Jumat, 19 Juli 2013

Bapak.

Ramadhan kali ini akan pulang ke Magelang lebih awal daripada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Yup...lantaran saya di Semarang, maka dekat jika dibandingkan dengan biasanya saya di Jakarta. Ramadhan selaluku teringat sama Bapak. Dulu sebelum Bapak dipanggil Yang Maha Kuasa selalu ada kado ulang tahun buat Bapak. Hal yang kecil namun itu sangat berkesan buat Beliau. Bapak lahir tanpa tahu tanggal berapa dan bulan apa serta tahun berapa. Itu umum terjadi pada orang tua zaman dulu yang tidak mencatat tanggal lahir anak-anaknya. Nenekku dan kakekkupun demikian. Nenek bercerita kepada Bapak bahwa seingat Nenek, Bapak sudah bisa digendong miring/ ditekuk dalam bahasa jawa disebut dengan dipekeh, saat upacara pernikahan puteri Wihelmina. Saat itu sekitar tahun 1930an. Dan anak yang dipekeh itu biasanya berumur sekitar 5 bulan. Nenek menambahkan saat itu bulan Ramadhan ketika Bapak dilahirkan.

Maka ketika kami sekeluarga mempunyai tradisi memberikan kado saat anggota keluarga berulang tahun maka Bapak berkata kalau Beliau dilahirkan pada Bulan Ramadhan. Sebagai anak yang memahami Bapak maka saya tahu Bapak juga ingin dikado seperti Ummi dan kedua kakakku jika berulang tahun. Sudah sepuluh tahun ini saya tidak memberikan kado ulang tahun untuk Bapak, karena Bapak sudah menghadapNYA.Maka kado yang senantiasa putrinya lakukan adalh berusaha terus menjadi perempuan yang sholihah, agar kelak Bapak dan juga Ummi mendapatkan jannahNYA. Seperti yang termaktub dalam sebuah hadist Nabi yang kira-kira seperti ini bunyinya: Jika engkau diberikan amanah tiga anak perempuan dan ketiganya sholihah maka syurga adalah janjiNYA, kemudian sahabat bertanya bagaimana jika dua Ya Rosul? Rosululloh menjawab ya surga juga, kemudian ada sahabat bertanya kembali bagaimana jika hanya satu? Rosulullohpun mengiyakan.

Well...Ramadhan dua pekan terakhir akan kunikmati di kampung halamanku Magelang. Kerinduanku akan beramadhan di kampung sangat dalam, aku juga tak tahu kenapa bisa seperti itu. Padahal lebaran tahun ini mbak Yas kakakku akan mudik ke Jakarta ke rumah mertuanya dan sudah bisa diduga maka aku akan sendirian dirumah. Tak mengapa dalam hatiku, aku akan lewati ramadhan dan lebaran kali ini sendirian saja. yup di rumah Bapak. Tapi tak mengapa kehidupan di kampung itu berbeda dengan kehidupan di kota besar. Satu kampung bisa jadi saudara dan akan banyak yang silaturrahim kerumah dan saya juga akan silaturrahim kepada saudara-saudara Bapak dan ummi karena menyambung tali silaturrim dengan saudara dan temen/sahabat dari orangtua kita itu baik hukumnya.

Almarhum Bapak adalah laki-laki pertama yang kukenal baik dalam keluarga. Bapak tentu saja paling ganteng serumah lantaran anggota keluarga yang lain adalah semuanya perempuan. Kadang Bapak sholat sendirian tak berjamaah ketika Bapak tidak sholat di Masjid lantaran ketiga putrinya dan ummi sedang menstruasi. Bisa kubayangkan betapa bahagianya Bapak jika mempunyai anak laki-laki. Dulu Bapak hanya ingin dua nank cuku yakni mbak Septi amarhumah dan mbak Yas. Namun Bapak tambah lagi satu saya yang berjarak lumayak jauh dengan kakak keduaku mbak Yas (Yazidatus Sa'diyah Agusani) yakni 5 tahun dan kakak pertamaku almarhumah Farida septi Handayani 8 tahun. Ternyata Alloh memebrikan karunia kepada Bapak dan Ummi aku, seorang perempuan. Maka kadang Bapak suka bercanda " wah memang susah ya bikin anak laki-laki." karena Bapak memang kadang humoris.

