Minggu, 07 Juli 2013

Bahagia itu Pilihan

Berdamai dengan diri sendiri itu bukan perkara mudah. Kerap kali ego mendera kita untuk terus menerus melanjutkan apa yang dirasakan oleh hati. Spesifiknya tentang cinta. Cinta datang dan pergi suka-suka dia, hanya Cinta dan Tuhan yang tahu kapan dia akan hadir menyapa kita dan kapan ia akan pergi. Kok seperti bajaj di Jakarta ya, kapan dia akan belok maka hanya tukang bajaj dan Tuhan yang tahu, karena tidak pernah ada cerita tukang bajaj kirim tanda kepada pemakai jalan yang lain kalau dia mau belok, tahu-tahu dah.ngeloyor ajah tuh bajaj....Begitulah karakter cinta. Maka ikhlaskan saja jika cinta datang menyapa, begitu juga jika ia akan pergi. Gampang ya nulisnya, padahal ngejalaninnya susah bener, ngabisin berliter-liter air mata kalau tetesannya ditampung dalam sebuah bejana. Aih....dramatis amat.

Well... buat kamu yang pernah ditinggalkan oleh Cinta oleh hal-hal yang bukan keinginan kita, maka rasanya itu sakit, some times hingga tak terperi, bahkan bagi mereka yang labil bisa hingga menciderai diri sendiri bahkan bunuh diri. Bagi kita yang mempunyai pegangan agama yang kuat pasti tidak akan terkecoh oleh ulah si cinta, kita bisa merasakan getaranya sambil sesekali tersenyum untuk menertawakan diri kita sendiri, kadang juga bisa menangis lantaran kok didatangi si cinta dan masih tak berdaya dengan keadaan yang ada. Hingga bertanya kepada yang maha memberi cinta : "kenapa diberi ujian cinta lagi? apakah yang kemarin-kemarin itu saya belum lulus juga akan ujianMU yang namanya cinta?". Sebagai insan biasa yang penuh alpha tentu wajib bagi kita untuk berintrospeksi jika masih diberi ujian hidup yang sama, misalnya dalam hal ini tentang cinta. 

Tentang rasa ditinggalkan oleh cinta dan meninggalkan cinta itu sama. Sakit. Hanya saja hidup itu akan terus berjalan, kelak ada waktu yang akan menyembuhkannya. Namun ditinggalkan oleh cinta, proses penyembuhannya butuh waktu lebih lama daripada meninggalkan cinta. Kenapa? yup karena hatinya belum siap untuk ditinggalkan. Hal ini berbeda dengan meninggalkan cinta. Bahkan dirinya sendiri yang berniat meninggalkan, maka ia akan selangkah lebih maju untuk menggapai hal yang akan dituju kedepannya. Apa itu? tentu saja bahagia (happy). Karena ingin happy maka sang pencinta akan berusaha mendifinisikan model bahagia yang ia targetkan selanjutnya, tentu berbeda dan valuable dibandingkan kebahagiaan yang mungkin ia bayangkan dapat diraih bahkan pernah dirasakan saat bersama cintanya. Maka manusia itu tumbuh dan itu wajar adanya. Bahkan mungkin itu fitrah.

Bahagia (happines) dalam bahasa khas jawa lebih enak dengan istilah "tentrem" atau tentram. Jika kita tentram maka bagahiapun sudah tentu kita sudah raih. Maka saya lebih senang menyebutkan target diatas bahagia adalah ketentraman "tentrem" dalam istilah jawa. Bagaimana menemukan model "tentrem" yang baru yang akan kita raih dimasa mendatang. Tentu itu akan inheren/ sejajar dengan apa yang akan kita cita-citakan kedepan, terkait dimasa depan kita akan hidup seperti apa, bahkan dimasa tuanya akan berkehidupan seperti apa, maka dengan siapa nanti ia akan membangun cinta, syukur-syukur bisa jatuh cinta dengan sosok yang tepat dalam pasangan target untuk model "tentrem" dimasa mendatang.

