Sabtu, 27 Juli 2013

Wonderful Family

Wonderful Family adalah buku ke 41 dari ustadz Cahyadi Takariawan. Diantara buku beliau yang fenomenal dikalangan aktifis dakwah adalah buku "Di jalan Dakwah Aku Menikah" yang diterbitkan sekitar tahun 2006 lalu. Saya amati saat ini ustadz Cahyadi Takariawan mengisi relung segmen keluarga pasca menikah. Seperti buku ke 41 ini Wonderful family. Yang nanti diberitahukan akan dibuat beberapa judul turunannya. Yaitu wonderful couple, wonderful wife, wonderful husband. Dari segi bahasa juga lebih common/ femiliar tidak sempit pada kalangan khusus seperti buku "Di Jalan Dakwah Aku Menikah" yang kesannya berat dan hanya bagi kalangan aktifis dakwah saja kesannya. 

Bagus saya menanggapi strategy yang dilakukan oleh ustadz Cahyadi Takariawan. Jika di Jogjakarta ada Ustadz Salim A fillah yang konsern pada pra menikah seperti juga ustadz Felix Siew dengan bukunya "sudah putusin aja" , juga di Jogyakarta pada lini pembinaan anak-anak (parenting) ada ustadz Faudzil Adhim yang melengkapi ayah Edy untuk yang umum bukan ustadz. Buat saya menarik mengikuti pembicaraan off air atau membaca buku-buku beliau-beliau ini. Inspiratif. Harapan saya para trainer keluarga ini kelak bisa diakses geratis yang difasilitasi oleh pemerintah melalui KUA sebagai kegiatan KUA dalam pembinaan keluarga dan bangsa ini. Amiin YRA.

Well...dalam bedah buku beberapa hari lalu, ustadz Cahyadi Takariawan membedah buku wonderful familiy beliau. Ustadz Cahyadi mengawali membedah bukunya dengan analogi sepatu yang kita pakai sehari-hari. Sepatu yang kita pakai itu kanan dan kirinya tidak sama, mereka berbeda dan dipakai menjadi serasi lantaran berbeda dan bisa mengelola perbedaan itu. Maka seperti itulah hakikatnya pasangan hidup kita (swami dan Isteri).  

Namun jangan pula menganalogikan pasangan hidup itu seperti pasangan sepatu untuk berbagai keperluan, misalnya pasangan sepatu untuk golf, untuk sepatu santai atau untuk sepatu formal. Tentu saja pasangan sepatu dengan analogi yang pertama tadi yang dipakai. Logika analogi sepatu untuk keperluan tertentu tentu tidak bisa dipakai. Bayangkan saja jika misalnya swami istri namun sang swami membawa istri yang berbeda-beda disaat santai, main golf dan dalam kondisi formal. Tentu itu sangat menyedihkan bagi sang istri. dan sebaliknya jika misalnya sang istri yang berganti-ganti swami untuk berbagai jenis kepentingan misalnya main golf, santai, formal tentu itu tidak bisa dilakukan lantaran menyalahi aturan agama. Karena dalam tradisi Islam poliandri tidak dibenarkan.

"Nikah iku seneng Ning Ojo Seneng Nikah", Nikah itu menyenangkan tapi jangan seneg menikah, ungkapan jawa tadi digunakan lantaran itu hanya mengubah kata Nikah dan Seneng jika dibalik posisinya maka menjadi menyeramkan kedengerannya. Senang menikah berarti sering nikah tentu saja tidak diajarkan dalam tradisi Islam dan tradisi manapun diatas bumi ini. Yang kedua adalah  mengenai visi menikah. Bukan gimana nanti tapi nanti itu gimana? Bahkan diskusi visi misi menikah sudah dimulai setelah khitbah dulu. Maka saat menikah adalh menjaga/meraat tumbuhnya keluarga dalam koridor visi dan misi pernikahan/ keluarga yang dibangun. 

Dan yang ketiga adalah pertanyaan penting yang harus selalu dicatat " Kapan terakhir anda mengenalm pasangan anda?" Ini penting untuk diingan dan dilakukan. Kenapa demikian? Karena keluarga adalh organisasi hidup dan setiap saat ada yang berubah. Misalnya saja swami tiba-tiba selingkuh. Maka kata tiba-tiba itu tidak mungkin dalam kamus pertumbuhan keluarga. Ustadz Cahyadi mencontohkan dirinya yang saat menikah tahun 1991 dengan istri beliau Ibu Ida Nurlaila edisi 1991 saat mereka menikah tentu berbeda dengan Cahyadi edisi 2013 dengan saat ini Ibu Ida Nurlaila edisi ahun 2013. Apa saja yang berubah? Yang pertama tentu saja fisik berubah. Dulu masih muda dan kurus, sekarang sudah senior dan gemuk. 