Sering menangis kalo teringat Bapak. Betapa kini kusadari setelah saya tumbuh dewasa ternyata Bapak adalah peletak legasi hidupku. Bahwa Bapak adalah guru tentang nilai, guru tentang idealisme buatku dan kakak-kakaku. Ternyata memang seperti itu. Memang sering kita dengar seorang ibu adalah madrasatul ula bagi putra-putinya, namun sejatinya yang benar adalh tanggung jawab pendidikan anak itu tetap pada diri sang ayah. Maka kelak ketika kita sudah meninggal dan Alloh memanggil nama kita dalam antrian untuk hari penimbangan (yaumul miizan) adalah nama anak binti nama Bapak. kelak Alloh akan memanggilku Noviati Endang Mustaqimah binti Abu Sudjak.  Karena nama Bapakku Abu Sujak. Maka kadang suka heran jika ada nama dan diikuti nama swami, misalnya Titi Tsuman yang akhirnya berpisah dengan swami maka berganti dengan Titi Rajo Bintang. Sebaiknya dari awal pakailah nama Bapak sehingga tidak terjadi hal yang agak aneh dalam penamaan namanya.

Aku sangat terkesan dengan cerita-cerita Bapak saat aku masih kecil, Bapak adalah seorang story teller yang baik, mulai dari cerita-cerita tentang Nabi hingga cerita kancil yang bisa Bapak ceritakan untukku, tentu saja Bapak sangat ekspresif dalm bercerita. Maka munkin aku saat ini bisa ekspresif lantaran dulu mendapat ilmu ekspresif story tellingnya Bapak. Tak pernah lekang pula dalam ingatanku Bapak sakit selama satu tahun badannya tidak bisa digerakkan, lantaranaku minta digendong dibelakang dan Bapak terjatuh, dalam bahasa jawa sering disebut kecengklak. Hampir tiap sore kaalu tak hujan Bapak menggendongku di punggungnya mengajakku berjalan-jalan dan Bapak akan menceritakan tentang ayam, ikan di kolam atau apapun yang ditemui sore itu. Duh....kini saat aku menulis ini air mataku benar-benar mengalir....

Saat aku tumbuh menjadi ABG Bapak merubah pola asuhnya kepadaku, Beliau lebih banyak mendengar. Makanya dulu saat masih SMP kadang saya suka aneh kalau ada teman  laki-laki kok cerewet sekali, karena dulu yang saya temui dirumah satu-satunya laki-laki adalah sosok yang berbicara proporsional saja. Tidak cerewet. Cerita kehidupan sehari-hari masa ABG yang ceria dan mulai mempesona tentu saja dengan Ummi. Apapun itu. Hingga ummi hafal nama-nama temanku, maka saat teman-temanku silaturrahim kerumah ummi sudah tahu oh yang ini namanya A atau yang ini namanya B orangnya seperti ini blablablabla.Ummi biasanya bercerita sama Bapak atas perkembangan putri-putrinya yang sudah dewasa dan apa saja hal-hal yang perlu diluruskan secara nilai/ value. Maka seingatku Bapak akan menyelipkan nasehatnya saat- saat ada momentum yang tepat. 

Misalnya dulu saat aku kelas 2 SMP aku punya adek kelas yang sama-sama aktif di Pramuka namun sepertinya kok penghormatan kepadanya kurang jika dibandingkan dengan si A yang dulu teman saat SDku. Disinyalir si A adalah anak istri pertama dari srorang terpandang dari kampung tetangga dan adek kelas saya adalah anak dari isteri kedua atau bahkan mungkin isteri simpanan. Aku melihat betapa jahatnya orang-orang bahkan teman-temanku membedakan terhadap keduanya. Padahal adek kelasku itu pandai, santun, aktifis hanya karena posisi ibunya yang berstatus berbeda dengan ibu si A maka akhirnya adek kelasku tidak mendapatkan penghargaan yang sama dengan si A. Nah....kegelisahan-kegelisahan seperti tiu yang dulu kurasakan saat SMP ketika melihat fenomena pertemananku dan aktifitasku. Biasanya kalau cerita model begini pasti sampai telinga Bapak. Dan Bapak akan menjelaskan sebuah konsep secara sederhana seusiaku saat aku bisa memahami konsep itu. Bapak kadang provokatif agar aku tergerak untuk cari tahu akan kebenaran akan sesuatu. Liat saja nanti adek kelasmu itu bagaimana, titeni....(dalam bahasa Indonesia tandai). 