Misalnya model target "tentrem" dimasa datang adalah terlaksananya visi hidup kita bahkan bisa bersanding dinamis dengan pasangan kita kelak (suami kita). Maka yang perlu dibenahi saat ini adalh selera. Karena bisa jadi kenapa diuji dengan hl cinta yang itu-itu saja, meskipun ujian cinta itu hadir dengan berbagai macam cerita kreatifitas sang pencipta / sang maha karya cinta, namun judulnya satu ujian cinta. Bisa jadi memang kita yang masih salah dalam berselera. Maka tak perlu malu untuk merubah selera kriteria pasangan hidup kita kelak, geratis ini kok gak mbayar. Disatu sisi dirasa berat hati atau enggan merubah selera, lantaran kata salah satu motivator yang sebentar lagi  (malam senin) mengisi di salah satu TV swasta tanah air, mengatakan kira-kira begini : "jika dalm hati kita terbersit keinginan, bahkan mungkin salah satunya dalambentuk selera maka mungkin itu cara Tuhan memberikan jalannya." Nah loh....ada dua sumber yang berbeda yang membahas tentang selera kita akan pasangan hidup kita.

Maka pilih saja mana yang menjadi jalan yang menentramkan kita bahkan ini jalan yang menuju "tentrem" tadi, gimana gak bingung tho, apa maksudku?. Jalan yang menentramkan menurutku yang bersumber dari ajaran agama. Cirinya, jalan itu semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan, dan cara itu membuat kita lebih baik di dalam hubungan dengan sesama (bermuamalah). Maka yakinlah bahwa kita itu seindah pasangan kita. Kita dan pasangan kita ibarat cermin maka itulah diri kita. Saat ini merasa selevel dengan cinta kita, namun tetap saja bersedih dan tidak happy. Maka mungkin pasangan kita saat ini berada pada level diatas kita. Level dalam hal apa? tentu saja dalam hal iman. Maka pasangan cinta saat ini, atau seseorang yang disinyalir sama level keimanannya saat ini bukanlah jodohnya? Mungkin iya. Semua diawali kata mungkin, karena tak tahu pasti level keimanan seseorang itu parameternya apa. 

Maka saya buat saja sendiri, barang kali jika dilihat dari kwalitas ibadahnya, samasama mengerjakan sholat wajib saja, sama-sama kadang masih menunda sholat wajibnya, sama-sama belum merutinkan sholat tahajud, sama-sama belum shoum sunnah. Apakah itu bisa? Wollohualam, hanya saja jika dengan persamaan level itu sudah happy alias menentramkan maka mungkin itulah jodohnya. Namun bila tidak jua, maka bisa jadi dia memang bukan jodohnya. Dan jodoh yang laksana kita bercermin itu sudah sangat indah level imannya. Bayangkan jika dia yang berada  pada level yang indah itu jodoh kita? Kenapa kita tak hendak mengejarnya jua. Misalnya kita bersegera melakukan amalan-amalan tambahan sunnah, misalnya kita bersegera sholat wajiab diawal waktu bahkan menunggu waktu sholat dan lain sebagainya yang akan segera menaikkan level iman kita, Why not ??? Bukankah itu proses yang menentrankan untuk meraih "tentrem". Isn't it?

So ikhlaslah, untuk meninggalkan cintamu dan mengejar model ketentraman yang telah kau bangun sesuai dengan selera yang digariskan oleh sang Maha pemberi Cinta. Bahkan jika nanti tak bertemu cinta lagi, kau bisa membangun cinta dengan orang yang mempunyai modal yang disukai oleh sang maha pemberi cinta. Kenapa kau tak berselera dengan yang disukaiNYA? apakah kau masih salah dalam menentukan selera? Apa benar model ketentramanmu dimasa mendatang akan tak tergambarkan lantaran salah dalam memilih selera. Come on tinggalkanlah....katakan good bye untuknya...karena ada kebahagiannya yang hendak kau raih, kebahagiaan yang bisa engkau ciptakan sendiri yang dimulai dari saat ini engkau melangkah. Mulai dari yang kecil lagi : Perbaiki seleramu!. Bernafas leggaaa......"Wollohu'alam biishowab..."












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...