Perubahan kedua adalah tentang keinginan, selera, cita-cita yang berkembang. Kita harus mengerti pertumbuhan pasangan kita terkait hal-hal tadi. Jika swami selingkuh maka selingkuh itu ada keterikatan hati. Maka kondisi selingkuh adalh berbeda dengan kondisi perkosaan atau jajan kepada PSK. Yang harus diketahui oleh masing-masing pasangan kepada pasangannya adlah "Peta Kasih". Peta kasih adalh peta / rekam jejak swami atau istri sehingga tidak kehilangan jejak baik pasangan maupun kelak ketika sudah mempunyai anak. Jangan sampai Peta Kasih antara swami Istri itu usang / tidak ter update yang akhirnya pasangan satu tidak mengetahui pertumbuhan pasangannya. Yang perlu dicermati adalah adanya alienasi swami. Swami biasanya bekerja dluar dan mempunyai pergaulan yang luas dan sebaliknya istri biasanya dirumah dengan pergaulan yang terbatas. Maka swami biasanya lebih cepat tumbuh dalm hal informasi, selera dll, hal ini harus difahami dan dimengerti oleh isteri. 

Hal kedua yang perlu dihindari selain alienasi swami yakni keluarga zombie. Kenapa disebut zombie? Misalnya ada pasangan swami isteri yang sedang duduk berdua misalnya sedang makan malam bersama atau sedang duduk di balkon rumah namun ternyata keduanya asyik memegang gadget masing-masing dan asyik dengan dunia mininya baik itu handphone atau mini tab atau tab or what ever. Misalnya sang swami asyik senyum-senyum sendiri melihat kiriman gambar-gambar lucu dari teman-temannya. Sang istri asyik chatting di group-group yang ada misalnya group whansupp atau bbm. Maka keduanya itu seperti zombie saja. Mayat yang hidup lantaran duduk berdua namun komunikasi antar keduanya tak terjalin. Mereka berdua autis. Hal-hal semacam ini yang akan mengurangi kwalitas komunikasi antar pasangan swami isteri. Waspadalah!

Hal yang lain adalah tentang mawaddah wa rahmah. Mawaddah itu biasanya didapat oleh pasangan muda. Misalnya mereka mohon maaf saat menikmati aktifitas diatas ranjang dengan berbagai fantasinya yang tentu saja harus yang sesuai dengan yang diperbolehkan oleh Islam. Sedangkan Rahmah biasanya diapat oleh pasangan yang sudah sepuh / senior citizen. Ada sebuah kisah dari Chicken Soup For The Couple yang mungkin pernah anda baca atau dengarkan untuk melukiskah seperti apa rahmah itu. Kira-kira sebagai berikut kisahnya. 

Pada suatu hari di Amerika di sebuah restoran. Disana nampak sepasang muda mudi sedang asyik bermesraan dan bersendau garau layaknya pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, sekali lagi ini di Amerika dan tentu saja itu didak Islami. Di satu sisi nampak sepasang senior citizen yang sedang duduk berdua memesan minuman namun tak saling berkomunikasi, nampak mereka terdiam. Lantas pasangan muda-mudi tadi berkata "Nanti kalau kita sudah tua, saya tak mau seperti mereka, hanya diam saja berdua tanpa berbicara atau bersenda gurau seperti asyiknya kita." Pasangannyapun mengiyakan akan apa ungkapan pasangannya. Pasangan muda-mudi itu selesai makan dan keluar restoran dengan melewati kursi pasangan senior citizen. Ternyata memang benar pasangan senior citizen itu tak bergurau bahkan berkomunikasi juga jarang namun kedua tangannya saling berpeganganan erat dibawah meja. mmmm so sweet.

Itulah salah satu bentuk rahmah bagi pasangan senior citizen. Pasangan pada usia ini cukup dengan berpegangan tangan saja cukup untuk mengungkapkan cinta kasihnya. Maka berpegangan tangan saja itu sudah merupakan bahasa verbal yang indah akan cinta kasih. Seperti itu rupanya mawadah wa rahmah itu hadir dengan berbagai bentuk dan macam ragam yang berbeda-beda. Haya agar kita tahu dan memahami seperti apa kelak fase kehidupan pasangan mengayuh bahtera rumah tangga. Last But Not Least yuk kita bisa ikuti tulisan-tulisan  ustadz Cahyadi Takariawan di www.kompasianapakcah.com atau di email takariawan@yahoo.com atau cahyadi_takariawanweb.id atau twitternya @akhcah atau jika ingin berkonsultasi bisa di no hp.0813922222. Selannjutnya beliau akan membentuk Samara Community bersama ustadz Salim A fillah dan Ustadz Faudzil Adzim. Tunggu ya...di Semarang rencananya di Masjid Baitulrahman Simpanglima...Be there n Don't miss it...Semoga bermanfaat Wollohualam Bii Showab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transfer Segmen Dakwah

 "Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita." Pepatah itu kerap kita dengar. Memang pada kenyataannya dakwah akan tetap...