Bapak waktu itu bercerita tentang bibit yang baik seorang anak itu haruslah dengan cara yang baik. Maka memang ketika seorang istri katakanlah menjadi simpanan seseorang dan mungkin tidak dinikahi maka itu berzina kedepannya anak yang dilahirkan dari perzinaan adalah tidak barokah. Namun anak yang lahir itu kan seperti kertas putih yang bersih dan tinggal bagaimana ia dididik, karena dalam Islam bukankah tidak mengenal dosa turunan. Bapak mendengarkan argumentasiku dan seperti biasa tersenyum....lihat saja entar gimana? (agar aku merasa tak puas dan mencari itu apa.....) Seperti itulah Bapakku.

Hingga setelah di Jakarta saya temukan buku karangan Pak Palgunadi Tatit Setiawan tentang keberkahan yang kalau saya tidak salah ingat namanya "Daun-daun berserakan". Dan saya tersenyum dan disambung menangis karena ingat Bapak, saat saya berumur tiga belas tahunan Bapak mau menceritakan kepadaku tentang konsep keberkahan. Akhirnya saya faham melalui buku itu, apa yang disampaiakan pak Pal intinya sama dengan apa yang disampaikan Bapakku. Aku sungguh terharu....Hingga dalam acara reuni SMP beberapa tahun lalu kami bertemu kembali. Saya sudah di Dompet Dhuafa. Nampak Pak Bunanto guru matematika kami menyapa,"Novi....ini lho ada yang lupa sama kamu...". "Siapa pak?". Nampak disebelah Pak Bunanto seorang pria dengan stelan celana jins basic dan hem lengan pendek dan yup...lumayan keren and handsome nampak sangat terpelajar. Aku masih menebak dan laki-laki itu berbicara begini :"sekarang mbak Novi sudah jadi akhwat ya...dulu kan mbak sayang banget sama aku..". Aku tahu laki-laki ini adalah temanku yang suka mengayuh sepeda bersama saat pulang sekolah, bercerita tentang keluarga dll...ya itu kamu. Orang yang pernah jadi pembcaraan dirumahku tentang "apa itu berkah". Dalam hatiku aku tertawa ngakak mungkin bukan sayang tapi aku kasihan lebih tepatnya itu. Namun mulutku tentu saja tetap terkunci hanya sajan aku tersenyum simpul. "saya di UGM mbak ambil ilmu politik saya aktif di lembaga risetnya doakan saya segera lulus." adek kelasku itu menceritakan aktifitasnya saat ini. Maka lagi-lagi aku saat itu teringat akan Bapak dengan konsep keberkahannya.

Saat saya bergabung dengan regu inti PRAMUKA SMP Bapak yang terlihat sangat senang dan antusias. Dulu memang saya tomby, ups keceplosan, tapi itu dulu ya....sudah lama sekali...(SMP catet!). Melihat anak bungsunya berspatu warrior, mamakai copel dan bertopi rimba itu nampak pemandangan yang "sesuatu" buat Bapak. Kenapa? Ya...karena Bapak sangat ingin ada anaknya yang menjadi tentara. Aneh ya?  Saat ada ABRI MASUK DESA Bapak sangat detail menanyakan persyaratan untuk menjadi seorang tentara, Bagaimana jika tentara wanita dan lain-lain semua ditanyakan. Harapannya saya jadi tentara. Hanya keinginanku jauh dari menjadi seorang tentara. Meskipun pernah juga ingin membahagiakan Bapak dengan mengikuti seleksi masuk AKIP 9Akademi pemasarakatan) yang semi militer, dimana salah satu profesinya adalah menjadi SIPIR penjara. Hahahaha ngikik kalau saya mengingat masa itu selepas kuliah. Itupun Bapak sponsor utamaku. Namun saya gagal dalam seleksi tersebut. Bapak Mohon maaf tidak mengabulkan keinginanmu. Aku selalu bertanya dalam hati, kenapa ya Bapak ingin anaknya menjadi tentara? Dan pertannyaaku terjawab beberapa hari lalu saat saya menonton film "Sang Kyai". Yup karena Hisbulloh adalah cikal bakal lahirnya TNI. Bapak dulu termasuk pejuang Hizbulloh dan mengerti betul seperti apa heroiknya perjuangan mengangkat senjata. Mungkin Bapak ingin sekali salah satu anaknya ada yang bisa merasakan perjuangan semacam itu tentu saja dalam kontek kekinian yakni menjadi tentara. Ah lagi-lagi saya kagum sama Bapak. 

