak Haidar Bachir juga, lantaran  Mizan publishing saat ini banyak mempublish buku-buku karya Paulo Choelho, bahkan novel dunia sophi (sophi world)pun saat ini yang beredar di toko buku merupakan terbitan Mizan. Beberapa teman saya menilai Sophi wold itu mirip Supernovanya Dee. Jadi masih berada dalam satu genre filsafat. Hal yang wajar juga kenapa Mizan juga membidik segmen filosofis untuk film yang ia buat, mungkin itu merupakan idealismenya Pak Haidar Bachir yang memang mengambil master di USA untuk jurusan filsafat. Harapan saya film yang  filosofis seperti biasanya novelet Dee juga berasa "dalem" dalam makna. Ternyata masih kalah "dalem" dari Rectoverso.

Madre adalah biang kue yang dapat dikembangkan menjadi adonan. Dalam bahasa spanyol Madre berarti ibu. Yup....biang kue yang diwariskan dari seorang ibu kepada anak laki-lakinya yang bernama Tansen (diperankan oleh Vino G Bastian). Tan De Bekker toko kue yang sudah lama mati. Dihidupkan kembali dengan latar dan peristiwa yang membalut film ini. Film ini diawali dengan kembalinya Tansen ke Bandung karena mendapat wasiat untuk menjadi pewaris Madre. Rasa bimbang mendalam lantaran Tansen adalah orang bebas yang hanya memikirkan tentang bagaimana menaklukkan ombak yup...Tansen adalah peselancar, yang tinggal di Bali dan tidak menyukai hidup di kota besar. Mengemban amanah  untuk menghidupkan kembali Tan De Bekker adalah hal yang berubah 180 derajat dari visi hidupnya. Adalah Mey teman masa keci Tansen seorang perempuan cantik menurut versi saya (diperankan oleh Laura Basuki) yang akhirnya bisa menghidupkan kembali Tan De Bekker. Subhanalloh Cantiknya....saya suka sekali karakter Mey yang anggun, lembut, cerdas, teguh pendirian, dan motivator ulung.

Believe it or not bahwa ada bakat-bakat tertentu yang memang diwariskan. Misalnya artisan. Artisan adalah keahlian dalam membuat kue. Tidak semua orang sekali membuat kue langsung sukses, ada yang bantat, gosong dan lain sebagainya. Tapi memang ada orang-orang yang diberikan keahlian oleh Tuhan yang didapat secara turun temurun/warisan. Tansen mewarisi bakat membuat kue tersebut dari ibunya sebagai artisan. Awalnya Mey akan membeli Madre Rp.130 juta rupiah dan terus melobi agar Mey dapat membeli Madre. Awalnya Tansen tetarik, namun setelah melihat antusias dan kecintaan mantan para karyawan Tan De Bekker untuk menghidupkan kembali maka Tansen tergerak pula untuk menghidupkan kembali Tan De Bekker. Dengan diajari oleh Pak Dhe yang merupakan sahabat kakek Tansen yang diperankan oleh Deddy Petet akhirnya Tansen mampu membuat roti dan menghidupkan kembali Tan De Bekker.

Dalam perjalanan  perkembangannya terlihat Mey sangat ingin ikut berperan dengan mengambil porsi untuk proyek kerjasama dengan Tansen. Maka muncullah riak-riak tidak enak dari rekan kerja Mey yang ternyata adalah calon swami Mey. Drama percintaan yang belum kesampaian membalut kisah ini. Hingga muncullah Original Soundrack film ini yang dinyanyikan oleh Afghan Syahreza dan sekarang sudah mulai digemari oleh para afghanisme. Bukan karena sountrack film juga kalau yang nyanyi afghan pasti bakal laris manis. Malah saya memprediksikan lagunya afghan ini lebih populer dari filmnya. Lantaran Afghannya memang sudah populer terlebih dahulu. Akhirnya ketahuan bahwa memang ada cinta diantara mereka (Tansen dan Mey). Finally...Tansen kembali ke Bali, berselancar kembali menjalankan hidupnya sebelum kembali ke Bandung dan berkutat dengan Madre. Mey yang teguh dalam pendirian, menemani para karyawan Tan The Bekker untuk tetap menjaga agar tetap hidup. Beruntungya kamu Tansen. Ada wanita yang menunggumu dirumahmu, membesarkan usaha keluargamu karena cinta. Hingga pada suatu hari Tansen kembali ke Bandung  dan bertemu Mey.

Menilai film ini saya memberi nilai c plus mendekati B. Mungkin akrena expektasi saya akan film ini terlampau tinggi pada awalnya  jadi akhirnya agak kecewa dengan filmnya. Last but not least Jaya terus film Indonesia. Buat Vino kenapa juga musti bermain di dua film yang tayangnya bersamaan. Usul ya Vin...besok-besok jangan beginilah, soalnya saya jadi malas menonton Tampan Taylor yang kamu bintangi juga ternyata.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...