Bapk bisa bermain musik. Dalam group keroncong bersama teman - teman Belia Bapak biasa memainkan bass bethot. Tapi Bapak juga piaway bermain gitar. Dulu band keroncong Bapak adalah pengiring opera Betha-Bethi yang digelar di Kyai Sepanjang yang saat ini dikenal dengan sasana bumi kyai sepanjang yakni salah satu gedung perjunjukan di Kota Magelang. Dengan Band Bapak pula Bapk biasa mengiringi acara-acara partai Masyumi. Maka sering terkenal dengan Bandnya Masyumi. Well...Nuansa musik dirumah sangat bebas terekspresikan. Semua aliran musik boleh diperdengarkan di rumah tidak ada proteksi sama skali, bebas sebebas-bebasnya sesuai dengan kesukaan masing-masing anggota keluarga. Dulu Bapak juga tidak masalah mendengarkan kaset-kaset Nirvanaku, Bon Jovi, Fire House dan lain sebagainya (sekali lagi itu dulu ya....:p). Yang pasti mendengarkan lagu keroncong dan mengiringi Bapak bernyanyi saat beliau memainkan gitar. Ah Bapakku memang asyik ternyata orangnya...

Saat aku bekerja setelah lulus SMU, Bapak sangat terharu dan terkesan saat aku sudah bisa memberinya uang. Bapak memberikan laporan detail uang itu untuk apa. padahal buatku tidak penting akan Bapak gunakan untuk apa. Aku cuma mau bilang come on anak bungsumu ini sudah besar, sudah bisa cari duit sendiri dan tak usah dijadikan beban pikiran. Itu saja. Maka akhirnya aku tahu bahwa nasib bekerja terlebih dahulu sebelum aku kuliah S1 adalh cara sayangnya Alloh agar aku bisa merasakan nikmatnya memberi uang kepada Bapak. Why? Karena setelah saya lulus kuliah S1dan bekerja maka Bapak sudah tidak bisa menerima uang pemberianku.Yup lantaran Bapak sudah dipanggil yang Maha kuasa. Syukur selalu saya pajatkan bahwa saya pernah menjadi buruh pabrik di  bilangkan kawasan EGYB Bekasi. Karena dengan gajiku disana aku bisa memberi Bapak. Meskipun kutahu itu belum apa-apa dari apa yang telah Bapak beri buat kami puteri-puterinya. 

Saat aku kuliah S1 Bapak adalah teman diskusiku tentang ekonomi syariah. Bapak dapat berbahasa arab dengan baik, Bapak juga memahami akad-akad dalam fiqh muamalah saat saya coba bacakan makalah-makalah yang saya dapatkan saat kuliah informal ekonomi syariah atau dari bahan seminar-seminar ekonomi syariah yang kuikuti. Bapak juga orang yang nyambung saat saya bercerita  tentang Dinar-dirham saat aku bersemangat bercerita tentang mata uang itu. Subhanalloh itu keren menurutku.....Yang membuatku terharu adalah Bapak yang menyediakan air hangat untuk aku mandi kalau baru pulang dari UNSOED Purwokerto tempat dimana saya kuliah S1(maklum dirumah tidak ada penghangat/ pemanas air untuk mandi).

Sekarang jika Bapak masih ada kira-kira Bapak akan bicara apa ya? kadang suka terbersit dalam benakku. Teringat pula saat Bapak sering mendatangai kamar-kamar putri-putrinya hanya menanyakan apakah kami sudah makan? dalam bahasa arab " lam takkul?". Itu pertanda Bapak mau makan dan memastikan jika Bapak mau makan semua putri-putrinya juga sudah makan. So Sweet ya...Bapak juga suka becanda dengan beberapa sindiran lucu. Misalnya jika Ummi sibuk dan terlalu serius mengisi buku-buku laporan PKK Desa hingga kadang kelupaan untuk menyediakan makan bagi swaminya. Bapak akan nyeletuk gini :" lho kui ummuka nganti wis koyo manuk garudo wae ket mau..." dalam bahasa Indonesia begini:"Lho itu ibumu (dalam bhs Arab ummuka) sudah seperti burung Garuda saja dari tadi. *Maksud burung garuda adalah burung Garuda Pancasila yang lehernya tidak pernah ganti neggok"kaku" dan tidak bernjak dari  tadi seperti ummi yang asyik ngerjain buku-buku laporan PKK Desa. Kenapa burung garuda analoginya? ya karena ummi itu di PKK Desa ketua Bidang I yakni tentang bela negara atau something like that lah yang berbau nasionalisme gitu. Sebenarnya itu pertanda Bapak sudah lapar dan saatnya makan. Dan Bapak hampir selalu setiap makan ditemani ummi. Tidak mau ditemai yang lain (ya iyalah...hehehehe).

Bapak sangat rapi dalam hal pakaian, pakaiannya tidak banyak tapi bagus-bagus. Sarungnya juga yang bagus, umayan Bagus tepatnya, meskipun juga tidak banyak. Bapak rajin merawat pakaiannya sendiri. Bahkan kadang membilas pakaiannya lagi ketika ummi saat mencucikan bajunya dirasa kurang bersih. Tapi Bapak tidak marah akan hal itu. Bayangkan Bapk ku menyetrika bajunya sendri dan rapi sekali hasil setrikaannya,malah kadang-kadang ummi nitip satu baju untuk disetrikakan sama Bapak. Putri-Putrinya telah terbiasa mencuci baju dan menyetrika sendiri-sendiri sejak kecil dan parahnya begitu juga Bapak. Sama mencuci dan menyetrika bajunya sendiri. Aneh ya untuk masa saat ini?...itulah Bapakku. Bapak juga satu-satunya orang yang bersiul dirumah. Sering mendengar Bapak bersiul biasanya saat sedang berpakaian atau memperbaiki sesuatu. Aku kecil sering kebagian menepuk-nepuk jidak Bapak kalu sedang pusing dan menginjak-injak badan Bapak (ngidak-idak) kalau Bapak capek. Sementara mbak Yas biasanya bertugas memotong kuku Bapak...benar-benar dimanjakan sama putri-putrinya. 

Yang membuat saya kagum ya jiwa pengabdiannya. Hingga akhir hayat tetap menjadi kepala dusun sejak Tahun 1982 Hingga Tahun 2002. Tanpa Bayaran yang memadai. Namun terus ikhlas mengemban amanah. Bermanfaat untuk sesama karena ingin meraih JannahNYA saja. Buatku itu contoh nyata hidup seorang Bapak sederhana yang bisa mewariskan idealisme-idealismeNYA kepada saya. Bapak meninggal dalm usia 72 tahun.Terima kasih Bapak....saya tahu Bapak sudah berusaha menjadi yang terbaik buat saya dan kedua kakaku. Semoga Bapak diberi tempat terbaik disisiNYA saat ini Ammiin. Dan kelak kami sekeluarga bisa bersama berkumpul di SyurgaNYA.Amiiin Ya Robbal Alamiin. Wollohualam BiiShowab.










5 komentar:

  1. Mbak yaz lahir tgl 8 agustus 1975. Betulkah

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf br balas, iya betul itu tanggal lahir mbak yaz....ini siapa ya? kok sepertinya kenal mbak yaz?

      Hapus
  2. Mbak yaz lahir tgl 8 agustus 1975. Betulkah

    BalasHapus
  3. Dulu ibu menunjukkan akhlak yg baik dlm menerima tamu dan menjaga putrinya (sa'diyah). My regards for your older sister....

    BalasHapus
  4. thanks...kok older sister....ini sa'diyah siapa? yazidatus sa'diyah Agusani? mbak Yaz dong? kok aneh sih...

    BalasHapus

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...